Studi Tunjukkan Ibu Hamil Bisa Transfer Antibodi Covid-19 kepada Bayi

Bagaimana hasil studinya?

17 Februari 2021

Studi Tunjukkan Ibu Hamil Bisa Transfer Antibodi Covid-19 kepada Bayi
Freepik/comzeal

Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association (JAMA) Pediatrics mengungkapkan bahwa ibu hamil yang terpapar Covid-19 bisa mentransfer antibodi virus corona kepada bayi dalam kandungan. 

Antibodi dari ibu penyintas Covid-19 itu ditransfer melalui plasenta. Tentu saja itu kabar baik karena hingga kini belum ada obat untuk Covid-19. 

Bagaimana hasil studi tentang transfer antibodi dari ibu ke bayi tersebut? Berikut Popmama.com telah merangkum penjelasannya sebagai informasi bagi Mama yang pernah terinfeksi Covid-19. 

1. Antibodi bayi baru lahir tergantung jumlah antibodi mama

1. Antibodi bayi baru lahir tergantung jumlah antibodi mama
Pexels/Pixabay

Transfer antibodi kepada bayi dapat berlangsung saat ibu hamil terpapar Covid-19 dengan gejala maupun tanpa gejala. Penelitian dilakukan terhadap 1.471 dari 1.714 ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Pennsylvania periode April sampai Agustus 2020. 

Penelitian dilakukan dengan menguji darah ibu dan tali pusat bayi. Studi tersebut mengungkapkan bahwa sekitar 87 persen bayi yang baru lahir memiliki antibodi Covid-19. Antibodi khusus Covid-19 itu diturunkan dari ibu kepada bayi untuk melindungi neonatal dari paparan virus corona. 

Meskipun begitu, jumlah antibodi setiap bayi tentu saja berbeda-beda. Pasalnya, jumlah dan sifat antibodi pada bayi baru lahir tergantung pada jenis dan jumlah antibodi pada ibu selama kehamilannya.

2. Ibu hamil tidak menularkan Covid-19 kepada bayi

2. Ibu hamil tidak menularkan Covid-19 kepada bayi
Pexels/lucas mendes

Lebih lanjut, studi tersebut menemukan bahwa 72 dari 83 ibu hamil mentransfer antibodi IgG Covid-19 kepada bayi. Ibu hamil tersebut sebelumnya dinyatakan positif Covid-19. Sebanyak 60 persen dari 83 ibu hamil itu tidak menunjukkan gejala apapun saat terpapar Covid-19. 

Sementara itu, antibodi IgM atau antibodi pertama dalam tubuh untuk melawan virus corona, tidak ditemukan dalam sampel darah tali pusat bayi. Artinya, ibu hamil yang terpapar Covid-19 tidak menginfeksi bayi selama kehamilan. 

Dari 83 ibu hamil itu, hanya ada 11 bayi yang tidak memiliki antibodi Covid-19 saat lahir. Kemudian, enam bayi dari ibu yang memiliki tingkat antibodi IgG sangat rendah, tetap memiliki antibodi Covid-19 dalam tubuhnya.

Sedangkan, lima bayi tidak memiliki antibodi IgG karena lahir dari ibu yang hanya mengembangkan antibodi IgM selama kehamilan.

3. Bayi harus dapat vaksin

3. Bayi harus dapat vaksin
Freepik/jcomp

Walaupun belum ada studi yang menunjukkan ibu hamil yang menginfeksi bayinya, ahli virologi molekuler di Baylor College of Medicine, Dr Floz Munoz tetap menyarankan bayi mendapatkan vaksin saat lahir. 

Pasalnya, sistem imunitas bayi baru lahir belum terbentuk sempurna sehingga mereka rentan terinfeksi penyakit. Antibodi dari ibu memang bisa ditransfer selama kehamilan, namun bayi masih perlu mendapatkan vaksin.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat juga merekomendasikan bayi mendapatkan vaksin flu ketika berusia enam bulan. Sementara itu, hingga kini, bayi dan ibu hamil belum mendapatkan prioritas vaksinasi Covid-19 di Indonesia. 

Transfer antibodi dari ibu hamil kepada bayi itu merupakan hasil dari penelitian sementara para pakar kesehatan. Para peneliti masih membutuhkan studi lebih lanjut untuk menentukan apakah antibodi Covid-19 yang ditransfer ibu hamil bisa melindungi bayi seutuhnya dari paparan virus corona. 

Baca juga :

The Latest