Polusi udara adalah salah satu faktor eksternal yang sulit dihindari selama kehamilan. Bahkan menurut WHO, 90% masyarakat di dunia tinggal di wilayah yang memiliki kadar polusi udara diatas ambang batas aman.
Sumber dari polusi udara menurut DISLHK amat beragam, mulai dari pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor, kegiatan industri, hingga pembakaran dalam kegiatan rumah tangga. Polusi udara juga dapat ditimpulkan dari debu, pasir halus, gas (CO dan NO) serta proses peleburan bahan kimia.
Melansir dari New York Post, Respiratory Northern Europe Study melakukan penelitian yang melibatkan 4.000 anak dan mama yang tinggal di Denmark, Norwegia, Swiss, Iceland dan Estonia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar polusi udara bahkan pada level rendah sekalipun, akan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Selain faktor usia mama saat hamil, level polusi udara yang tinggi selama kehamilan juga memiliki korelasi dengan berat badan si Kecil dalam kandungan. Kandungan polutan Particulate Matter (PM 2,5), partikulat (PM10), nitrogen dioksida (NO2), serta karbon hitam (BC) dapat menurunkan berat bayi sebanyak 56 gram, 46 gram, dan 48 gram.
Tak hanya berat si Kecil yang rendah, bayi dalam kandungan dari Mama yang terpapar polusi akan memiliki risiko perlambatan perkembangan paru-paru yang kritis. Sedangkan, bayi dengan berat lahir yang rendah akan berisiko beberapa masalah kesehatan, di antaranya asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di kemudian hari.