TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Mars Morscheck Sempat DBD di Usia 1 Tahun, Ringgo Agus Mengaku Trauma

Anak kedua Ringgo dan Sabai sempat trauma bertemu orang karena takut diambil darah

Instagram.com/ringgoagus

Demam berdarah dengue atau DBD menjadi hampir menjadi endemi ketika memasuki musim hujan. Tak hanya orang dewasa, penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan  ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini juga bisa terjadi pada anak-anak.

Hal ini juga dialami oleh pasangan Ringgo Agus dan Sabai Morscheck saat putra keduanya, Curtis Ziggy Mars Morscheck, terkena DBD dan harus dirawat di rumah sakitketika usianya masih 1 tahun kala itu.

Saat mengetahui hal tersebut, baik Ringgo maupun Sabai, keduanya tentu merasa patah hati karena harus melihat putra kecilnya itu menjalani pengambilan darah setiap hari.

Hingga saat ini, penyakit DBD masih belum ditemukan obatnya. Penanganan yang akan diberikan dokter adalah memberikan perawatan sesuai gejalanya. Salah satunya adalah mengetahui trombosit dalam darah pasien melalui metode pengambilan darah.

Itu pula yang harus dijalani oleh Mars saat dirinya harus dirawat di rumah sakit lantaran DBD. Karena harus menjalani pengambilan darah setiap hari, Ringgo mengaku trauma saat sang anak harus menjalani perawatan demikian saat usianya masih sangat kecil.

"Anak saya yang kedua, Mars, di usia satu tahun ya pernah kena (DBD). Yang kami alami, jujur saja saya trauma sekali," ucap Ringgo Agus dalam dalam acara Takeda: Ringgo & Sabai Ajak Masyarakat Waspada Demam Berdarah Ayo #3MPlusVaksin di Raffles Hotel Jakarta Selatan, Rabu 31 Mei 2023. 

Lantas, seperti apa trauma yang dirasakan Ringgo Agus saat anaknya terkena DBD di usia 1 tahun?

Berikut Popmama.com rangkumkan informasi selengkapnya.

1. Sempat tidak fokus syuting karena harus meninggalkan anaknya

Instagram.com/sabaidieter

Kepada awak media yang datang di acara tersebut, Ringgo Agus menceritakan bahwa saat Mars terkena DBD di usia 1 tahun, ia sedang berada di Jogja karena harus menyelesaikan syuting.

Mengetahui anaknya sedang terbaring lemah di rumah sakit, hal ini tentu saja membuat Papa dua orang anak itu sempat sulit berkonsentrasi saat bekerja. Terlebih lagi, diceritakan olehnya bahwa sang istri terus menangis saat melihat putra kecil mereka harus menjalani perawatan.

"Istri menangis setiap hari karena tidak tega melihat anak 1 tahun harus diinfus, disuntik, dan setiap disuntik sempat trauma juga. Setiap ngeliat dokter gitu, Mars masih trauma takut ngeliatnya," jelas Ringgo.

Setelah seluruh porses syuting selesai, Ringgo pun langsung pulang ke Jakarta dan ikut menjaga Mars bersama dengan sang istri.

2. Mars trauma melihat orang yang mengenakan masker

Instagram.com/sabaidieter

Dikarenakan perawatan penyakit DBD yang harus diambil darah setiap hari, hal ini rupanya juga membuat Mars sempat merasakan trauma ketika melihat orang lain di sekitarnya yang mengenakan masker.

Seperti disebutkan oleh sang Papa, adik dari Bjorka itu trauma karena harus diambil darah oleh dokter atau suster yang merawatnya selama di rumah sakit.

Ringgo juga bercerita bahwa setelah sembuh pun, putranya yang kala itu masih berusia sangat belia selalu ketakutan dan merasa cemas dengan orang-orang yang mengenakan masker. Ia mengira orang-orang tersebut adalah suster atau dokter yang akan mengambil darahnya seperti saat dirinya di rumah sakit.

"Jadi bayangin, anak saya sampai takut ketemu orang dikira suster atau dokter, karena darah dia diambilin terus untuk ngecek kondisinya kan," sambung Ringgo Agus menjelaskan.

3. Langkah pencegahan keluarga Ringgo Agus dengan melakukan vaksin

Dok. Takeda Indonesia

Sebelum menceritakan kisah putra kecilnya yang harus menjalani perawatan karena DBD, suami dari Sabai itu juga sempat bercerita pengalaman dirinya terdahulu yang sempat terkena DBD 2 kali.

Tahu bahwa kondisi ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh, Ringgo pun sebisa mungkin berusaha untuk melindungi diri dan keluarganya dengan vaksin DBD.

Beberapa minggu lalu, Ringgo Agus memboyong istri dan anak pertamanya Bjorka untuk disuntik vaksin DBD dari Takeda Indonesia, yakni Qdenga. 

Dalam acara serupa, spesialis anak, Dr.dr. Anggraini Alam, Sp.A (K) menjelaskan bahwa IDAI dan PAPDI telah memasukkan vaksin dengue sebagai vaksin rekomendasi yang juga telah disetujui penggunaannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Agustus 2022 lalu.

Dr. Anggraini menjelaskan bahwa pemberian vaksin tersebut bertujuan guna menekan terjadinya angka rawat inap di rumah sakit, serta menekan terjadinya perburukan ketika terkena demam berdarah.

Sebagai informasi, vaksin DBD ini sudah bisa didapatkan oleh anak-anak usia 6 tahun hingga orang dewasa 45 tahun dengan dosis pemberian 2 kali dengan jarak 3 bulan.

Mengetahui vaksin tersebut baru bisa diberikan oleh anak-anak yang sudah berusia 6 tahun, Ringgo Agus hanya bisa berdoa semoga putranya Mars tidak terkena DBD lagi karena belum bisa mendapatkan vaksin tersebut.

"Jadi saya cuma bisa berdoa mudah-mudahan Mars nggak kena DBD lagi, apalagi virus dengue ini bisa ada dimanapun dan dekat banget sama kita," tutup Ringgo berharap.

Baca juga:

The Latest