TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Risiko Hamil dengan Kondisi IUD Masih Terpasang, Apakah Berbahaya?

IUD merupakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan

Pexels.com/Nataliya Vaitkevich

Dalam merencanakan keluarga berencana, salah satu cara paling efektif untuk mencegah kehamilan adalah melalui penggunaan alat kontrasepsi. Salah satu jenis alat kontrasepsi yang umum digunakan adalah intrauterine device (IUD). IUD digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rahim seseorang.

Jika Mama sedang mempertimbangkan atau bahkan sudah memiliki alat ini, mungkin akan muncul pertanyaan mengenai apakah alat ini efektif dalam mencegah kehamilan? Dan bagaimana jika nantinya hamil dengan kondisi IUD masih terpasang, apakah berbahaya?

Berikut Popmama.com rangkum penjelasannya untuk Mama. Yuk, kita disimak, Ma!

Apa Itu IUD?

health.clevelandclinic.org

Melansir laman Verywell Family, seorang dokter kandungan di Ohio State University Wexner Medical Center, Michael Cackovic, menjelaskan bahwa IUD atau intrauterine device adalah perangkat kecil yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.

Alat ini dianggap menjadi salah satu metode kontrasepsi paling efektif dengan persentase sebanyak 99% dalam mencegah kehamilan.

Umumnya, ada dua jenis IUD yakni hormonal dan non-hormonal. Keduanya bekerja dengan cara yang berbeda untuk membuat area rahim menolak pembuahan dan kehamilan.

Untuk non-hormonal, seperti IUD tembaga menimbulkan reaksi benda asing yang mengentalkan lendir serviks dan mengubah lapisan sehingga tidak mampu mempertahankan kehamilan. Sedangkan IUD hormonal bekerja dengan menghentikan ovulasi sehingga berpotensi untuk tidak hamil.

IUD mulai bekerja setelah dipasang. Namun, alat ini bisa bersifat reversibel, artinya ada kemungkinan untuk hamil setelah IUD dilepas.

Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan IUD untuk mencegah kehamilan jauh melampaui metode KB hormonal lainnya seperti pil, patch, dan cincin kontrasepsi.

Selain itu, alat ini juga memiliki kegunaan lain. Misalnya, pengobatan akibat pendarahan menstruasi berat, nyeri panggul, atau sebagai pengaturan menstruasi.

Terlepas dari manfaat ini, masih ada beberapa orang memiliki kesalahpahaman tentang cara kerja IUD. Mereka mungkin secara keliru dan takut bahwa IUD bisa menyebabkan aborsi atau memengaruhi kesuburan seseorang.

Namun, Mama tidak perlu khawatir karena faktanya IUD tidak menyebabkan aborsi, tetapi menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. IUD juga aman dan tidak menyebabkan masalah infertilitas.

Kemungkinan Hamil Dengan IUD

Pexels.com/Tima Miroshnichenko

Meskipun sangat jarang IUD gagal atau mengakibatkan kehamilan, namun pada kondisi di mana IUD dikeluarkan dari rahim atau tergelincir dari saluran rahim bisa menyebabkan kehamilan.

Alasan kegagalan lainnya mungkin jika IUD hormonal telah kedaluwarsa atau perlu diganti. Selain itu, rahim mungkin memiliki bentuk yang tidak normal atau mengandung fibroid, yang juga dapat menyebabkan pengeluaran alat ini.

Seperti yang disebutkan di awal, kemungkinan hamil dengan IUD ini sangat jarang. Bahkan, sudah dijelaskan pula di atas bahwa IUD cenderung lebih efektif daripada pil KB sekalipun, yang dapat dipengaruhi oleh kesalahan manusia.

Misalnya, seseorang dapat lupa minum pil, atau meminumnya secara tidak konsisten, sehingga menurunkan kemanjurannya.

Risiko Hamil dengan Kondisi IUD Masih Terpasang

Freepik

Jika kehamilan benar-benar terjadi setelah menggunakan IUD, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa kehamilan tersebut berkembang di luar rahim.

Dalam kondisi ini, ibu hamil perlu dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Hal ini dapat terjadi di saluran tuba, jauh dari efek kontrasepsi perangkat.

Kehamilan ektopik bisa sangat berbahaya dan menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa jika tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

Selain kehamilan ektopik, ada risiko lain seperti keguguran, infeksi seperti aborsi septik (komplikasi infeksi intrauterin) dan korioamnionitis (infeksi bateri pada cairan ketuban), kelahiran prematur, dan solusio plasenta.

Solusio plasenta sendiri merupakan pelepasan plasenta dari tempat implantasi normalnya di rahim sebelum kelahiran.

Apa yang Harus Dilakukan jika Hamil saat Menggunakan IUD?

Freepik/Jcomp

Jika tes menunjukkan hasil positif, segera hubungi dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya untuk pemeriksaan lebih lanjut. 

Kemudian, jika Mama mengalami nyeri panggul disertai perdarahan, Mama juga harus segera mendapatkan pertolongan medis untuk memastikan apakah kemungkinan mengalami kehamilan ektopik atau tidak.

Kehamilan ektopik dapat menjadi situasi yang mengancam jiwa dan perlu segera ditangani. Penanganannya beragam, bisa dari pengobatan atau mungkin melibatkan pembedahan, tergantung pada situasi yang terjadi. Jika tidak diobati, kehamilan ektopik dapat menyebabkan infeksi dan yang paling fatal adalah kematian.

Jadi, sebaiknya Mama tidak menunda perawatan jika sedang hamil dengan IUD. Namun, jika tes kehamilan negatif dan Mama masih khawatir, pastikan untuk menghubungi dokter. Dokter akan menjawab pertanyaan mama dan melakukan pengujian.

Ingatlah bahwa IUD adalah alat kontrasepsi yang sangat efektif, tetapi tidak ada alat kontrasepsi yang 100% sempurna. Jadi, meski jarang, masih sangat kecil kemungkinan hamil dengan IUD.

Jadi, itu dia penjelasan risiko hamil dengan kondisi IUD terpasang. Semoga bermanfaat, ya, Ma!

Baca juga:

The Latest