Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pexels/RDNE Stock project
Pexels/RDNE Stock project

Intinya sih...

  • Bayi susu formula memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi, tapi dengan perawatan yang tepat, bayi susu formula juga bisa memiliki daya tahan tubuh yang kuat.

  • Penelitian menunjukkan risiko kematian, obesitas, diabetes, dan penyakit lainnya lebih tinggi pada bayi susu formula.

  • Susu formula bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi perlu perawatan yang tepat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

ASI merupakan makanan utama bayi selama 6 bulan pertama kelahirannya. ASI kaya akan nutrisi yang dibutuhkan oleh si Kecil.

Namun karena beberapa alasan, bayi tidak bisa menyusu ASI. Bila ini terjadi, maka bayi harus mengonsumsi susu formula. Susu formula merupakan susu yang diformulasikan khusus sesuai dengan kondisi kesehatan bayi. Misalnya, jika bayi memiliki alergi susu sapi, dokter akan memberikan susu kedelai atau susu lain.

Tapi benarkah bayi susu formula lebih gampang sakit dibanding dengan bayi yang menyusu ASI? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, simak penjelasannya pada ulasan Popmama.com berikut ini.

Pexels/Anna Shvets

Benarkah Bayi Susu Formula Lebih Gampang Sakit?

Tidak semua bayi bisa minum ASI. Karena beberapa alasan, baik dari mama atau si Kecil, bayi harus minum susu formula yang diformulasikan khusus sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Ketika mama tidak menyusui, mereka menggunakan susu formula. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar orangtua diberi tahu tentang risiko kesehatan dari penggunaan susu formula.

Dilansir dari INFACT Canada’s Fourteen Risks of Formula Feeding: A Brief Annotated Bibliography oleh the Breastfeeding Action Group in Corner Brook, Newfoundland, berikut beberapa risiko kesehatan bagi bayi yang minum susu formula:

  • Risiko kematian akibat penyakit lebih tinggi. Bayi yang diberi susu formula memiliki risiko kematian lebih tinggi akibat penyakit seperti diare dan infeksi paru-paru.

  • Risiko SIDS lebih tinggi. Bayi yang diberi susu formula dua kali lebih mungkin meninggal akibat Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS).

  • Risiko obesitas lebih tinggi. Anak-anak yang diberi susu formula hampir 40 persen lebih mungkin mengalami obesitas dibandingkan anak-anak yang disusui – bahkan setelah mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin menjelaskan mengapa seseorang mungkin kelebihan berat badan.

  • Risiko diabetes lebih tinggi. Pemberian susu formula meningkatkan risiko terkena diabetes di kemudian hari.

  • Risiko kanker anak lebih tinggi. Anak-anak yang tidak disusui lebih mungkin terkena leukemia dan kanker lainnya dibandingkan anak-anak yang hanya diberi ASI.

  • Risiko penyakit jantung lebih tinggi. Menyusui dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dengan menjaga kadar kolesterol tetap rendah di kemudian hari. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja berusia 13 hingga 16 tahun yang diberi susu formula memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang menerima ASI.

  • Risiko kecerdasan yang lebih rendah. Anak-anak yang disusui memiliki hasil tes kecerdasan yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang diberi susu formula.

  • Risiko penyakit kronis yang lebih tinggi. Pemberian susu formula dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 1 yang lebih tinggi dan penyakit usus seperti penyakit celiac dan penyakit radang usus.

  • Risiko infeksi telinga yang lebih tinggi. Bayi yang diberi susu formula 50 persen lebih mungkin mengalami infeksi telinga dibandingkan bayi yang hanya menerima ASI.

  • Risiko alergi yang lebih tinggi. Pemberian susu formula dikaitkan dengan tingkat eksim yang lebih tinggi, alergi terhadap makanan, alergi turunan, dan alergi yang memengaruhi pernapasan seperti demam serbuk sari.

  • Risiko asma yang lebih tinggi. Bayi yang diberi susu formula 40 hingga 50 persen lebih mungkin mengalami asma atau mengi.

  • Risiko infeksi paru-paru lebih tinggi. Anak-anak yang diberi susu formula 17 kali lebih mungkin terkena pneumonia dibandingkan anak-anak yang hanya diberi ASI saat bayi.

  • Risiko diare lebih tinggi. Bayi yang diberi susu formula dua kali lebih mungkin terkena diare dibandingkan bayi yang disusui.

  • Risiko infeksi lebih tinggi akibat susu formula yang tidak bersih. Bayi-bayi menjadi sangat sakit dan beberapa meninggal karena kuman berbahaya dalam susu formula. Beberapa susu formula tidak dapat disterilkan.

  • Risiko efek racun yang lebih tinggi di lingkungan. Menyusui menurunkan efek berbahaya pada kesehatan anak dari racun di lingkungan.

Meski lebih berisiko, namun bukan berarti bayi yang minum susu formula lebih mudah sakit. Dalam sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam Journal of Pediatrics, para peneliti mempelajari bayi-bayi yang mengalami penurunan berat badan yang signifikan setelah lahir, yang meskipun umum terjadi, dapat berbahaya.

Mereka membagi bayi-bayi tersebut secara acak ke dalam dua kelompok: satu kelompok diberi sedikit susu formula setelah setiap kali menyusui hingga ASI-nya keluar sepenuhnya, dan kelompok lainnya tidak. Mereka menemukan bahwa bayi-bayi yang diberi susu formula lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat kembali di rumah sakit, dan tidak lebih kecil kemungkinannya untuk menyusui kembali sebulan kemudian.

Pexels/Alina Matveycheva

Susu Formula Tidak Selalu Buruk dan Pemberian ASI Tidak Selalu Mudah

Menyusui eksklusif memang alami, tetapi tidak selalu mudah — dan ketika terjadi kendala seperti keterlambatan produksi ASI, puting susu terbalik, atau produksi ASI yang tidak mencukupi, bayi dapat mengalami masalah.

Hal ini juga tidak selalu mudah bagi mama yang tidak memiliki banyak dukungan dari keluarga dan penyedia layanan kesehatan, terutama mama baru yang merasa kewalahan, puting susu lecet, dan khawatir bayi mereka tidak mendapatkan cukup ASI.

Menyusui efektif jika ibu memiliki komunitas yang berpengetahuan dan suportif untuk membantu mereka mengatasi pertanyaan dan masalah yang tak terhindarkan, serta lingkungan kerja yang suportif. Namun, tidak semua ibu memilikinya.

Itulah intinya: hidup dan mengasuh anak bisa rumit.

Kita perlu ingat bahwa susu formula bukanlah sesuatu yang buruk. Malahan, terkadang susu formula bisa menjadi alat untuk mendukung pemberian ASI — dengan memberikan suplemen kepada bayi baru lahir yang telah kehilangan berat badan secara drastis, dengan menambah pasokan susu bagi ibu yang mungkin akan berhenti menyusui sepenuhnya, dengan memungkinkan ibu bekerja yang tidak dapat memompa ASI yang cukup untuk seluruh jam kerja mereka untuk tetap menyusui selama yang mereka inginkan. Lebih baik bayi mendapatkan susu formula daripada tidak mendapatkan asupan nutrisi sama sekali.

Pexels/Jonathan Borba

Bagaimana Jika Mama Tidak Dapat Menyusui atau Merasa Produksi ASI-nya Tidak Mencukupi?

Ketika seorang mama tidak dapat menyusui atau khawatir tentang produksi ASI yang tidak mencukupi, ada beberapa pertimbangan penting dan strategi dukungan yang perlu dipertimbangkan:

  • Memahami produksi ASI dini: Banyak ibu khawatir tentang suplai ASI dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan. Kolostrum, ASI pertama, sangat bermanfaat bagi bayi baru lahir, dan meskipun jumlahnya sedikit, sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir. Bayi baru lahir memiliki perut yang kecil dan telah menyimpan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terbatas pada tahap awal kehidupan ini. Tidak diperlukan air, jus buah, atau susu formula.

  • Mendukung keberhasilan menyusui: Kunci untuk memulai menyusui adalah kontak dini dan sering. Kontak dini, menyusu dini, dan inisiasi awal aliran ASI dapat dibantu dengan dukungan dari tenaga kesehatan profesional, bidan, atau petugas kesehatan masyarakat. Bayi sebaiknya segera didekatkan ke payudara ibu setelah lahir untuk menjaga kontak kulit ke kulit karena pada saat itulah mereka memiliki naluri terkuat untuk mengisap puting ibu.

  • Menghindari kesalahan umum: Memperkenalkan botol susu atau susu formula sejak dini dapat berdampak buruk pada refleks mengisap alami anak dan merupakan salah satu alasan bayi tidak dapat menyusu dengan baik. Selain itu, apa pun selain kolostrum (ASI pertama ibu) dapat berdampak negatif pada kesehatan bayi. Kekurangan kolostrum dapat menyebabkan diare pada bayi dan laktasi ibu dapat terganggu karena bayi kehilangan nalurinya untuk menyusu.

  • Ketika mama tidak dapat menyusui bayinya: Dalam keadaan luar biasa, ASI mungkin dianggap tidak cocok untuk bayinya. Dalam situasi di mana bayi tidak dapat, atau tidak boleh, disusui, pilihan alternatif terbaik akan bergantung pada keadaan masing-masing dan dapat mencakup: ASI perah dari ibu bayi sendiri, ASI dari ibu menyusui yang sehat atau bank ASI, atau pengganti ASI yang diberikan dengan cangkir, yang merupakan metode yang lebih aman daripada botol dan dot.

Langkah terpenting adalah menghubungkan ibu dengan konselor penyedia laktasi dan layanan kesehatan yang terampil yang dapat menilai situasi dengan tepat dan memberikan dukungan yang tepat untuk membangun keberhasilan menyusui bila memungkinkan.

Pixabay/StockSnap

Haruskah Mama Merasa Bersalah atau Malu jika Tidak Dapat Menyusui?

Tentu saja tidak. Mama tidak boleh merasa malu atau bersalah jika mereka tidak dapat menyusui, baik karena pilihan maupun kebutuhan. Semua mama berhak mendapatkan rasa hormat dan dukungan atas keputusan pemberian ASI mereka.

Meskipun Mama dianjurkan untuk memberikan ASI karena manfaat kesehatannya, namun situasi setiap keluarga itu unik. Yang terpenting adalah bayi menerima makanan yang aman dan bergizi, dan mama memiliki akses ke informasi yang akurat dan dukungan yang terampil.

Semua mama memiliki hak untuk mendapatkan informasi berbasis bukti tentang pilihan pemberian makanan bayi, konseling terampil, dan kebijakan pendukung – seperti akomodasi di tempat kerja – yang memungkinkan mereka membuat keputusan terbaik bagi keluarga mereka tanpa penghakiman atau rasa malu.

Itu jawaban tentang benarkah bayi susu formula lebih gampang sakit. Meski lebih berisiko, bayi susu formula belum tentu lebih mudah sakit, Ma. Dengan perawatan yang tepat, bayi susu formula pun bisa memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Lebih baik si Kecil mengonsumsi susu formula daripada tidak minum susu sama sekali.

Semoga informasi ini bisa menambah wawasan orangtua tentang susu formula, ya!

Editorial Team