Menurut American Psychological Association (APA), rasa lapar merupakan penyebab utama bayi terlihat marah. Tangisan atau rengekan keras sering kali menjadi cara si Kecil memprotes sekaligus memberi sinyal bahwa ia ingin segera menyusu atau minum susu.
Bayi yang terlalu lelah biasanya akan kesulitan tidur dan akhirnya menjadi rewel. Selain itu, rasa bosan karena kurang stimulasi atau minim interaksi juga bisa memicu tangisan sebagai upaya menarik perhatian orangtuanya.
Selain lapar, perut kembung juga bisa membuat bayi rewel. Kondisi ini umumnya terjadi karena si Kecil menyusu terlalu banyak. Berbeda dengan gas yang bisa lebih lama, kembung akibat terlalu banyak susu biasanya hanya menimbulkan rasa tidak nyaman sementara.
Cuaca yang terlalu panas atau dingin bisa membuat bayi mudah marah. Begitu pula dengan popok basah, pakaian ketat, atau gesekan pada kulit yang menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga membuatnya menangis.
Bayi memiliki sensitivitas tinggi terhadap lingkungannya. Paparan suara bising, cahaya lampu terlalu terang, atau aktivitas yang terlalu ramai dapat membuat si Kecil kewalahan hingga merasa frustrasi dan marah.
Tangisan keras juga bisa menjadi tanda bayi kelelahan. Dalam kondisi ini, biasanya ia membutuhkan waktu untuk ditidurkan, direbahkan, atau dibedong agar kembali merasa tenang.
Kadang, bayi hanya ingin sesuatu untuk diisap agar merasa nyaman. Saat ia menangis kencang, bisa jadi itu tanda bahwa si Kecil membutuhkan empeng untuk menenangkan dirinya.
Bayi terlihat "marah" dengan wajah memerah juga bisa karena ia sedang belajar mengejan untuk buang air besar.