Ciri-Ciri Bayi Mengalami Pendarahan pada Otak, Jangan Diabaikan!
Kondisi ini memiliki efek jangka panjang bagi si Kecil, Ma
20 Mei 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pendarahan otak – juga dikenal sebagai pendarahan intrakranial – terjadi di dalam otak atau antara otak dan tengkorak. Bila hal ini terjadi, dapat merusak jaringan otak dan menimbulkan efek jangka panjang. Dalam beberapa kasus, pendarahan otak bahkan bisa berakibat fatal.
Meskipun tidak semua pendarahan otak dapat dicegah, ada situasi di mana pendarahan otak disebabkan oleh kelalaian medis. Hal ini mungkin termasuk kegagalan dalam memantau janin dengan tepat, intervensi dalam keadaan darurat selama persalinan, atau bahkan trauma selama proses kelahiran itu sendiri.
Agar dapat ditangani dengan cepat, Mama perlu mengetahui gejala pendarahan otak pada bayi.
Bagaimana ciri-ciri bayi mengalami pendarahan pada otak? Yuk, simak penjelasannya pada ulasan Popmama.com berikut ini, Ma.
Ciri-Ciri Bayi Mengalami Pendarahan pada Otak
Jika bayi memiliki faktor risiko pendarahan intrakranial, termasuk prematur lebih dari 10 minggu, maka dokter harus memantau bayi untuk mencari tanda-tanda gawat janin dan kemungkinan melakukan operasi caesar.
Dokter juga harus berupaya mencegah kelahiran prematur bila memungkinkan. Pasalnya bayi prematur biasanya memiliki pembuluh darah yang kurang berkembang sehingga lebih rentan terhadap pendarahan otak.
Dalam beberapa kasus, pendarahan otak pada bayi baru lahir tidak dapat dicegah. Namun, dalam situasi lain, pendarahan otak sebenarnya bisa dicegah jika ada tenaga medis profesional yang teliti. Jika pendarahan otak atau pendarahan intrakranial disebabkan oleh kelalaian medis, orangtua bayi mungkin berhak mendapatkan kompensasi finansial.
Ada sejumlah ciri-ciri bayi mengalami pendarahan pada otak. Gejala-gejala ini mungkin termasuk:
- kejang,
- tangisan bernada tinggi,
- refleks menurun,
- jeda saat bernapas, atau apnea,
- kulit pucat atau biru (sianosis),
- lemah saat menyusu,
- kelesuan atau koma,
- denyut jantung lambat (bradikardia),
- bengkak atau menonjolnya titik lunak di kepala bayi,
- penurunan tonus otot,
- jumlah sel darah merah yang rendah,
- gerakan mata yang tidak normal.
Tanda-tanda ini mungkin tidak muncul segera setelah lahir dan mungkin disalahartikan sebagai masalah kesehatan lainnya. Sangat penting bagi dokter untuk memeriksa bayi dengan cermat untuk mendiagnosis potensi pendarahan otak.
Diagnosis biasanya melibatkan pemeriksaan fisik bersama dengan USG otak atau kepala. Perawatan untuk pendarahan intrakranial mungkin termasuk cairan, oksigen, dan pembedahan untuk mengalirkan cairan dan menstabilkan kondisinya.
Editors' Pick
Efek Jangka Panjang Pendarahan Otak pada Bayi
Ada empat jenis atau tingkatan pendarahan otak:
- Tingkat 1. Pendarahan terjadi hanya di area kecil ventrikel.
- Tingkat 2. Pendarahan juga terjadi di dalam ventrikel.
- Tingkat 3. Ventrikel membesar karena darah.
- Tingkat 4. Pendarahan terjadi pada jaringan otak di sekitar ventrikel.
Tingkat 3 dan 4 adalah yang paling serius dan sering kali menimbulkan efek jangka panjang bagi bayi.
Efek dari pendarahan otak sebagian bergantung pada seberapa parah pendarahan tersebut. Bayi dengan pendarahan intrakranial tingkat 1 atau tingkat 2 mungkin tidak memiliki efek jangka panjang. Namun, bayi baru lahir yang didiagnosis mengalami pendarahan otak tingkat 3 atau 4 mungkin mengalami efek yang signifikan.
Komplikasi pendarahan otak mungkin termasuk hidrosefalus (terlalu banyak cairan serebrospinal di otak), cedera otak jangka panjang, kejang, masalah belajar, bicara atau gerakan, masalah perkembangan, dan bahkan kematian.
Penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang mengalami pendarahan otak saat masih bayi memiliki tingkat kelumpuhan otak dan gangguan pendengaran yang lebih tinggi. Juga IQ yang lebih rendah, keterampilan hidup sehari-hari yang lebih sedikit, dan nilai ujian yang lebih rendah di sekolah.