Dr. Ellington menekankan bahwa dari sudut pandang evolusi, manusia memang secara alami terprogram untuk menyukai aroma bayi.
“Otak dan sistem saraf kita diprogram untuk merespons aroma tersebut secara positif,” ujarnya.
“Tertarik pada aroma tersebut membantu kita menjadi lebih protektif terhadap anak-anak kita. Hal ini berlaku untuk orangtua itu sendiri, tetapi juga manusia lainnya. Kita semua merespons bayi baru lahir secara positif. Ini adalah respons evolusi yang sangat tinggi,” lanjutnya.
Selain faktor biologis, alasan sosial dan budaya juga turut memengaruhi bagaimana aroma bayi dipersepsikan.
Dr. Ellington menambahkan, “Orang-orang suka berada di dekat, menggendong, dan mencium bayi. Ada banyak aspek berbeda tentang alasannya, tetapi sebagai spesies, kita tertarik untuk melindungi anak-anak kecil. Itu salah satu alasannya.”
Sebuah studi yang dimuat dalam Frontiers in Psychology menguatkan hal ini. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang-orang dengan otak ovarium memiliki respons positif yang kuat terhadap bau bayi baru lahir.
Dalam penelitian ini, 30 partisipan dengan otak ovarium (15 di antaranya baru melahirkan dan 15 lainnya belum memiliki anak) diminta mengidentifikasi beberapa aroma misterius, termasuk aroma tubuh bayi. Aktivitas otak mereka kemudian dipantau oleh para peneliti.
“Apa yang kami lakukan dalam studi ini pada dasarnya menyelidiki bagaimana (orang tua yang akan melahirkan) akan bereaksi terhadap bau badan bayi yang baru lahir,” ujar Dr. Johannes Frasnelli, salah satu penulis utama studi tersebut dan Associate Professor di University of Quebec di Trois-Rivières.
“Yang menarik, bayi yang digunakan dalam studi ini bukanlah anak mereka sendiri. Meski begitu, kami menemukan bahwa aroma tubuh bayi mampu mengaktifkan pusat penghargaan di otak, berbeda dari reaksi terhadap bau lainnya,” tambahnya.
Ia menjelaskan, aroma-aroma biasa umumnya hanya mengaktifkan area otak yang memproses penciuman. Namun, bau bayi ternyata memicu pusat penghargaan di otak—bagian yang juga aktif saat kita mengonsumsi makanan enak atau bahkan zat adiktif. “Respons ini jauh lebih kuat pada mereka yang baru saja menjadi orangtua dibandingkan dengan yang belum,” ungkapnya.
Ia memberi tahu Parents bahwa bau-bauan umum biasanya mengaktifkan area spesifik lain di otak yang disebut area pemrosesan penciuman. Namun, bau bayi justru mengaktifkan pusat penghargaan, mirip dengan cara kerja makanan enak atau bahkan obat-obatan.
“Respons ini jauh lebih kuat pada mereka yang baru saja menjadi orangtua dibandingkan dengan yang belum,” ungkapnya.
Temuan ini memperkuat keyakinan banyak orangtua bahwa aroma bayi baru lahir memang terasa begitu istimewa dan bisa membuat ketagihan