Untuk memastikan penyakit atresia bilier, dokter anak akan melakukan beberapa tindakan berikut ini:
- Foto Rontgen atau USG abdomen.
- Cholangiography, yaitu pemeriksaan Rontgen dengan memasukkan zat kontras pada saluran empedu.
- Tes darah untuk memeriksa kadar bilirubin total dan langsung.
- Biopsi hati untuk menentukan tingkah keparahan sirosis atau untuk menyingkirkan penyebab lain penyakit kuning.
- Tes hepatobiliary iminodiacetic acid (HIDA) scan atau cholescintigraphy yang berguna untuk membantu menentukan apakah saluran empedu dan kantong empedu berfungsi dengan baik.
Bila bayi terdiagnosa menderita atresia bilier, tindakan medis yang akan dilakukan tentunya disesuaikan dengan kondisi yang diderita oleh bayi. Bila memungkinkan, bayi penderita atresia bilier akan dioperasi untuk mengatasi penyakit ini.
Prosedur pengobatan yang paling umum adalah prosedur Kasai, dimana bagian usus disambungkan ke hati, sehingga cairan empedu mampu mengalir langsung dari hati ke usus. Operasi ini paling efektif jika dilakukan saat bayi berusia kurang dari 2 bulan dan memiliki angka keberhasilan hingga 80 persen jika dilakukan pada bayi di bawah usia 3 bulan.
Namun bila ternyata tindakan operasi tidak dapat mengatasinya, nantinya hati bayi akan semakin rusak hingga terjadi gagal hati. Dan satu-satunya cara untuk menangani gagal hati adalah dengan melakukan transplantasi hati.
Dalam banyak kasus atresia bilier yang dapat ditangani melalui prosedur operasi Kasai, para bayi ini tetap memerlukan perawatan medis khusus dari dokter. Bahkan tidak menutup kemungkinan di kemudian hari, bayi-bayi ini akan tetap membutuhkan transplantasi hati.
Karena itu, ketika Mama mendapati si Kecil dengan gejala seperti di atas, segera konsultasikan hal ini kepada dokter anak.
Jangan ditunda ya, Ma!