Frekuensi buang air besar cenderung melambat sekitar 6 hingga 8 minggu, baik bayi diberi ASI atau diberi susu formula. Seiring dengan berjalannya waktu, pencernaan bayi semakin efisien dan usus yang semakin matang. Mengutip dari laman Parents, pada tahap ini, biasanya tidak menjadi masalah jika bayi buang air besar hanya satu atau dua kali seminggu.
Oleh karena itu, jika bayi sudah lama tidak buang air besar, perhatikan suasana hatinya. Apakah mereka puas dan ceria seperti biasanya? Atau apakah mereka tampak lebih rewel atau tidak nyaman, terutama setelah disusui?
Jika bayi tidak terlihat seperti dirinya sendiri, kehilangan nafsu makan, dan konsistensi fesesnya keras, ia mungkin mengalami konstipasi. Tanda-tanda sembelit pada bayi baru lahir lainnya antara lain pendarahan ringan setelah buang air besar, tidak mau makan, dan wajah tegang saat buang air besar.
Jika Mama masih mengkhawatirkan frekuensi buang air besar bayi—atau jika bayi sudah seminggu penuh atau lebih tidak buang air besar—hubungi dokter. Dokter akan mengevaluasi si Kecil dan memeriksa alergi protein susu.
Obat pencahar jarang digunakan pada bayi yang mengalami konstipasi, namun dokter mungkin menyarankan untuk merendam bayi dalam air hangat atau memijat perutnya. Semua itu dapat membantu mengencerkan feses dan membuatnya lebih mudah buang air besar.
Itu penjelasan tentang dampak bayi tidak buang air besar berhari-hari. Semoga informasi di atas bisa membantu Mama, ya.