Jika bayi memiliki eksim kronis atau alergi makanan, konsultasikan dengan dokter sebelum memberinya keju. Keju bukanlah salah satu makanan yang paling sering menyebabkan alergi, tetapi keju tetap dapat menyebabkan alergi karena mengandung protein susu.
Para ahli mengatakan bahwa sebagian besar bayi dapat mulai makan keju setelah beberapa makanan padat tradisional (seperti sereal bayi, daging yang dihaluskan, sayuran, dan buah-buahan) diperkenalkan tanpa reaksi alergi. Bahkan bayi dan anak kecil dengan eksim ringan atau riwayat keluarga alergi makanan atau asma dapat makan keju selama mereka dapat menoleransi makanan yang lebih umum terlebih dahulu.
Saat memperkenalkan makanan baru, berikan kepada bayi di rumah, bukan di tempat penitipan anak atau restoran. Sajikan selama 3 hingga 5 hari sebelum menawarkan makanan lain; dengan cara itu Mama dapat memantau reaksi dan mengetahui apa yang mungkin menyebabkannya.
Tanda-tanda alergi makanan meliputi gatal-gatal, ruam kulit yang gatal, pembengkakan, mual, muntah, diare, dan kulit pucat. Jika Mama melihat salah satu gejala ini pada bayi, beri tahu dokternya. Jika bayi mengalami gejala yang melibatkan beberapa bagian tubuh (seperti gatal-gatal disertai muntah atau diare), bisa jadi itu adalah reaksi anafilaksis.
Tanda-tanda lain dari reaksi anafilaksis adalah sesak tenggorokan, masalah pernapasan, mengi, pusing, dan kehilangan kesadaran. Jika bayi menunjukkan tanda-tanda reaksi anafilaksis setelah makan keju, segera pergi ke ruang gawat darurat.
Intoleransi laktosa berbeda dengan alergi susu (ini adalah respons pencernaan, bukan respons imun), tetapi tidak banyak laktosa dalam keju, jadi bayi biasanya tidak mengalami kesulitan mencernanya.
Meskipun keju baik untuk bayi, tunggu hingga bayi berusia 1 tahun sebelum memberinya susu sapi. Susu sapi sulit dicerna bayi, dan tidak memiliki jumlah nutrisi yang dibutuhkan bayi.
Sekarang Mama sudah mengetahui cara memilih keju yang benar untuk MPASI bayi. Selamat memilih keju, Ma!