Tangisan
Bayi telah menangis sejak ia dilahirkan. Ketika baru lahir, tangisan bayi menandakan bahwa paru-parunya terisi oleh udara.
Seiring dengan berjalannya waktu, tangisan bayi merupakan cara ia berkomunikasi. Jika ia merasa tidak nyaman, lapar, dingin, kepanasan, atau takut, bayi akan memberitahu Mama dengan cara menangis.
Cooing (mengoceh)
Ini adalah perilaku spontan seorang bayi untuk mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya.
Cooing biasanya mengacu pada suara vokal yang dihasilkan bayi. Bunyi ini dapat mencakup suku kata tunggal, seperti "ah," "ooo," atau "eee," dan suku kata yang terpisah, seperti "ah-ah," atau "ooh-ooh."
Ini adalah awal perkembangan berbahasa si Kecil.
Umumnya, bayi mulai mengeluarkan suara vokal atau cooing di usia dua bulan. Pada usia ini, mereka juga mulai merespons suara, tersenyum, dan meniru ekspresi wajah mama.
Babbling (celotehan)
Celotehan merupakan hasil penyempurnaan dari cooing. Celotehan sendiri adalah hasil penggabungan huruf mati dan huruf hidup, seperti "da", "ma", "uh", dan "na".
Perkembangan ini terjadi saat si Kecil memasuki usia 6 bulan.
Mengucapkan kata pertama
Meski belum bisa berbicara, bayi mulai mengerti dengan apa yang dibicarakan Mama atau orang lain. Memasuki usia 7 bulan, ucapan bayi mulai terdengar masuk akal.
Di usia ini, si Kecil berusaha mencoba nada dan pola bicara seperti apa yang diucapkan orang-orang terdekatnya.
Kemampuan bicaranya juga akan semakin baik di usia 8 bulan, ia tidak hanya asal bicara saja. Melainkan berusaha mengaitkan suatu makna dengan dirinya secara bertahap.
Di sini Mama mulai mendengarkan kata-kata yang mengandung makna. Misalnya "Ma" atau "Pa".
Seiring dengan bertambahnya usia, bayi mulai mengucapkan beberapa kata meski belum sempurna, Ma.