Tingginya kasus positif Covid-19 beberapa waktu lalu memberikan dampak yang cukup signifikan dalam kegiatan sosial seluruh masyarakat, khususnya di Indonesia.
Bekerja dan belajar dari rumah pun dianggap sebagai aktivitas yang wajar. Hal ini membuat banyak orangtua, mungkin Mama salah satunya, menjadi khawatir dengan kegiatan sosial yang seharusnya dihadiri anak-anak mereka, mulai dari bermain bersama teman sampai mengikuti kegiatan tambahan di sekolah.
Ketika banyak orang sibuk membicarakan tentang sekolah jarak jauh, ada satu kategori rentang usia anak yang terlewat dari perhatian mereka, yaitu prasekolah.
Anak-anak usia prasekolah yang hanya bisa bersosialisasi di arena bermain, lingkungan rumah, tempat rekreasi, ataupun di daycare, ruang geraknya menjadi semakin terbatas. Kini, mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka di rumah saja.
Berawal dari kondisi itulah muncul berbagai kekhawatiran baru yang datang bukan hanya dari orangtua, tetapi juga para praktisi yang biasa bersinggungan dengan anak usia prasekolah.
Seorang Psikolog Perkembangan di Amerika, Aliza W. Pressman, memprediksikan akan ada kendala kolektif yang muncul saat anak-anak ini mulai masuk sekolah.
Patricia K. Kuhl, pemimpin Institute for Brain and Learning Science di University of Washington, pun mencemaskan adanya masalah sensorik, motorik, kognitif, dan bahasa yang tidak terdeteksi sejak dini.
Hal ini karena tidak adanya pertemuan kelompok sebaya, sehingga para orangtua kesulitan mengevaluasi kemampuan anak mereka.
Lalu, bagaimana caranya mengevaluasi kemampuan anak, khususnya usia di bawah satu tahun, di masa pandemi seperti saat ini? Berikut Popmama.com rangkumkan untuk Mama. Yuk, kita simak bersama!
