Pixabay.com/Public Domain Pictures
Tertawa identik dengan perasaan bahagia, apakah hal ini juga berlaku pada bayi di bawah usia satu tahun?
Jawabannya, bisa jadi, Ma. Namun, hal ini masih diperdebatkan. Meski bayi usia 3-4 bulan sudah bisa mengungkapkan emosinya melalui tertawa, hal yang membuatnya tertawa bisa jadi bukan karena hal lucu yang membuatnya bahagia.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Caspar Addyman, seorang peneliti dari University of London, yang melibatkan lebih dari 1000 orangtua dari seluruh dunia.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bayi tertawa bukan disebabkan oleh hal-hal yang lucu dan bahagia. Setelah diteliti lebih lanjut, ada beberapa alasan yang membuat bayi tertawa, antara lain:
Si Kecil akan menunjukkan tawanya ketika ia mendengar bunyi bibir orang yang menciumnya, suara tepuk tangan, mendengar suara lengkingan, mendengar suara berulang, seperti bunyi bel, siulan, lonceng, atau kerincingan bayi. Suara-suara tersebut dianggap lebih menarik dibandingkan suara seseorang saat berbicara.
Bayi akan tertawa jika Mama mengajaknya bermain cilukba dengan cara menutupi wajah dengan kedua tangan ataupun bermain menyembunyikan mainan.
Ia juga akan tertawa saat ia merasakan geli dari sentuhan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Misalnya, saat Mama meniup lembut kulit si Kecil, menggelitik perutnya, atau berpura-pura mengunyah jari kakinya.
Kesimpulannya, bayi mulai bisa tertawa ketika memasuki usia 3 bulan dan aktivitas ini merupakan salah satu caranya untuk berkomunikasi. Kendati demikian, setiap bayi punya timeline perkembangan yang berbeda-beda, jadi Mama tidak perlu khawatir bila si Bayi belum tertawa sampai berusia 6 bulan.
Nanti, ketika ia sudah berusia lebih dari enam bulan, Mama bisa mengkonsultasikan kondisinya ke dokter untuk memastikan tidak adanya tanda keterlambatan perkembangan pada si Kecil.