Menurut psikolog neuropsikologis Sara Douglas, PsyD, EdM, IQ bukan sekadar angka, tetapi mencerminkan kemampuan yang terbentuk dari beragam pengalaman anak. Lingkungan yang kaya stimulasi bisa membantu mengasah kemampuan ini secara optimal.
Ia menyarankan agar bayi mendapat kesempatan merasakan berbagai tekstur, melihat pola berbeda, mendengar nada beragam, dan berinteraksi dengan banyak orang.
“Sebaiknya orangtua memberikan berbagai kesempatan untuk pengalaman baru. Jika memungkinkan, cobalah menghadirkan pengalaman berbeda di setiap minggu perkembangan anak, sehingga ia bisa belajar keterampilan awal sekaligus memperluas minatnya ke hal-hal baru,” tambah Dr. Douglas.
Dr. Heather Gosnell, dokter anak, menekankan bahwa interaksi langsung antara orangtua dan anak menjadi fondasi penting bagi perkembangan otak. Kegiatan sederhana seperti membaca, mengajak bicara, dan bermain dapat membangun kemampuan belajar yang kuat.
“Rutinitas sederhana seperti membaca, mengajak bicara, dan bermain memiliki dampak besar pada perkembangan otak dan membentuk fondasi belajar,’” jelas Dr. Gosnell.
Membacakan buku sejak bayi tidak hanya mengenalkan kata, tetapi juga mendukung perkembangan bahasa, imajinasi, dan kemampuan berpikir anak.
Dr. Gosnell menyarankan membaca buku selama 20 menit setiap hari dan menarasikan kegiatan sehari-hari untuk memperkaya kosakata sekaligus membangun kemampuan bahasa si Kecil.
Paparan layar yang berlebihan dapat menghambat kemampuan anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, mengatur waktu penggunaan gadget menjadi langkah penting untuk mendukung perkembangan kognitif anak.
Dr. Gosnell menyarankan agar anak tidak dikenalkan screen time sebelum usia 18 bulan. Jika sudah diperkenalkan, pilih tayangan berkualitas, tonton bersama anak, dan batasi penggunaannya maksimal 1 jam per hari.
Nah, itu dia rangkuman studi tentang kecerdasan anak bisa diprediksi sejak usia 7 bulan. Semoga informasinya dapat membantu, ya, Ma.