Kesuksesan Tonya Harding sebagai atlit figure skating Amerika Serikat, menjadi fenomena. Ia menjadi satu-satunya atlit perempuan yang bisa melakukan gerakan triple axis yang sangat sulit dengan sempurna.
Kehebatan Tonya tidak lepas dari sikap keras ibunya.
Sejak umur 4 tahun, Tonya sudah diajak ke lapangan es dan didorong untuk berlatih keras agar menjadi juara. Masalahnya, Sang Mama, La Vona, adalah orang yang sangat kasar dan bersedia melakukan kekerasan agar tujuannya tercapai.
Tonya memiliki trauma terhadap semua tindakan Sang Mama, sehingga ia tidak bisa menjawab, apakah ia mencintai ibunya?
Ayah Tonya, menjadi penyeimbang kekerasan Sang Mama. Namun, karena perceraian, Tonya menjadi kehilangan pegangan. Ia melawan sikap keras Sang Mama dengan prestasinya.
Namun kemudian Tonya terlibat insiden dengan Nancy Kerrigan, sesama atlit. Semua masalah itu terjadi karena Tonya hanya tahu mengatasi masalah dunia dengan kekerasan, seperti yang ibunya lakukan.
Preston Ni, seorang profesor ilmu komunikasi dalam artikelnya di Psychology Today, menulis pola hubungan yang terjadi antara Tonya dan ibunya adalah pola pasif agresif.
Hubungan dan komunikasi terjadi tidak seimbang. Dominasi satu pihak membuat salah satu pihak melakukan yang disebut Preston Ni, "Mengatakan ya, padahal maksudnya tidak. Artinya, demi menghindari konflik, pihak yang lemah selalu menuruti kata-kata pihak yang dominan. Namun, di dasar hatinya ia tidak ingin melakukan perintah tersebut, sehingga terlihat sebagai sebuah pemberontakan dan memicu pertengkaran."
3 poin pelajaran buat Mama:
- Tunjukan cinta dengan sewajarnya. Tentu saja wajar jika Mama menunjukan cintanya kepada Sang Anak. Yang tidak wajar, adalah jika cinta terlalu berlebihan sehingga Mama terlihat sangat melindungi dan menguasai anak, atau cinta yang keras, sehingga Mama terlihat hanya menyakiti perasaan anak saja.
- Menjadi orangtua yang mendukung anak. Ini adalah sisi lain yang ditunjukan La Vona, ia selalu hadir mendukung anaknya. Sebagai pelayan restoran kecil, La Vona memiliki ambisi dan ia meluangkan sebagian besar waktunya untuk menemani Tonya berlatih skating.
- Menjaga sikap agar anak belajar hak baik. Di dalam film, Tonya mengungkapkan sebuah kalimat yang menyedihkan, ia bilang, "Saya hanya tahu satu cara menjalani dunia, dengan kekerasan." Tonya belajar hal itu dari Sang Mama. Betapa keras, kata-kata kasar, makian, amarah, ketidakjujuran, menghalalkan segala cara yang dilakukan Sang Mama, membuat Tonya tidak tahu bahwa ia bisa menaklukan dunia dengan cara lembut.
Semoga Mama bisa mengambil pelajaran positif dari dua film yang sangat inspiratif ini.
Tidak ada buku panduan baku menjadi orangtua, namun Mama bisa belajar dari banyak hal, termasuk film. Tonton bersama Papa ya, supaya bisa menjadi inspirasi untuk menjadi lebih baik.
Caiyo!