5 Sikap Orangtua yang Bikin Anak Moody dan Gampang Marah

Sebelum Mama balik marah ke ABG mama yang suka marah, ada baiknya Mama meneliti sikap

5 Februari 2019

5 Sikap Orangtua Bikin Anak Moody Gampang Marah
Pixabay/ Martakoton

Menjelang remaja, Mama menemui anak mama menjadi gampang marah. Sedikit-sedikit protes dan ngambek sama Mama. ABG mama juga sepertinya sebal sama Mama dan Papa sehingga sering melawan.

Sebenarnya, ini perkembangan psikologis yang wajar terjadi di usia pra-remaja. Yang tidak wajar adalah ketika Mama tidak memahami sikap si Anak dan kemudian malah membuatnya semakin marah.

Tahukah Mama, ada 5 sikap orangtua yang bikin ABG semakin mudah marah, menurut artikel yang ditulis psikoterapis, Sean Grover L.C.S.W di situs Psychology Today.

 Cek deh, jangan-jangan Mama melakukannya.

1. Selalu mengkritik

1. Selalu mengkritik
Pexels/ Mohamed Taher

Sesekali melontarkan kritikan baik untuk perkembangan anak. Yang tidak baik adalah jika Mama terlalu sering mengkritik si Anak.

Kebanyakan kritikan membuat anak merasa tidak berguna dan gagal. Hal ini akan menjadikan mereka marah dan ingin melawan Mama. Mereka juga akan menunjukkan sikap tidak berdaya dan menjadi kehilangan semangat.

Jadi, jangan mengkritik dengan kata-kata kasar atau terlalu sering untuk segala hal yang dilakukan anak.

Tempatkan diri Mama di “sepatu” anak. Jangan melakukan atau mengatakan hal-hal yang Mama sendiri tidak sanggup mendengarnya dari orang lain.

Editors' Pick

2. Memberi perintah-perintah

2. Memberi perintah-perintah
Pixabay/ Carol_Austin

Anak mama sedang belajar mandiri dan berani mengambil keputusan. Ia akan sebal dan marah jika Mama terlalu sering menyuruhnya melakukan ini dan itu serta memaksakan perintah.

Sebaiknya hentikan kata-kata, “Kamu seharusnya begini” atau “Mama mau kamu melakukan ini”.

Perintah-perintah satu arah ini akan membuat anak mama melawan, tidak patuh, atau malah tidak berani mengeluarkan pendapatnya.

3. Selalu membanding-bandingkan

3. Selalu membanding-bandingkan
Pxhere

Anak mama pasti benci banget dibanding-bandingkan dengan teman-temannya atau saudaranya.

Menurut Sean Grover, remaja malah merasa diserang harga dirinya ketika orangtua membanding-bandingkannya dengan orang lain.

Buruknya lagi, si Anak justru akan memendam persaingan tidak sehat dengan si Pembanding, melakukan banyak cara agar bisa menang, atau depresi karena merasa tidak berdaya.

4. Rajin mengeluh

4. Rajin mengeluh
Pixabay/ Composita

Semua orangtua juga tahu, gak gampang mengasuh anak.

Tapi, coba bayangkan bagaimana perasaan si Anak kalau Mama hanya mengeluh kesulitan Mama membesarkannya. Tidak hanya kepada Papa atau Si Anak, tetapi kepada semua orang yang Mama temui. Tentu si Anak akan tersinggung dan merasa tidak berguna.

Bagaimana perasaan Mama jika menjadi beban buat orang lain? Tentu sedih, marah, dan putus asa, kan?

5. Merasa lebih jagoan

5. Merasa lebih jagoan
Pixabay/ Talibabdulla

Coba cek seberapa sering Mama bilang, “Waktu seumur kamu, Mama...”

Merasa lebih jago daripada anak sendiri, bukan memotivasi mereka, lho.

Mama harus ingat bahwa mereka unik dan punya keunggulan sendiri. Mereka tidak mau dipaksa menjadi seperti Mama. Mereka mungkin akan menjadi seperti Mama jika cerita Mama menginspirasi mereka, bukan malah memaksa atau merendahkan mereka.

Nah, sekarang coba Mama perhatikan diri sendiri. Kita semua selalu berusaha menjadi lebih baik dan mari mulai dengan langkah kecil ini.

Baca juga:

The Latest