Keluar dari Masalah, 7 Cara Membantu Remaja yang Memiliki Teman Toxic

Teman yang toxic bisa membuat remaja lelah secara fisik maupun emosional

17 Februari 2022

Keluar dari Masalah, 7 Cara Membantu Remaja Memiliki Teman Toxic
Pexels/RODNAE Productions

Setiap orangtua ingin anak-anak mereka memiliki teman dan hubungan positif yang membangun, mendorong, dan membuatnya merasa nyaman dengan diri sendiri. Namun sayangnya ada beberapa situasi ketika remaja justru berakhir dengan persahabatan yang toxic.

Menyaksikan bagaimana perilaku anak berubah menjadi lebih buruk adalah salah satu hal tersulit bagi orangtua untuk disaksikan. Sementara orangtua ingin terjun membuat segalanya lebih baik, remaja kadang memiliki tekad bahwa persahabatan harus berakhir dengan sendirinya.

Agar tidak semakin berdampak pada kehidupan anak, Mama perlu menemukan cara untuk membantu remaja yang memiliki teman toxic.

Berikut ini Popmama.com telah merangkum 7 cara membantu remaja yang memiliki teman toxic. Jangan dibiarkan ya Ma!

1. Dengarkan apa yang anak katakan tentang temannya tanpa memberikan kritik atau penghakiman

1. Dengarkan apa anak katakan tentang teman tanpa memberikan kritik atau penghakiman
Pexels/Karolina Grabowska

Akan ada titik dalam persahabatan yang toxic di mana anak-anak ingin terbuka kepada orangtuanya tentang bagaimana perasaannya.

Ketika ini terjadi, penting bagi Mama Papa untuk tidak menghakimi atau memberi nasihat. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mendukung dan mendengarkan.

Dilansir dari PureWow, orangtua mungkin terburu-buru untuk memberi tahu anak apa yang harus dilakukan untuk segera mengakhiri persahabatan. Namun sebenarnya ini adalah hal terakhir yang harus Mama lakukan setelah mendengarkan anak.

Karena itu, cara untuk menjangkau anak adalah dengan bersikap empati. Anak tak hanya akan merasa didengarkan dalam waktu yang lama, tetapi ia juga akan merasa seperti seseorang ada di pihaknya yang memberikan dukungan. Sehingga ia bisa berusaha untuk keluar dari persahabatan.

2. Ajukan pertanyaan berdasarkan informasi yang telah anak berikan

2. Ajukan pertanyaan berdasarkan informasi telah anak berikan
Freepik/Artfolio

Setelah anak remaja mama punya kesempatan untuk mengungkapkan apa yang terjadi dengan persahabatannya, langkah selanjutnya bagi Mama adalah mengajukan pertanyaan terbuka berdasarkan informasi yang diberikan.

Dilansir dari Psychology Today, begitu orangtua mengetahui betapa sulitnya persahabatan toxic bagi anak, cobalah untuk mengajukan pertanyaan terbuka tentang mengapa anak merasa terluka, kesal, atau apa pun emosi yang muncul ke permukaan.

Karena anak tidak akan merasa dihakimi dan tahu bahwa Mama mendengarkan dengan serius, ia mungkin lebih cenderung menjawab pertanyaan.

Dan ketika pertanyaan dijawab, Mama memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kedalaman persahabatan toxic yang anak alami dan apa yang perlu dilakukan untuk membantu anak agar meninggalkan persahabatan.

Editors' Pick

3. Hindari memberikan kritikan pada teman anak yang toxic

3. Hindari memberikan kritikan teman anak toxic
Pexels/Kampus Production

Salah satu hal pertama yang mungkin ingin dilakukan Mama adalah mengkritik teman anak yang toxic. Namun hindari hal ini karena sebenarnya bisa menjadi bumerang, menyebabkan anak tidak lagi terbuka tentang situasinya.

Dilansir dari EmpoweringParents.com, karena perkembangan anak-anak, terlepas dari seberapa beracun persahabatan itu, mereka mungkin masih membela teman-teman mereka.

Meskipun ini mungkin tampak mustahil mengingat perlakuan buruk yang anak terima selama persahabatan, terkadang masih ada loyalitas di sana.

Sama seperti hubungan romantis narsistik yang toxic, pertemanan yang toxic ini bisa membuat remaja percaya bahwa ia bukan apa-apa tanpa teman-temannya.

Karena itu, Mama dan Papa harus melangkah dengan ringan dan jangan tergesa-gesa, meskipun tahu teman-teman anak tidak baik untuknya.

4. Mengembangkan rasa percaya pada anak

4. Mengembangkan rasa percaya anak
Freepik/prostooleh

Meskipun hubungan orangtua dan anak harus dilandaskan pada kepercayaan, penting bagi orangtua untuk tetap mengembangkan rasa percaya pada anak.

Sampaikan bahwa Mama dan Papa tidak akan pergi ke sekolah atau menghadapi orangtua temannya tanpa seizin anak.

Menjaga kepercayaan dalam hubungan sangat penting. Kepercayaan anak telah berulang kali dilanggar oleh temannya yang toxic, jadi memiliki hubungan yang mewujudkan kepercayaan sangat penting.

Dalam kasus perundungan yang lebih serius, mungkin juga penting untuk menjelaskan kepada anak mengapa Mama perlu berbicara dengan sekolah atau guru.

5. Membatasi berapa banyak waktu yang anak habiskan bersama temannya yang toxic

5. Membatasi berapa banyak waktu anak habiskan bersama teman toxic
Pexels/Kampus Production

Jika orangtua tahu teman-teman anak terlibat dalam perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai positif, maka Mama harus membatasi berapa banyak waktu yang anak habiskan bersama teman-temannya yang toxic.

Ketika anak umumnya selalu berkumpul dengan teman-temannya yang toxic sepulang sekolah, cobalah untuk mendaftarkan anak pada kelas atau ekstrakulikuler agar ia lebih fokus untuk mengembangkan diri daripada harus berkumpul dengan teman-teman yang melelahkannya.

Namun jika sampai teman-temannya sampai melanggar hukum atau melakukan hal-hal yang tidak sehat, Mama mungkin dapat mengatakan “Mungkin mereka temanmu, tapi Mama tidak akan membiarkanmu bergaul dengan mereka.”

Ketika ini terjadi, remaja mungkin akan memberontak. Tapi sekali lagi, orangtua menetapkan standar dan harapan. Jika anak tidak memenuhinya, setidaknya ia tahu ada standar dan harapan untuk membangun persahabatan apa yang sehat dan positif.

6. Menggunakan teknik pencerminan

6. Menggunakan teknik pencerminan
Freepik

Teknik pencerminan adalah cara yang ampuh yang dapat digunakan orangtua untuk membuat anak-anak melihat betapa buruknya mereka diperlakukan dan mengapa mereka tidak pantas menerima perilaku itu.

Dilansir Insider, teknik psikologis yang disebut mirroring ini memungkinkan anak untuk melihat bagaimana perilaku beracun tersebut berpengaruh pada dirinya. Ini adalah teknik nonverbal di mana seseorang meniru bahasa tubuh, kualitas vokal, atau sikap orang lain.

Melalui teknik ini, anak yang berada dalam hubungan toxic secara bertahap dapat mulai melihat kurangnya rasa hormat dan dukungan, meskipun ia telah memberikan dukungannya kepada teman-temannya yang toxic.

Begitu anak-anak menyadari bahwa persahabatan yang ia miliki adalah toxic dan hanya menguras emosi, anak akan lebih terdorong untuk untuk melepaskan diri dari persahabatan yang hanya menyebabkan sakit hati.

7. Bantu anak memutuskan siklus persahabatan toxic

7. Bantu anak memutuskan siklus persahabatan toxic
Freepik/romeo22

Jika anak mama tidak sepenuhnya siap untuk memutuskan persahabatan toxic-nya, dorong ia untuk membuat rencana dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Ini adalah cara untuk membuatnya melihat seperti apa persahabatan yang sehat itu.

Dilansir dari Psychology Today, jika Mama dapat membuat anak terlibat dalam kegiatan dan klub yang bukan merupakan bagian dari teman toxic-nya, anak cenderung terbebas dari keracunan itu.

Seiring waktu, anak akan mulai menyadari betapa bahagia dirinya dengan teman-teman lain yang baik hati dan mendukung, dibandingkan dengan teman toxic yang hanya ingin menjatuhkannya.

Dan ketika anak mulai menyadari sendiri betapa tidak sehatnya persahabatan di masa lalu tersebut, lingkaran pertemanan yang toxic akan terputus dengan sendirinya.

Nah itulah beberapa cara membantu remaja yang memiliki teman toxic. Memiliki komunikasi yang terbuka adalah langkah awal yang penting untuk mengetahui bagaimana lingkungan remaja di luar rumah.

Dengan menerapkan tujuh cara di atas, semoga dapat membantu remaja untuk mendapatkan pertemanan yang sehat ya Ma!

Baca juga:

The Latest