5 Cara Menghadapi Ketika Terjadi Pertengkaran dengan Anak Remaja

Kesalahpahaman hingga pertengkaran kerap terjadi ketika orangtua mengasuh anak usia remaja

8 Juli 2021

5 Cara Menghadapi Ketika Terjadi Pertengkaran Anak Remaja
Freepik/Macniak

Terkadang, usaha apa pun yang Mama lakukan, tetap sulit untuk memahami remaja. Ketika anak telah memasuki usia remaja, ia mulai membentuk pikirannya sendiri, dan berada di tahap sudah menginginkan kemerdekaan atau kebebasan untuk membuat pilihan sendiri.

Dan di atas itu, bimbingan orangtua juga masih sangat diperlukan pada masa ini. Situasi inilah yang bisa menimbulkan bentrokan dan konflik besar mengamuk di rumah. Untungnya, semua harapan tidak hilang.

Jika Mama dan remaja mengalami kesalahpahaman besar, berikut Popmama.com akan memberikan beberapa cara bagaimana menyelesaikan konflik tersebut. 

Yuk disimak, cara menghadapi saat terjadi pertengkarang dengan anak remaja!

1. Sementara, berikan anak ruang untuk sendiri

1. Sementara, berikan anak ruang sendiri
Freepik/Rawpixel-com

Memberi remaja sedikit ruang akan membantunya belajar cara menahan diri saat sedang marah, dan menghindari mengatakan hal-hal yang tidak boleh ia katakan dalam perdebatan sengit. Ini juga memungkinkan anak untuk mengidentifikasi perasaannya sendiri.

Memberikan ruang juga membantu anak merenungkan apa yang ia rasakan dan mengapa ia merasa seperti itu.

Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah penting bagi orangtua untuk menangani konflik ini sama seperti menangani kesalahpahaman dengan orang dewasa. Jadi, ini sama seperti Mama yang meminta jeda saat berdebat dengan pasangan atau teman.

Biarkan anak remaja mengeluarkan emosi negatifnya. Jika konflik menyebabkan anak menangis, biarkan ia duduk sendiri di kamar untuk memproses emosi. Dan saat Mama dan anak sudah tenang dan siap, saat itulah Mama dapat mengajak anak untuk berbicara.

Editors' Pick

2. Penting untuk selalu mendengarkan anak

2. Penting selalu mendengarkan anak
Freepik/Kliver00

Pengingat penting lainnya adalah, selalu berpikir bahwa anak remaja bisa lebih pintar dari yang Mama pikirkan. Dan, menjadi orangtua tidak berarti membuat Mama selalu benar.

Jadi, Mama harus berani mempertimbangkan poin-poin yang diajukan anak selama pertengkaran, karena terkadang, Mama membuat kesalahan dan anak dapat mengetahuinya lebih baik. Sehingga, jangan lupa untuk berpikiran terbuka.

Dengarkan dan pertimbangkan perasaannya. Jangan memutuskan untuk menutup telinga hanya karena tidak setuju dengan anak. Melalui cara ini, anak dapat merasakan bahwa meskipun ada konflik, cinta dan rasa saling menghormati antara Mama dan anak akan selalu hadir.

3. Duduk, minta maaf, dan bicara

3. Duduk, minta maaf, bicara
Freepik/Valya_svirido

Setelah anak menghapus air mata dan menenangkan diri, saat itulah Mama dapat berbicara. Kunjungi anak remaja di kamarnya untuk berbicara.

Mama dapat meminta maaf karena menunjukkan kemarahan dan kekesalan, dan minta maaf karena mungkin telah mengatakan hal-hal yang tidak pantas yang telah menyakiti perasaannya.

Dilansir dari Focus On The Family, ketika orangtua tidak meminta maaf kepada anak-anak atas semua kata-kata yang menyakitkan, ini sebenarnya dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada harga diri anak bahkan saat mereka tumbuh dewasa.

Saat berbicara dengan anak, selalu ingat untuk membiarkannya selesai berbicara sebelum Mama menjelaskan apa yang Mama pikirkan. Tetap tenang dan lakukan kontak mata. Cobalah untuk memahami emosi anak.

Dan ketika giliran Mama untuk berbicara, terbukalah tentang apa yang Mama rasakan. Jelaskan sudut pandang tanpa memaksakannya pada anak. Dan jika memungkinkan, Mama dapat bernegosiasi dengan anak untuk menemukan solusi yang baik untuk semua pihak.

4. Hindari mencoba untuk mengontrolnya

4. Hindari mencoba mengontrolnya
Freepik/Wavebreakmedia

Setelah kesalahpahaman, mungkin agak canggung berada di sekitar satu sama lain. Anak mungkin perlu beberapa saat untuk melepaskan perasaan negatifnya, dan Mama juga mungkin masih menyimpan rasa frustrasi.

Jika ini terjadi, selalu ingatkan diri sendiri bahwa apa pun yang terjadi, Mama dan anak adalah keluarga. Dan, sebagai orangtua, adalah tugas Mama untuk mendidik anak menjadi dirinya sendiri, bukan mengendalikannya.

Jika anak tetap melakukan apa yang diinginkannya, terlepas dari upaya terbaik Mama, jangan mencoba untuk mengendalikannya. Selalu ingatkan diri untuk bersabar, mendengarkan anak, dan selalu berbicara dengannya.

Karena kemungkinan besar, jika terlalu mengontrol, anak mungkin mencoba menghindari konflik dengan menyelinap atau berbohong kepada orangtua. Akibatnya, anak akan terlalu terisolasi secara emosional, dan tentu saja, Mama tidak menginginkannya, bukan?

5. Jika keadaan tidak membaik, penting untuk melakukan konseling

5. Jika keadaan tidak membaik, penting melakukan konseling
Freepik/Zinkevych

Jika Mama atau anak menunjukkan tanda-tanda pelecehan dan kekerasan, mungkin sudah saatnya untuk mencari terapi untuk bisa menangani konflik.

Terapis berpengalaman dapat membantu Mama dan anak membongkar semua emosi yang tertekan, dan juga membantu Mama dan anak untuk berkomunikasi dengan cara yang sehat dan memberdayakan.

Dilansir dari Boulder Psychological Services, terapis keluarga dapat membantu seluruh keluarga membuat kesepakatan bersama yang nantinya akan membantu keluar dari perebutan kekuasaan di rumah.

Dan melalui konseling, Mama dan anak dapat meredakan pola konflik apa pun, sehingga dapat menghindari kesalahpahaman yang berulang, menciptakan batasan, dan membicarakan perasaan dengan cara yang efektif.

Masa-masa remaja adalah masa yang berat bagi anak dan juga bagi orangtua. Walaupun tak mudah dan banyak tantangannya, penting bagi Mama untuk tetap bersabar dan menganggap bahwa ini adalah tahap belajar anak untuk menjadi dewasa.

Bagaimanapun juga, remaja masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang dari orangtua, sehingga jangan biarkan konflik berlarut-larut. Menyelesaikan konflik dengan cara yang positif juga mengajarkan anak bahwa sebesar apapun konfliknya, ini bisa diselesaikan dan menemukan solusi yang baik untuk semuanya.

Baca juga:

The Latest