Cari Tahu, 9 Jenis Overthinking yang Dapat Remaja Alami

Tak jarang, overthinking dapat memengaruhi anak remaja di setiap bidang kehidupannya

24 Juni 2021

Cari Tahu, 9 Jenis Overthinking Dapat Remaja Alami
Freepik

Overthinking atau yang sering dikatakan sebagai pemikiran yang tidak terkendali secara berlebihan ini adalah masalah yang mengganggu tak sedikit orang, bahkan juga seringkali menyerang anak remaja.

Sayangnya, remaja atau orang dewasa yang berjuang dengan overthinking-nya berujung pada kecemasan hingga depresi.

Bukan hanya ada satu, melainkan ada 9 jenis overthinking yang berbeda-beda, sehingga bukan tak mungkin dapat memengaruhi anak remaja di setiap bidang kehidupannya.

Apa saja jenis-jenis ovethinking yang dapat anak alami?

Untuk itu, cari tahu informasi selengkapnya yang telah Popmama.com rangkum dari laman The Depression Project, di bawah ini ya!

1. Khawatir tentang masa depan

1. Khawatir tentang masa depan
Freepik/watchwater

Di sinilah seorang remaja dapat terus-menerus stres dan cemas bahwa sesuatu yang "buruk" mungkin terjadi, Seperti, misalnya, anak gagal dalam ujian akhir semester, anak mengalami kekalahan pada kompetisi, atau hingga mungkin perubahan iklim yang mendatangkan kekacauan di seluruh dunia.

Khawatir tentang masa depan ini bisa menjadi dua sisi yang berbeda. Anak yang takut gagal atau kalah, dapat merasa termotivasi dengan belajar atau latihan tambahan. Namun di sisi lain, anak bisa menjadi tidak fokus untuk mempersiapkan hari esok atau masa depannya.

2. Perenungan tentang masa lalu

2. Perenungan tentang masa lalu
Freepik/Luis-molinero

Ini bisa melibatkan terus-menerus memikirkan kesalahan yang anak buat di masa lalu, atau terus-menerus mengulang saat ia pernah terluka berulang kali, dalam pikirannya. Tenggelam dalam penyesalan di masa lalu juga memiliki dua sisi seperti overthinking tentang masa depan.

Ketika anak bisa memperbaiki kesalahannya di masa lalu dan mengulang kesempatan lebih baik, atau justru berlarut-larut dalam penyesalan yang membuatnya berhenti dan mundur dari hal yang diinginkannya.

Cobalah untuk mengajarkan anak bagaimana cara berdamai dengan diri sendiri di masa lalu, dengan menganggapnya itu sebagai pelajaran untuk berbuat lebih baik lagi di masa kini atau masa depan.

3. Memikirkan hal-hal yang terlalu berat

3. Memikirkan hal-hal terlalu berat
Freepik/Zinkevych

Terlalu memikirkan "hal-hal besar" dalam hidup seperti, “siapa saya?”, “Apa tujuan saya?”, dan “Apakah saya dalam jalur yang benar?” dapat membuat anak mempertanyakan dirinya sendiri, hingga meragukannya.

Dalam beberapa waktu, terkadang memikirkan hal-hal ini tentu saja dapat membantu, tetapi ketika pemikiran itu menjadi "tidak terkendali" dan "berlebihan", seperti ketika berubah menjadi terlalu banyak berpikir, maka itu tidak lagi produktif dan bermanfaat, dan hanya membuat remaja merasa bingung, kewalahan dan panik.

Editors' Pick

4. Membaca pikiran orang lain

4. Membaca pikiran orang lain
Freepik/Zinkevych

Ketika anak berusaha terus-menerus mencoba memprediksi apa yang orang lain pikirkan tentangnya, ia bisa mengalami overthinking.

Contoh dari hal ini adalah berada di sebuah acara keluarga dan, karena anak mama banyak bicara, ia kemudian bisa berpikir, "Apakah aku salah membicarakan sesuatu? Aku ingin tahu apa yang mereka pikirkan tentangku? Aku yakin semua orang pasti mengira aku anak yang bodoh!”

5. Keragu-raguan

5. Keragu-raguan
Freepik/user12688291

Di sinilah remaja dapat terpaku pada keputusan yang relatif sederhana seperti, “apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan restoran yang akan dikunjungi?”

Ketika anak cenderung terlalu banyak berpikir dengan cara ini, ia membuat pilihan untuk mengirim otaknya ke mode “pekerjaan keras”, karena anak tidak bisa untuk tidak memikirkan semua kemungkinan.

 Misalnya, "Jika aku memilih untuk mengenakan baju biru daripada baju abu-abu, lalu apa yang akan dipikirkan orang? Bagaimana itu akan mengubah caranya memandangku? Bagaimana jika itu membuatku lebih menonjol dan saya menarik perhatian yang tidak perlu pada diri sendiri?” dan seterusnya.

6. Terlalu banyak membaca situasi

6. Terlalu banyak membaca situasi
Freepik

Contohnya adalah ketika masalah kecil terjadi, dan kemudian pikiran anak menjadi terlalu bersemangat memikirkan semua hal, tak jarang malapetaka yang akan terjadi sebagai akibatnya.

Misalnya, setelah makan siang, ia menyadari ada noda kecil di lengan bajunya, dan sepanjang hari itu, yang anak pikirkan hanyalah bagaimana jika noda kotor ini membuat semua orang di sekolah akan menganggapnya sebagai anak yang jorok.

Bagaimana jadinya ini bisa berdampak negatif pada kinerja anak di sekolah, dengan memikirkan bahwa teman-temannya mungkin akan menertawakannya dan lain-lain.

7. Pikiran putus asa

7. Pikiran putus asa
Freepik/Vladimirpolikarpov

Pikiran putus asa ini dapat membuat anak menjadi "terjebak" adalah lingkaran pikiran negatif yang tidak produktif tentang suatu keadaan. Ini terjadi ketika otak anak bekerja terlalu keras untuk memikirkan pikiran tanpa harapan, biasanya tentang masa depan, atau tentang keadaannya saat ini.

Berpikir tidak terkendali dan berlebihan seperti, "aku tidak bisa melakukan ini", "tidak ada gunanya mencoba", "segalanya tidak akan pernah menjadi lebih baik" atau, "aku tidak akan pernah menjadi lebih baik”

8. Pikiran yang menganggap diri sendiri tak berharga

8. Pikiran menganggap diri sendiri tak berharga
Freepik/Miksturaproduction

Ini adalah saat otak anak terjebak dalam lingkaran pikiran negatif yang bekerja terlalu keras untuk memikirkan pikiran yang tidak berharga tentang diri sendiri. Misalnya seperti, "aku sangat membebani", aku membenci tubuhku", "aku tidak akan pernah mendapatkan nilai yang diinginkan".

9. Obrolan mental

9. Obrolan mental
Freepik/Mariasurtu

Ini adalah saat remaja berpikir terus menerus, yang bersifat pasif tetapi mengalihkan perhatiannya untuk fokus pada saat itu. Hal ini bisa bahkan tentang hal-hal yang sangat sepele atau duniawi. Seperti ingin membeli baju baru, lalu anak berpikir tentang apa warnanya, apakah warna itu cocok untuknya, seperti apa modelnya, dan lain-lain.

Jika anak mama berjuang melawan overthinking, kabar baiknya adalah meskipun hal itu tidak dapat diatasi dalam semalam, anak bisa belajar bagaimana mengatasi hingga menghentikan overthinking-nya.

Penting untuk memberitahu anak bahwa ia tidak harus melewatinya sendiri. Jika anak merasa tidak bisa menceritakannya pada Mama, sebaiknya segera mencari bantuan dari luar seperti terapis yang berkualifikasi, sehingga dapat membantu anak untuk mengatasi pemikirannya dan bahkan mengubah pola pikirnya.

Baca juga:

The Latest