Kenapa Anak Mulai Remaja Lebih Tertutup? Ini Jawaban Psikolog

Usia preteen adalah masa di mana anak mulai mengenai dirinya sebagai individu yang bisa memilih. Salah satu perubahan yang paling umum adalah mereka menjadi lebih tertutup dan tidak lagi terbuka seperti sebelumnya.

Menurut psikolog Pritta Tyas, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi:

• Otak berkembang pesat di mana pada usia ini, anak mulai berpikir lebih mandiri dan kritis. Mereka ingin mengeksplorasi dunia dengan cara mereka sendiri dan mulai mempertanyakan banyak hal, termasuk aturan dan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua.
• Mulai ingin privasi, di usia preteen mulai merasa perlu memiliki ruang sendiri dan tidak ingin selalu diawasi. Mereka mulai menghargai batasan pribadi dan ingin merasa memiliki kendali atas kehidupan mereka.
• Teman jadi lebih penting karena anak mulai mencari validasi dari lingkungan sebaya. Mereka ingin diterima dalam kelompok teman-temannya dan sering kali lebih mengutamakan pendapat teman dibandingkan orangtua.
• Emosi naik turun, karena perubahan hormon yang terjadi menjelang masa pubertas membuat emosi anak menjadi lebih sensitif dan fluktuatif. Mereka bisa merasa tidak dipahami atau mudah tersinggung, yang menyebabkan mereka semakin menarik diri dari komunikasi dengan orang tua.

Sebagai orangtua, penting untuk memahami bahwa perubahan ini adalah bagian alami dari perkembangan anak.

Bersikap terbuka, mendukung, dan memberikan ruang bagi anak untuk berkembang akan membantu mereka melewati fase ini dengan lebih baik tanpa merasa tertekan atau diabaikan.

Saat anak mulai memasuki fase preteen, mereka cenderung menjadi lebih tertutup dan sulit diajak berbicara. Sayangnya, tanpa disadari, sikap orang tua seringkali justru membuat anak semakin menarik diri.

Menurut psikolog Pritta Tyas, ada beberapa hal yang sering dilakukan orang tua dan berpotensi membuat anak semakin enggan berbagi cerita:

• Langsung menghakimi, ketika anak menceritakan sesuatu, orang tua sering kali langsung memberikan penilaian tanpa mencoba memahami perasaan mereka. Ucapan seperti "Kamu kok gitu sih, gak boleh dong!" bisa membuat anak merasa disalahkan dan akhirnya memilih untuk diam.
• Terlalu banyak memberi nasihat sebelum mendengar. Saat anak mencoba berbicara, orangtua terkadang buru-buru memberi nasihat tanpa benar-benar mendengarkan terlebih dahulu. Kata-kata seperti "Kamu tuh harusnya..." bisa membuat anak merasa tidak dimengerti dan akhirnya malas untuk bercerita.
• Membandingkan dengan diri sendiri atau anak lain. Membandingkan anak dengan orang lain, baik itu saudara, teman, atau bahkan diri sendiri saat masih kecil, hanya akan membuat anak merasa tidak cukup baik. Misalnya, ucapan seperti "Dulu ibu gak gitu!" bisa membuat mereka merasa tidak dihargai dan semakin menjauh.
• Memaksa anak untuk bercerita saat mereka belum siap. Tidak semua anak langsung siap untuk berbicara tentang perasaan atau masalah mereka. Memaksa mereka dengan kata-kata seperti "Duduk sini, jawab kalau ibu tanya." bisa membuat mereka semakin enggan terbuka dan merasa tidak nyaman.

Saat anak mulai memasuki usia preteen, mereka cenderung menjadi lebih tertutup dan sulit diajak berbicara. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak merasa lebih nyaman berbagi cerita.

• Dengarkan tanpa buru-buru memberi solusi. Kadang, anak hanya ingin didengar tanpa langsung diberikan solusi. Mengatakan "Wah, itu pasti gak mudah buat kamu. Ceritain deh..." akan membuat mereka merasa dihargai dan lebih nyaman berbicara.
• Validasi perasaan mereka. Anak perlu tahu bahwa perasaan mereka itu valid dan normal. Kalimat seperti "Wajar kalau kamu ngerasa gitu, itu manusiawi kok." bisa membantu mereka merasa dipahami dan diterima.
• Jadi role model keterbukaan. Jika ingin anak terbuka, orang tua juga perlu menunjukkan sikap keterbukaan. Berbagi pengalaman sehari-hari dengan anak, seperti "Kita juga bisa cerita tentang pengalaman hari ini biar anak merasa aman untuk berbagi." akan menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih nyaman.

Dengan menerapkan cara-cara ini, orangtua bisa membangun hubungan yang lebih erat dengan anak. Ini membuat mereka tidak merasa takut atau ragu untuk berbagi cerita dan perasaan yang dialami.

Itulah tadi kenapa anak mulai remaja lebih tertutup? Ini jawaban psikolog Pritta Tyas. Semoga membantu ya!