Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Anak mengonsumsi junk food
Freepik/pvproductions

Mama, di masa remaja, otak anak sedang berkembang pesat. Ini adalah fase emas di mana kemampuan berpikir, mengingat, dan mengambil keputusan bisa diasah secara maksimal.

Sayangnya, kebiasaan jajan sembarangan, terutama konsumsi junk food yang tinggi lemak jenuh, gula, dan zat aditif, bisa diam-diam menghambat potensi tersebut.

Junk food memang menggoda karena praktis, murah, dan rasanya membuat ketagihan. Namun dampaknya tidak sepraktis itu.

Pola makan yang tidak sehat bisa membuat daya ingat anak menurun, konsentrasi terganggu, bahkan memengaruhi suasana hati dan prestasi belajar.

Otak yang seharusnya tajam dan siap menyerap ilmu, justru jadi lambat merespons karena asupan yang tidak mendukung.

Dalam artikel ini, Popmama.com akan membahas bahaya dan dampak mengonsumsi junk food bagi otak anak. Yuk, Mama, bantu anak remaja kita lebih bijak memilih makanan!

Bahaya Junk Food menurut Hasil Penelitian

Freepik

Berdasarkan penelitian terbaru dari University of North Carolina (UNC) School of Medicine yang dipublikasikan tahun 2025, konsumsi junk food (makanan cepat saji tinggi lemak dan gula) dalam waktu singkat, hanya empat hari, dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan mengingat anak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa lemak jenuh dalam junk food menyebabkan kelebihan aktivitas neuron tertentu di hippocampus, bagian otak yang berperan penting dalam memori.

Kondisi ini mengganggu pembentukan dan pemrosesan memori pada otak sebelum munculnya gejala lain seperti kenaikan berat badan atau diabetes.

Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa dengan mengembalikan kadar glukosa normal di otak melalui perubahan pola makan seperti puasa intermiten, gangguan ini dapat dibalik dan kemampuan memori dapat pulih kembali.

Selain itu, studi lain yang melibatkan tikus remaja menunjukkan bahwa diet tinggi junk food dapat menurunkan kadar asetilkolin, neurotransmiter penting untuk memori, sehingga memori bisa terganggu dalam jangka panjang.

Meski ada potensi perbaikan dengan obat-obatan yang merangsang pelepasan asetilkolin, efek negatif diet junk food pada otak anak perlu diwaspadai dan dicegah dengan pola makan sehat sejak dini.

Dampak jika Terlalu Sering Mengonsumsi Junk Food bagi Otak

Freepik/photoroyalty

Pola makan junk food pada remaja berisiko merusak perkembangan otak terutama pada bagian yang mengatur memori, pengendalian diri, dan emosi, seperti otak bagian hippocampus dan prefrontal cortex.

Dampak konsumsi junk food berlebihan pada otak remaja antara lain:

  • Gangguan fungsi kognitif, seperti penurunan kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi yang penting dalam kegiatan belajar sehari-hari.

  • Peningkatan risiko gangguan neurodevelopmental seperti hiperaktif (ADHD) dan depresi, yang dapat memengaruhi suasana hati dan perilaku anak.

  • Peradangan dan stres oksidatif di otak yang dapat mengganggu koneksi neuron dan proses pembelajaran.

  • Disruptif pada keseimbangan mikrobioma usus (gut-brain axis), yang berperan penting dalam produksi neurotransmiter seperti serotonin, pemicu suasana hati dan fungsi otak yang sehat.

  • Pola konsumsi junk food yang tinggi juga dapat memicu kebiasaan makan berlebihan (overconsumption) dengan efek seperti kecanduan, yang berpotensi memperburuk kesehatan mental dan risiko obesitas.

Perkembangan otak remaja sangat rentan terhadap pengaruh nutrisi dan lingkungan, konsumsi berlebih makanan ultra proses pada masa ini dapat membawa dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan otak dan mental anak.

Jenis Makanan yang Tidak Baik bagi Otak

Freepik

Agar otak anak tetap dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Berikut adalah daftar jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh anak:

  1. Makanan cepat saji dan junk food
    Mengandung lemak jenuh, gula tinggi, garam, dan bahan tambahan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi otak, seperti menurunnya kemampuan mengingat, konsentrasi, dan pembelajaran. Bisa memicu peradangan di otak dan risiko gangguan emosi seperti depresi.

  2. Makanan dengan karbohidrat olahan
    Contohnya roti putih, pasta, pizza, dan camilan manis yang memiliki indeks glikemik tinggi. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan lonjakan gula darah dan peradangan pada hippocampus, bagian otak yang berperan pada memori, sehingga dapat menurunkan daya ingat dan fungsi kognitif.

  3. Makanan tinggi lemak trans
    Sering ditemukan dalam margarin, gorengan, camilan kemasan dan makanan olahan lain. Lemak trans terbukti dapat menurunkan fungsi kognitif dan kemampuan otak dalam belajar serta mengingat.

  4. Makanan dengan kandungan merkuri
    Ikan tertentu seperti hiu, makarel, dan tuna dapat mengandung merkuri tinggi yang bersifat neurotoksik dan berbahaya bagi perkembangan otak remaja.

  5. Minuman manis dan minuman berenergi
    Gula berlebih dalam minuman ini dapat menimbulkan obesitas, resistensi insulin, dan peradangan otak yang berdampak negatif pada memori dan fungsi otak anak.

  6. Daging olahan
    Makanan olahan seperti daging asap dan sosis dapat mengandung bahan pengawet yang merugikan kesehatan otak dalam jangka panjang.

  7. Kafein Bberlebihan
    Dapat menghambat penyerapan zat besi penting untuk mengirim oksigen ke otak, sehingga pertumbuhan dan fungsi otak bisa terganggu.

Secara ringkas, makanan yang tinggi gula, lemak jenuh, lemak trans, bahan pengawet, pewarna, dan logam berat tidak baik untuk otak remaja dan sebaiknya dihindari atau dikurangi agar perkembangan otak dan fungsi kognitif anak tetap optimal.

Junk food memang tidak baik dikonsumsi secara berlebihan. Sebagai orangtua, sebaiknya Mama selalu mengingatkan anak untuk selalu mengonsumsi makanan sehat.

Asupan yang baik dengan nutrisi yang seimbang, akan membuat tubuh tumbuh menjadi lebih optimal, sehingga anak dijauhkan dari gangguan pada otaknya.

Editorial Team