Alasan di Balik Pemberontakan Anak Remaja Menurut Penelitian

Bukan tanpa alasan anak di atas usia 13 tahun lebih susan diberi tahu, inilah alasan ilmiahnya, Ma

26 Juli 2023

Alasan Balik Pemberontakan Anak Remaja Menurut Penelitian
Freepik/Bearphotos

Memasuki usia 13 tahun ke atas atau remaja mungkin menjadi masa yang cukup menantang bagi para orangtua dalam mendisiplinkan anak-anaknya.

Usia remaja yang sudah tidak lagi anak-anak membuat segala usaha yang dilakukan untuk mendisiplinkan mereka tidak lagi mempan. 

Pasalnya, sikap mengomel, meneriaki, hingga memerintah anak agar mau mengikuti ucapan Mama atau Papa rasanya sudah tidak lagi mengena pada mereka.

Sikap memberontak anak yang enggan melakukan ini dan itu kerap membuat orangtua stres dan merasa tidak dihormati. Padahal, sikap memberontak anak usia remaja ini ternyata ada alasan tersendiri secara ilmiah, lho.

Dengan mengetahui alasan tersebut, mungkin Mama bisa lebih memahami anak dan belajar mencari cara yang lebih bijak lagi untuk mendisiplinkan anak remaja.

Lantas, apa alasan di balik pemberontakan anak remaja berdasarkan penelitian? Berikut Popmama.com rangkumkan informasi selengkapnya.

1. Penjelasan ilmiah terkait alasan pemberontakan anak usia remaja

1. Penjelasan ilmiah terkait alasan pemberontakan anak usia remaja
Freepik
Ilustrasi

Pada penelitian yang dilakukan oleh Stanford School of Medicine, remaja usia 13 tahun ke atas mulai menolak mendengarkan ucapan orangtuanya karena secara neurologis, anak akan memproses suara orangtua secara bertahap.

Nah, ketika usianya menginjak 13 tahun atau remaja, otaknya akan menutup gelombang suara Mama dan mulai mengenali suara lainnya.

Pada usia inilah, anak remaja mama mungkin akan lebih mudah terhasut atau lebih mempercayakan pernyataan orang lain dibandingkan orangtua mereka.

Ini juga yang bisa menjadi alasan mengapa anak usia remaja mulai tertutup dengan orangtuanya dan memilih bertukar cerita dengan teman sebayanya yang dirasa lebih mengertinya.

2. Perkembangan otak anak yang terus mengalami perubahan

2. Perkembangan otak anak terus mengalami perubahan
Freepik/diana.grytsku

Perkembangan otak anak usia remaja menjadi perubahan besar dari orak anak-anak, yang mulanya terhubung untuk lebih memerhatikan suara orangtuanya, kini makin mengenali suara lain di luar sana.

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa remaja yang memberontak untuk disiplinkan oleh orangtua bukan semata karena mereka ingin, melainkan secara neurologis, anak akan memproses suara orangtua mereka secara berbeda ketika mereka remaja dibandingkan dengan masa kanak-kanak.

Alasan terbesarnya mengapa anak remaja lebih banyak memberontak atau menolak untuk disiplinkan orangtuanya adalah karena pemindaian otak mereka merasa bahwa suara Mama seperti gelombang suara guru yang memerintahnya.

Selain itu, semakin bertambahnya usia anak, mereka juga mulai mengembangkan kemampuannya secara mandiri sehingga tidak ingin lagi dikekang sebagaimana mereka masih kanak-kanak dahulu.

3. Perubahan dialami anak antara usia 13 dan 14 tahun

3. Perubahan dialami anak antara usia 13 14 tahun
Pexels/Karolina Grabowska

Para peneliti tidak menemukan adanya perbedaan antara anak remaja laki-laki maupun perempuan. Semua remaja umumnya mengalami perubahan demikian ketika memasuki rentang usia 13 dan 14 tahun.

Biasanya, para remaja akan lebih fokus pada "mitra sosial non-keluarga", seperti teman atau orang baru yang mereka temui. Hal ini yang membuat mereka kurang terbuka kepada orangtuanya untuk sekadar berinteraksi atau menjadi pembimbing mereka.

Hal ini karena anak mulai belajar mandiri yang harus dipicu oleh sinyal biologis yang mendasarinya. Sinyal tersebut yang akan membantu remaja terlibat dengan dunia dan membentuk koneksi yang memungkinkan mereka mahir secara sosial di luar keluarga mereka.

Jadi, bukan semata-mata anak memberontak dan menolak disiplinkan ya, Ma. Ini karena pertumbuhan usia dan perkembangan otaknya yang mulai mempelajari kehidupan mandiri yang dimiliki.

Pasalnya, akan ada masanya anak mama mulai memilih privasi mereka dan mulai tidak mendengarkan kita sebagai orangtuanya. 

Alih-alih terus membentak dan memarahi anak karena tak mau mendengarkan kita, sebaiknya kita beri arahan pada anak untuk tetap ke jalan yang positif sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Baca juga:

The Latest