Kisah Tunarungu asal Purwokerto Cetak Prestasi Bidang Seni Kriya Kayu

Di tengah keterbatasan, Fahri Khoirullah telah memperoleh banyak medali dan piala membanggakan

27 Maret 2024

Kisah Tunarungu asal Purwokerto Cetak Prestasi Bidang Seni Kriya Kayu
Popmama.com/Sania Chandra

Fahri Khoirullah merupakan anak laki-laki kelahiran 2006 asal Purwokerto yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir. Di tengah keterbatasan yang dimiliki, Fahri mampu menyulap hal tersebut sebagai keunggulan tersendiri. 

Meski memiliki kekurangan dalam mendengar dan berbicara, namun tangan Fahri tetap hidup untuk bergerak membuat karya seni yang berujung dapat menghasilkan prestasi membanggakan. 

Sosok Fahri seolah menjadi bukti bahwa menjadi tunarungu bukan akhir dari segalanya. Sukses menginspirasi banyak orang, berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut mengenai kisah tunarungu asal Purwokerto cetak prestasi di bidang seni kriya kayu

1. Awalnya sang Mama tidak menyadari bahwa Fahri memiliki kekurangan dalam mendengar dan berbicara

1. Awal sang Mama tidak menyadari bahwa Fahri memiliki kekurangan dalam mendengar berbicara
Popmama.com/Sania Chandra

Tim Popmama.com berkesempatan untuk mengunjungi rumah Fahri di Purwokerto sekaligus mewawancarai Mamanya yang bernama Setyo Angelowati. Dikatakan bahwa Setyo awalnya tidak menyadari putranya memiliki kekurangan dalam mendengar. 

“Saya nggak ada kepikiran anak (Fahri) itu kurang. Tahu-tahu saya sadar kok anak ini jarang nangis ya. Kalau ada suara, dia nggak peduli. Saya sebagai orangtua nggak kepikiran jauh ke situ,” kata Setyo Angelowati. 

Seiring berjalannya waktu, Setyo masih belum kunjung sadar. Ia berusaha berpikir positif bahwa anaknya baik-baik saja. Namun, kejanggalan terus terjadi, terlebih saat Fahri tak kunjung merespons ketika dipanggil. 

“Terus dari pas umur berapa gitu, saya panggil, kok nggak ada reaksi apa pun. Tapi kata orangtua sih, habis lahir anak harusnya bisa jalan dulu. Jadi, jalau soal ngomong (bisa bicara) belakangan biasanya. Tapi kok lama-lama saya ngerasa aneh, dia (Fahri) nggak ngerespons sama sekali,” ceritanya. 

Selain tidak merespons, Fahri yang kala itu masih kecil juga tak bisa berceloteh seperti kebanyakan anak pada umumnya. Sekalinya berusaha bersuara, Fahri justru mengeluarkan suara seperti tercekik. 

“Dia nggak bisa ngomong, cuma kayak suara tercekik lah. Terus pas masa-masa sekolah, itu saya mulai kepikiran, kok anak saya nggak ngomong? Tapi saya nggak ke THT,” lanjutnya. 

Editors' Pick

2. Fahri sempat mendapatkan intimidasi dari guru yang mengajar di sekolah

2. Fahri sempat mendapatkan intimidasi dari guru mengajar sekolah
Popmama.com/Sania Chandra

Fahri sempat merasakan bersekolah di sekolah umum dari kelas 1 SD sampai 3 SD. Namun, ketika berada di kelas 4 SD, Fahri mulai mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang diterangkan guru. 

“Pertama itu saya ke sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa). Tapi, katanya jangan masuk sini, coba ke sekolah umum dulu. Akhirnya, saya sekolahkan di sekolah biasa sampai kelas 3 SD. Begitu naik kelas 4 ada soal dikte, dia mulai bingung. Nggak bisa nulis, nggak bisa dengar. Akhirnya, saya rujuk ke SLB lagi, saya masukkan Fahri ke situ,” ucap Setyo Angelowati. 

Sebelum pindah ke SLB, Fahri nyatanya pernah mendapat intimidasi dari guru yang mengajar. Bukannya memberi dukungan atau arahan, guru tersebut justru melontarkan kata-kara kurang mengenakkan kepada Fahri. 

“Ada guru kalau menurut saya gurunya itu kurang komunikasi sama orangtua. Dia ngomong ‘anak seperti ini harusnya nggak di sini sekolahnya. Kalau di sini mah ya bakalan nggak bisa apa-apa. Harusnya ini mah di SLB’. Padahal saya sudah konfirmasi dulu ke kepala sekolah kalau anak saya ada kelainan, kurang pendengarannya,” ungkapnya. 

“Pak guru nggak ngomongnya ke saya. Ngomongnya di depan anak-anak, terus anaknya ada yang lapor ke ibunya. Saya konfirmasi memang harusnya anak saya nggak di sini, tapi harusnya kan bicara baik-baik sama saya. Nggak harus langsung ke anak, lalu ke orangtua murid yang lain, baru ke saya. Harusnya saya saja yang langsung dipanggil ke sekolahan,” tambahnya. 

3. Mengasah bakat di bidang kriya kayu hingga mencetak prestasi membanggakan

3. Mengasah bakat bidang kriya kayu hingga mencetak prestasi membanggakan
Popmama.com/Sania Chandra

Menyadari bahwa anaknya tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah umum, akhirnya Setyo memindahkan Fahri ke SLB agar tetap bisa menimba ilmu di tengah keterbatasan. 

Ketika duduk di kelas 6 SD, Fahri mengikuti lomba pertama yang mana membuktikan bakatnya di bidang seni kriya kayu. Bakat tersebut merupakan turunan dari sang Papa yang merupakan seorang pengerajin kayu. 

“Saat kelas 6 SD, Fahri pertama kali ikut lomba di bidang kriya kayu. Gurunya sampai datang ke sini ‘Bu, bisa nggak Fahri ikut kriya kayu? Lombanya satu minggu kemudian’,” ujar Setyo Angelowati. 

Selama satu minggu itu, Setyo membimbing Fahri untuk mengoptimalkan bakatnya dalam membuat benda bermanfaat dari kayu. Papa Fahri yang bernama Muhammad Sopandi juga turun tangan melatih Fahri semaksimal mungkin.

“Latihannya di rumah, tapi lombanya di sekolahan. Saat itu, Fahri kondisinya juga belum mendapat ABD (Alat Bantu Dengar). Belajar seminggu, saya dan bapaknya Fahri berusaha maksimal mengajarkan. Kadang belajarnya sampai jam 9 malam. Kami terus berusaha Alhamdulillah dapat juara 1 dari 13 kabupaten,” lanjutnya. 

4. Mendapat Alat Bantu Dengar (ABD) gratis dari Dompet Dhuafa pada tahun 2021

4. Mendapat Alat Bantu Dengar (ABD) gratis dari Dompet Dhuafa tahun 2021
Popmama.com/Sania Chandra

Setyo merasa bersyukur karena kini kondisi perkembangan Fahri sudah jauh lebih membaik sejak mendapat Alat Bantu Dengar dari Dompet Dhuafa. Diceritakannya pada awalnya, di tahun 2021, Bu Tami selaku guru terapi wicara Fahri menghubunginya via telepon. 

“Bu Tami itu ingat Fahri, saya ditelepon ‘Ibunya Fahri mohon maaf, ini dari Dompet Dhuafa ada yang mau ngasih alat bantu telinga’. Masya Allah sekali. Saya nggak berpikir panjang, langsung mengiyakan saat itu. Memang rezekinya Fahri,” ungkap Setyo Angelowati. 

Untuk mendapatkan alat tersebut, Fahri bersama sang Mama perlu mengambil ke Jakarta. Tak disangka, di sana Fahri justru mendapat pengalaman baru karena bertemu dengan anak-anak lain yang mengalami kekurangan seperti dirinya.

“Saya sama Fahri dari Purwokerto berangkat untuk mengambil ke Jakarta. Alhamdulillah ada pengalaman baru sama anak saya karena di sana, kami ketemu anak-anak lain yang seperti itu,” curhatnya. 

Setelah mendapatkan ABD, sang Mama mengatakan bahwa Fahri sempat merasa kaget dan tidak nyaman karena tak terbiasa mendengarkan suara bising. Seiring berjalannya waktu Fahri berusaha beradaptasi dengan baik.

“Pas pertama kali dengar, dia kayak heboh. Dalam artian, hebohnya itu dia nggak terbiasa karena berisik, tidak nyaman, biasanya itu sunyi kan. Makanya pas pertama kali pakai itu nggak langsung full,” katanya. 

“Saya juga berusaha melatih vokal Fahri. Dia awal-awal bisa itu ABC. A-Z belajarnya pelan-pelan. Terus saya ajarin untuk berlatih membaca. Mengajarkannya seperti anak-anak meski dia sudah besar. Alhamdulillah perkembangannya dia bisa belajar ngomong, belajar baca. Kalau ABD-nya dilepas pasti dia bingung, jadi tetap harus dipakai dan diperhatikan,” lanjutnya. 

5. Fahri memiliki tangan yang aktif menghasilkan kreativitas tanpa batas

5. Fahri memiliki tangan aktif menghasilkan kreativitas tanpa batas
Popmama.com/Sania Chandra
Kumpulan piala yang didapat Fahri usai mengikuti lomba

Kini, Fahri telah mencetak berbagai prestasi membanggakan di bidang seni kriya kayu. Bahkan, dikatakan bahwa setiap harinya tangan Fahri aktif berlatih menghasilkan dekorasi atau benda-benda bermanfaat yang terbuat dari kayu. 

Tak hanya di bidang kriya kayu, baru-baru ini guru dari Fahri pun menemukan bakat terpendam lainnya yang sebelumnya tidak disadari kedua orangtuanya. Dikatakan bahwa Fahri juga memiliki bakat dalam membuat komik dan merangkai bunga. 

“Untuk sekarang, Fahri sedang diarahkan untuk membuat komik dan merangkai bunga. Saya sebenarnya nggak tau. Cuman dari gurunya sendiri itu bilang ‘bu, ini tangannya Fahri itu hidup. Tolong ibu sebagai orangtua mengarahkan Fahri ke arah yang positif’,” pungkasnya. 

Itu dia kisah mengenai Fahri Khoirullah, anak tunarungu asal Purwokerto yang menjadikan kelemahannya sebagai kelebihan hingga mencetak prestasi membanggakan di bidang seni kriya kayu. Sungguh kisahnya menginspirasi ya, Ma? Sukses selalu untuk Fahri!

Baca juga: 

The Latest