Bahaya Keseringan Selfie pada Kesehatan Mental dan Keselamatan Anak

Kasih tahu anak mama yuk, sebelum kebablasan!

20 Januari 2022

Bahaya Keseringan Selfie Kesehatan Mental Keselamatan Anak
Unsplash/Elijah O'Donnell

Biasanya setelah duduk di kelas 6 SD atau SMP, anak mulai diberikan smartphone. Memang tidak bisa dipungkiri, smartphone adalah salah satu alat yang bisa memudahkan anak mama untuk menyelesaikan tugas sekolahnya termasuk untuk berkomunikasi dengan teman dan gurunya.

Namun, anak mama tentu tidak hanya menggunakan smartphone miliknya hanya untuk mendukung kegiatan sekolahnya saja. Mereka pasti lebih senang jika menggunakan barang tersebut untuk main media sosial atau online games.

Eksis di media sosial kadang membuat anak mendapat pengakuan dari lingkungan sosialnya. Meski bagi orang dewasa ini masih jadi hal yang "penting, nggak penting," tapi untuk anak belasan tahun ini merupakan hal penting.

Jumlah followers Instagram kadang dianggap sebagai indikator tingkat kepopuleran seseorang. Dengan demikian ia merasa penting untuk terus memperbaharui konten instagramnya.

Nah, kalau sudah begini biasanya anak jadi sering selfie nih Ma!

Setiap kegiatannya akan didokumentasikan dan segera di unggak me media sosial. Wah, bagi mereka ini mungkin seru. Tapi ternyata ada bahaya dibalik keseringan selfie bagi kesehatan mental anak remaja.

Berikut Popmama.com rangkum penjelasannya untuk Mama ketahui:

1. Anak kesulitan memfilter hal pribadi dan yang layak dibagikan

1. Anak kesulitan memfilter hal pribadi layak dibagikan
Unsplash/Mink Minggle

Seringkali anak kesulitan memfilterisasi mana hal yang layak dipublikasikan dan mana yang hanya untuk diketahui dirinya sendiri. Terlalu banyak posting di media sosial juga bisa berbahaya bagi privasi anak.

Setiap kegiatannya, setiap pergi ke suatu tempat, setiap sedang bersama dengan teman, semua diunggah dan dibagikan melalui media sosial.

Alhasil orang mudah mengenalinya. Akan berbahaya jika ada orang berniat jahat pada anak mama. Keberadaannya akan mudah diketahui.

Editors' Pick

2. Membangun citra negatif

2. Membangun citra negatif
Unsplash/Annie Spratt

Orang yang sudah terbiasa sering membagikan momen ke media sosial secara otomatis akan merasa ada yang kurang jika tidak melakukan kebiasaanya tersebut.

Begitu juga yang bisa dialami anak mama jika dia sudah kecanduan selfie dan membagikannya di media sosial. Alhasil apa yang diposting tidak selalu disukai orang lain. Tentu saja ada saatnya konten yang dibagikan tidak membuat yang melihatnya senang.

Ini berbahaya lho Ma, bisa saja anak mama dinilai negatif atau menyebalkan di mata teman-temannya.

3. Susah fokus

3. Susah fokus
Freepik

Ini adalah level yang lebih parah dari yang sudah disebutkan di atas. Orang yang kebiasaan selfie, kadang susah mengendalikan diri. Setiap kali ada kesempatan untuk membuka smartphone, dia akan nyalakan kamera dan mengambil foto selfie.

Bayangkan jika ia melakukan ini di tengah jam pelajaran, saat gurunya menerangkan di depan kelas. Bahaya jika ketahuan, anak bisa kena sanksi.

4. Terobsesi dengan likes yang banyak

4. Terobsesi likes banyak
Unsplash/Erik Lucatero

Sering mengambil foto selfie, tujuannya mencari foto terbaik untuk dibagikan ke media sosial. Foto 20 kali, yang dipilih hanya salah satunya saja.

Mengapa ini bisa terjadi?

Anak mama barangkali sudah terobsesi likes yang banyak pada setiap kali ia posting di media sosialnya.

Bahayanya lagi, anak akan mencoba melakukan selfie dengan bermacam cara, demi menarik perhatian dan mendapatkan likes.

Termasuk memposting foto dengan situasi yang tidak biasa atau mungkin melanggar norma. Wah, jangan sampai seperti ini ya, Ma.

5. Tidak mau mendengar masukan orang lain

5. Tidak mau mendengar masukan orang lain
Unsplash/Milada Vigerova

Pada level yang paling parah, bisa jadi ia tidak mau mendengarkan masukan orang lain. Misal diingatkan jika foto yang dibagikan terlalu fulgar, maka ia tidak menerima masukan tersebut dan jadi mudah tersulut kemarahannya.

Sangat disayangkan jika apa yang anak mama anggap indah ternyata disalahgunakan dengan orang lain yang tidak bertanggung jawab.

Terkadang demi menambah jumlah pengikut Instagram, pengaturan akun media sosial tidak dinyalakan mode privasinya. Kemudian diikuti dengan orang tidak dikenal. Inilah yang bisa menambah bahaya keseringan selfie pada kesehatan mental dan keselamatan anak remaja.

Tips untuk orangtua, susah jika melarang anak dengan keras. Sebaiknya ingatkan anak untuk nyalan mode privasi dan tidak berteman dengan orang asing di media sosial.

Itulah bahaya keseringan selfie bagi anak remaja. Batasi selfie dan mengunggah foto atau video di media sosial. Ceritakan juga apa bahaya bagi keselamatan jika ia menggunakan media sosial secara tidak bijaksana.

Baca juga:

The Latest