Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Cegah Anemia Defisiensi Zat Besi pada Anak, Waspadai Penyebabnya!
Freepik/jcomp

Anemia pada anak bukan sekadar kondisi medis biasa, melainkan masalah kesehatan masyarakat.

Kekurangan zat besi sebagai penyebab utama sering kali berawal dari pola makan sehari-hari yang tidak seimbang.

Data menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia tidak mengonsumsi makanan kaya zat besi, sehingga risiko anemia semakin tinggi.

Kondisi ini patut diwaspadai karena anemia dapat menghambat perkembangan fisik dan kognitif anak.

Lebih jauh lagi, jika tidak ditangani, anak bisa mengalami penurunan daya tahan tubuh, sulit berkonsentrasi, hingga prestasi belajar yang rendah. Secara global, masalah anemia masih menjadi beban kesehatan di banyak negara berkembang.

Berangkat dari urgensi ini, Sarihusada sebagai perusahaan yang memproduksi berbagai produk nutrisi untuk ibu hamil, menyusui dan anak menghadirkan Dokter Spesialis Anak, dr. Devie Kristiani Sp.A. untuk memberikan edukasi terkait Anemia pada anak, dalam rangka memasuki 71 tahun berdirinya Sarihusada pada Rabu (27/8/2025).

Karena itu, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tanda anemia, memahami faktor risikonya, serta memastikan anak mendapat nutrisi yang cukup, khususnya zat besi, sejak dini.

Berikut telah Popmama.com rangkum informasi seputar cegah anemia defisiensi zat besi pada anak agar tumbuh kembang anak mama bisa berjalan optimal tanpa terhambat anemia.

Mengenal Masalah Anemia yang Masih Tinggi di Indonesia dan Dunia

Popmama.com/Novy Agrina

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup sering dialami anak, tetapi kerap luput dari kewaspadaan orangtua.

dr. Devie Kristiani Sp.A. menjelaskan salah satu metode deteksi dini anemia yang paling mudah dilakukan adalah melalui telapak tangan.

“Salah satu cara yang paling mudah untuk mendeteksi anemia di rumah adalah dengan membandingkan telapak tangan dengan orang yang sehat. Biasanya, telapak tangan orang yang mengidap anemia itu sangat pucat, lebih putih dibandingkan dengan tangan orang lain yang sehat.” ungkap dr. Devie pada Rabu (27/8/2025).

Biasanya, anemia mulai nampak pada anak dengan gejala lesu, berat badannya sulit naik, dan telapak tangan pucat.

Setelah dilakukan pemeriksaan, banyak ditemukan kasus dimana kadar hemoglobin anak tersebut hanya 6 g/dL, jauh dari kadar hemoglobin normal untuk anak yang ada di angka 11 g/dL, menandakan anemia berat.

Sayangnya, kondisi demikian bukanlah hal yang jarang terjadi. Data global menunjukkan prevalensi anemia pada anak masih tinggi, terutama di wilayah Afrika dan Asia.

Di Indonesia, prevalensinya bahkan menempati urutan keempat tertinggi di Asia Tenggara untuk anak usia di bawah lima tahun.

Hasil survei kesehatan nasional juga menunjukkan sekitar 1 dari 3 anak Indonesia mengalami anemia.

Penyebab paling umum berasal dari defisiensi zat gizi, khususnya kekurangan zat besi akibat asupan makanan yang tidak mencukupi nutrisi yang dibutuhkan.

Padahal, zat besi berperan penting untuk perkembangan otak, imunitas, dan pertumbuhan optimal anak.

Defisiensi Zat Besi Menjadi Salah Satu Penyebab Utama Anemia

Freepik

Penyebab utama anemia pada anak adalah defisiensi zat besi, yang sering kali muncul karena asupan nutrisi sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan tubuh.

Kekurangan zat besi bukan hanya membuat anak terlihat pucat dan mudah lelah, tetapi juga dapat memberi pengaruh pada kekuatan ototnya.

dr. Devie Kristiani Sp.A. memaparkan banyaknya kasus anak yang belum bisa berdiri dengan tegap di usia seharusnya karena ototnya lemah, salah satunya akibat tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk mendukung pembentukan sel darah merah dan otot.

“Otot itu juga dibentuk dari zat besi, anak yang kekurangan zat besi, ototnya pasti lembek, jadi perkembangannya pasti terhambat. Hal ini berdampak pada kemampuan motorik, misalnya kemampuan untuk berdiri dan tengkurap yang terlambat muncul, tidak di usia yang seharusnya.” jelas dr. Devie pada Rabu (27/8/2025).

Lebih lanjut, dr. Devie juga menjelaskan bahwa zat besi sendiri memiliki peran penting dalam perkembangan saraf dan otak, menjaga daya tahan tubuh, serta membantu pertumbuhan anak secara menyeluruh.

Tanpa kadar zat besi yang cukup dalam tubuh, oksigen tidak dapat diedarkan dengan baik ke seluruh tubuh, termasuk ke otot dan otak.

Akibatnya, anak bisa mengalami keterlambatan tumbuh kembang, menurunnya kecerdasan, hingga terganggunya kesehatan secara keseluruhan.

Selain Anemia, Kekurangan Zat Besi Dapat Menyebabkan Stunting pada Anak

Freepik/jcomp

Zat besi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan anak, termasuk tinggi badan dan perkembangan organ tubuh.

Ketika anak mengalami defisiensi zat besi, tubuh anak tidak mendapatkan pasokan oksigen yang optimal karena produksi hemoglobin terganggu.

Akibatnya, proses metabolisme dan regenerasi sel juga terhambat. Studi menunjukkan bahwa anak dengan kekurangan zat besi cenderung memiliki tinggi badan lebih rendah dibandingkan anak yang memperoleh asupan zat besi cukup.

Kondisi ini berkontribusi terhadap masalah stunting, yaitu gagal tumbuh pada anak akibat gizi buruk yang berlangsung lama.

Stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan, tetapi juga berdampak pada kesehatan jangka panjang, seperti penurunan daya tahan tubuh, keterlambatan perkembangan kognitif, hingga risiko penyakit kronis ketika dewasa.

Oleh karena itu, pemenuhan zat besi sejak dini, baik melalui makanan bergizi seimbang maupun dukungan suplementasi sesuai rekomendasi dokter, sangatlah penting.

Sebagai bentuk komitmen membantu orangtua Indonesia dalam menghadapi tingginya angka anemia defisiensi zat besi pada anak, Sarihusada menyampaikan inovasi kalkulator zat besi yang bisa dimanfaatkan oleh orangtua.

“Komitmen ini kami wujudkan melalui inovasi produk bernutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak Indonesia. Selain itu, inovasi kami tidak hanya berfokus pada produk, tapi juga dalam aspek edukasi berbasis digital berupa pemanfaatan Kalkulator Zat Besi di www.generasimaju.co.id, sebagai alat praktis orang tua memantau kebutuhan zat besi anak,” ungkap VP General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto Rabu (27/8/2025).

Dengan memastikan kebutuhan zat besi tercukupi, orangtua dapat membantu anak tumbuh sehat, terhindar dari stunting, serta siap menghadapi tahap perkembangan berikutnya dengan lebih sehat.

Itulah informasi seputar cegah anemia defisiensi zat besi pada anak. Waspadai dan deteksi sejak dini agar si Anak dapat tumbuh dengan optimal!

Editorial Team