Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Berpikir Komputasional
Popmama.com/Rayhan Fairuz SA

Perkembangan teknologi saat ini tak hanya menyentuh dunia industri dan pekerjaan, tetapi juga mulai ditanamkan sejak dini dalam dunia pendidikan. Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menjadi salah satu daerah yang bergerak cepat dalam memperkenalkan Coding dan Kecerdasan Artifisial (AI) kepada anak-anak usia dini. Bahkan, sejak tahun 2023, ratusan guru dan ribuan siswa PAUD hingga SD/MI di Kudus telah mendapatkan pelatihan berpikir komputasional.

Langkah ini menjadi bagian dari program Bakti Pendidikan Djarum Foundation yang berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kudus serta Direktorat Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal. Tujuannya bukan sekadar membuat anak-anak “melek teknologi”, tapi juga untuk menanamkan keterampilan berpikir logis, analitis, serta karakter etis sejak usia dini.

Sebagai bagian dari rangkaian program, lebih dari 250 siswa dari berbagai SD/MI ikut serta dalam Festival dan Lomba Berpikir Komputasional yang digelar di Pendopo Kabupaten Kudus. Anak-anak menunjukkan kebolehannya dalam merakit robot bertema Sustainable Development Goals (SDGs), membuat animasi digital, hingga menyelesaikan tantangan “unplugged” seperti menyusun algoritma penunjuk jalan atau menyortir koin.

Kegiatan ini membuktikan bahwa teknologi bisa dikenalkan dengan cara menyenangkan dan tetap relevan untuk anak-anak. Seperti apa informasi selengkapnya? Berikut Popmama.com telah merangkum informasinya lebih lanjut.

1. Belajar coding dan AI bukan hanya untuk calon progammer

Popmama.com/Rayhan Fairuz SA

Mungkin banyak Mama berpikir apa tujuan dari mengajarkan anak tentang coding dan AI. Namun ternyata, belajar berpikir komputasional tidak melulu tentang menjadi programmer. Anak-anak justru diajak untuk melatih logika, menyusun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah, dan mengenali pola—keterampilan penting yang dibutuhkan di masa depan.

Melalui coding dan AI, anak-anak diajak untuk melatih logika, menyusun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah, serta mengenali pola. Ketiga hal tersebut adalah keterampilan penting yang akan sangat dibutuhkan di masa depan, tidak hanya dalam bidang teknologi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai profesi lainnya.

Seperti yang dijelaskan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti, pembelajaran Coding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) adalah bagian dari strategi nasional untuk memperkuat pendidikan, sains, dan teknologi. Ini juga sejalan dengan Asta Cita ke-4, yaitu pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang unggul.

2. Program bertahap dan terukur

Popmama.com/Rayhan Fairuz SA

Program berpikir komputasional di Kudus dimulai dari 36 satuan PAUD pada tahun 2023 dan berhasil menjangkau lebih dari 10.300 siswa. Tahun berikutnya, program ini diperluas ke 160 guru di TK, Kelompok Bermain (KB), dan Taman Pengasuhan Anak (TPA). Sejak akhir 2024, 11 SD/MI di Kudus juga mulai mengimplementasikan program ini dengan total lebih dari 4.900 siswa sebagai penerima manfaat.

Hasilnya cukup menggembirakan. Dalam waktu dua bulan, rata-rata skor siswa kelas 4 sampai 6 dalam tes Computational Thinking BEBRAS meningkat sebesar 62 persen. Ini membuktikan bahwa anak-anak mampu beradaptasi dan berkembang dengan pendekatan pembelajaran baru ini.

3. Belajar lewat permainan interaktif

Popmama.com/Rayhan Fairuz SA

Di sejumlah sekolah, pembelajaran berpikir komputasional disambut dengan semangat oleh para siswa. Contohnya, siswa kelas 5 di SD 2 Barongan tampak antusias saat mencoba block coding lewat aplikasi Scratch. Mereka belajar membuat animasi, cerita interaktif, hingga mini game sederhana yang menarik.

Sementara itu, di MI Muhammadiyah Al Tanbih, siswa kelas 2 diajak memahami matematika dengan cara yang lebih seru. Guru menggabungkan permainan dalam pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir abstrak dan memecah masalah, seperti mengenali ruas garis pada bangun datar dari benda-benda yang ada di sekitar mereka.

Program yang diselenggarakan oleh Bakti Djarum Pendidikan Foundation ini dibagi menjadi dua jenis kegiatan utama, yaitu:

Games Unplugged: Belajar Komputasi Tanpa Gadget

Permainan-permainan ini dirancang agar anak-anak bisa memahami konsep logika, algoritma, dan pemrograman secara menyenangkan tanpa menggunakan alat elektronik. Berikut adalah permainan yang dapat dimainkan oleh siswa/siswi tingkat SD/MI yang hadir:

  • Programer cilik: Anak-anak menyusun instruksi jalan dari panah-panah untuk menggerakkan "robot" (yang diperankan orang tua) agar bisa mencapai tujuan, sambil menghindari rintangan seperti buaya dan batu.

  • Kebugaran tanpa komputer: Anak belajar menyusun gerakan dalam urutan yang tepat menggunakan konsep sequence dan loop seperti melompat atau jongkok, sambil tetap bergerak aktif dan sehat.

  • Batang dan Daun: Peserta menyelesaikan pola dengan gambar-gambar daun, batang, hingga burung. Ini melatih kemampuan pattern recognition yang penting dalam logika komputasi.

  • Menyortir Koin: Anak-anak menyusun dan mengurutkan koin berdasarkan nominal dari yang kecil ke besar, sambil mengenal konsep sorting dalam komputer.

  • Block Coding Labirin: Anak-anak menyusun block code agar karakter bisa keluar dari labirin, sekaligus memahami konsep algoritma dan pengulangan (loop).

  • Block Coding Burung: Anak menyusun block code agar burung bisa mengambil cacing dan kembali ke sarangnya, menggunakan konsep if/else untuk mengambil keputusan dalam program.

Lomba Plugged: Saatnya Unjuk Skill Teknologi Anak

Berbeda dengan permainan unplugged, lomba ini melibatkan perangkat seperti laptop dan aplikasi digital. Anak-anak belajar langsung membuat animasi dan memecahkan tantangan teknologi.

  • Animasi scratch: Peserta membuat animasi sesuai contoh yang diberikan dengan menyusun block code dan mempresentasikannya di hadapan juri.

  • Storytelling scratch: Anak-anak membuat animasi bertema "Cinta Lingkungan" dan menceritakan kisahnya secara kreatif, menggabungkan aspek estetika dan pesan moral.

  • Soal siKecil: Dikhususkan untuk kelas 1–3, lomba ini berisi soal-soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dari Bebras Indonesia yang menantang logika dan nalar komputasional anak.

  • Soal siaga: Untuk kelas 4–6, tantangan ini menguji kemampuan anak dalam menyelesaikan soal HOTS berbasis logika pemrograman sehari-hari.

  • Creative robotics: Anak-anak membuat dan mempresentasikan robot buatan sendiri yang relevan dengan tema Sustainable Development Goals (SDGs). Mereka juga harus menjelaskan fungsi, kreativitas, dan kerja sama tim dalam proyeknya.

4. Kabupaten Kudus menuju pendidikan masa depan

Popmama.com/Rayhan Fairuz SA

Dukungan terhadap program ini juga datang langsung dari pemerintah daerah. Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, memberikan apresiasi tinggi terhadap kolaborasi berbagai pihak dalam memajukan pendidikan anak sejak usia dini.

Menurutnya, langkah inovatif seperti ini menunjukkan bahwa Kudus memiliki visi yang jauh ke depan dalam mempersiapkan generasi masa depan yang cakap teknologi. Ia pun berharap agar program berpikir komputasional ini tidak berhenti hanya sebagai proyek sesaat, tetapi terus berkembang dan menjadi bagian dari sistem pendidikan yang berkelanjutan.

“Semoga inisiatif ini menjadi titik awal dari gerakan yang menjadikan Kudus pionir pembelajaran coding dan kecerdasan artifisial sejak usia dini,” ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Primadi H. Serad, selaku Direktur Program Bakti Pendidikan Djarum Foundation. Ia menegaskan bahwa program berpikir komputasional tidak hanya bertujuan membekali anak-anak dengan keterampilan digital, tetapi juga mendukung pencapaian standar pendidikan global.

Menurutnya, berpikir komputasional memiliki dampak langsung terhadap peningkatan kemampuan anak dalam berpikir kritis, memahami numerasi, serta meningkatkan literasi dan penguasaan sains. Semua aspek tersebut menjadi indikator penting dalam tes internasional seperti Programme for International Student Assessment (PISA).

“Berpikir komputasional itu bisa melatih cara berpikir kritis, numerasi, literasi, dan sains yang semuanya penting dalam tes PISA. Tapi yang terpenting, anak-anak tetap tumbuh dengan karakter dan kemampuan sosial-emosional yang kuat,” katanya.

Itulah informasi mengenai dorong belajar coding dan AI sejak dini, ini manfaatnya untuk anak! Pembelajaran berpikir komputasional merupakan salah satu bekal penting anak di masa depan. Di dunia yang semakin digital, anak perlu bisa menyelesaikan masalah secara mandiri, berpikir sistematis, dan tetap kreatif. Jika sejak kecil sudah dikenalkan, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan zaman.

Editorial Team