Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Riau, Kombes Asep Darmawan, dalam konferensi pers pada Rabu (4/6/2025), mengungkapkan hasil autopsi yang dilakukan Tim Forensik Polda Riau dipimpin oleh AKBP Supriyanto dan dr. Muhammad Tagar Indrayana.
Berdasarkan hasil pemeriksaan luar dan dalam, ditemukan memar pada bagian perut dan paha, serta adanya resapan darah pada jaringan lemak di sisi kiri perut. Luka-luka tersebut diduga kuat akibat benturan dengan benda tumpul.
Kendati demikian, penyebab utama kematian KB disimpulkan sebagai infeksi sistemik akut akibat pecahnya usus buntu (appendiks).
Namun, penyebab utama kematian disimpulkan sebagai infeksi sistemik akut akibat pecahnya usus buntu (appendiks).
“Luka-luka tersebut diduga diakibatkan oleh benturan benda tumpul. Namun penyebab utama kematian disimpulkan berasal dari infeksi sistemik akibat pecahnya usus buntu,” ujar Asep.
Meskipun begitu, Gimson selaku papa korban tetap meyakini bahwa kekerasan fisik yang dialami anaknya memperparah kondisi kesehatannya hingga akhirnya meninggal dunia.
Gimson berharap agar proses hukum terus berjalan dan pihak-pihak yang bertanggung jawab mendapatkan sanksi yang sepadan. Ia juga menegaskan pentingnya mencegah agar kejadian serupa tidak terulang di lingkungan sekolah.
Gimson turut mengingatkan bahwa sekolah semestinya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak, bukan tempat yang justru menumbuhkan budaya perundungan hingga menimbulkan korban jiwa.
Demikian informasi seputar kronologi anak SD di Riau jadi korban perundungan hingga tewas. Bagaimana menurut pendapat Mama?