Apa yang Anak Cari dari Main Roleplay? Orangtua Harus Peka

Bukan hanya mengikuti tren, anak juga punya alasan sendiri main roleplay di sosial media

26 Juni 2023

Apa Anak Cari dari Main Roleplay Orangtua Harus Peka
Netsanity.net

Tren bermain peran di sosial media atau roleplay (RP) dikalangan anak-anak belakangan kembali hangat diperbincangkan netizen. Hal ini viral setelah sebuah video TikTok yang memperlihatkanseorang anak perempuan tengah dimarahi Papanya karena kedapatan bermain roleplay.

Bukan tanpa alasan sang Papa memarahi anaknya, hal ini karena permainan tersebut dianggap tidak sesuai dengan anak seuisanya karena bermain bersama sesama pemain roleplay atau roleplay yang tidak dikenalnya.

Video tersebut pun sontak viral dan menjadi perdebatan bagi banyak netizen. Ada yang beranggapan tren ini sebagai hal yang dimaklumi, ada pula yang beranggapan bahwa permainan RP di sosial media justru bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak.

Tak sekadar mengikuti tren, anak-anak yang bermain roleplay juga memiliki alasan tersendiri, Ma. Hal ini seperti yang diceritakan oleh Novy 'Eghy' Agrina selaku senior editor Popmama.com sekaligus Mama dari 3 orang anak.

Mama Eghy bercerita ketika anak keduanya berusia 11 tahun, saat itu masih duduk di kelas 6 SD, ia mengetahui anaknya adalah seorang roleplayer. Ia berusaha mempelajari apa itu permainan roleplay dan berusaha mendiskusikan dengan putrinya hingga sang anak berhasil left roleplay (LRP) atau keluar roleplay.

Seperti apa kira-kira alasan anak-anak yang bermain roleplay? Mari coba memahaminya berdasarkan kisah Mama Eghy dan anak perempuannya yang sempat bermain roleplay.

Berikut Popmama.com rangkumkan beberapa hal yang anak cari dari bermain roleplay di dunia maya.

1. Mencari perhatian dari orang terdekat

1. Mencari perhatian dari orang terdekat
Pexels/ Eren Li

Ketika anak kurang mendapatkan perhatian maupun kehangatan dari sosok terdekatnya, termasuk orangtua atau teman, maka hal ini bisa membuat anak merasa kesepian. Akibatnya anak mencari cara untuk mendapatkan perlakuan yang tidak diterimanya di kehidupan nyata.

Nah, salah satu caranya adalah dengan bermain roleplay seperti yang tengah viral dikalangan remaja. Hal ini juga yang diceritakan oleh Mama Eghy ketika anaknya memutuskan untuk bermain roleplay.

"Anak itu mencari kehangatan dan perhatian dari sosok orang terdekat, misal orangtua, keluarga, teman dekat. Tidak dapat di dunia nyata, akhirnya dia bisa dapat di permaian roleplay," ujar Mama Eghy bercerita.

"Anak saya itu 3 bersaudara, tapi dia bisa sampai punya keluarga di dalam permainan itu," tambahnya.

Editors' Pick

2. Mencari kesibukan

2. Mencari kesibukan
Freepik

Anak-anak memiliki energi yang besar sehingga di usianya, mereka akan sangat aktif melakukan berbagai aktivitas yang menarik perhatiannya.

Tak hanya aktivitas fisik yang banyak didapat di sekolah, anak juga memanfaatkan sosial media untuk mencari kegiatan seru lainnya. Inilah yang bisa menjadi alasan tersendiri bagi anak-anak dalam bermain roleplay.

Energi besar yang anak miliki, bisa saja disalahgunakan jika tidak ada penyaluran yang sesuai sehingga anak pun tertarik untuk mencoba bermain roleplay yang ramai diikuti anak remaja lainnya.

Itulah mengapa peran orangtua sangat penting dalam mengantarkan anak-anak mengikuti berbagai kegiatan seru yang mengedukasi sesuai minat dan bakat mereka.

Mama Eghy juga membagikan beberapa contoh solusi atas apa yang pernah dialaminya.

"Penting sekali untuk mengetahui minat dan bakat anak, jadi kalau mereka punya energi yang besar, kita sebagai orangtua tahu mau diarahkan untuk mengikuti kegiatan apa selain sekolah. Anak saya suka masak, saya sediakan bahan-bahan untuk dia memasak saat senggang. Anak saya suka bersosialisasi dan berorganisasi, saya dorong dia untuk mengikuti Pramuka."

3. Haus akan komunikasi

3. Haus akan komunikasi
Freepik/tirachardz

Selain kurang perhatian dan kehangatan dari orang terdekatnya, komunikasi kurang yang terjalin antara anak dan orangtua juga bisa menjadi alasan tersendiri mengapa anak bermain roleplay, Ma.

Hal-hal sederhana seperti menanyakan keseharian anak, sering kali lupa dilakukan oleh orangtua karena kesibukan yang dijalani. Padahal, hal-hal seperti ini juga bisa memengaruhi perkembangan anak.

Nah, ketika komunikasinya dengan orang terdekat kurang baik, anak pun mulai mencari cara lain untuk berkomunikasi dengan teman-temannya di sosial media, salah satunya dengan bermain roleplay.

Ini juga yang diceritakan oleh Mama Eghy berdasarkan pengalamannya sebagai berikut,

"Anak itu ingin ditanya kabarnya, anak ingin ditanya bagaimana hidupnya, kegiatan sehari-harinya, sudah makan apa hari ini, kamu baik-baik saja tidak hari ini, bagaimana teman kamu, bagaimana guru kamu, bagaimana pelajaran kamu? Semua hal pada diri anak bisa dibicarakan dan menjadi bahan obrolan yang membuat orangtua semakin mengenal anaknya."

4. Ingin mendapat pengakuan

4. Ingin mendapat pengakuan
Freepik/Racool_studio

Ketika anak sampai mengambil pilihan untuk bermain roleplay di sosial media, ini bisa jadi alasan anak kurang mendapat perlakuan yang diinginkan olehnya di kehidupan nyata, Ma.

Misalnya, anak kurang diapresiasi dan diakui atas apa yang sudah dilakukannya. Akhirnya, anak pun mencari wadah lain yang bisa membuatnya merasa diakui keberadaan mereka.

Menurut Mama Eghy, hal yang perlu orangtua tingkatkan adalah komunikasi dan kedekatan yang baik antara orangtua dan anak.

Menurutnya, "Anak ingin dilihat. Anak ingin orangtua hadir dalam hidupnya dan anak juga ingin diakui. Misalnya, saat anak sudah melakukan kebaikan dalam hidupnya, Mama bisa memberikan apresiasi atas pencapaiannya."

Apresiasi di sini tak selalu berupa barang atau materi dengan harga mahal, Ma. Memberikan kata-kata hangat dan perhatian tulus pada anak juga bentuk dari apresiasi dan pengakuan orangtua atas apapun yang anak lakukan.

"Jadi waktu itu sudah mulai masuk pandemi, anak-anak di rumah. Suatu hari pandemi mereda, dan anak saya bertemu dengan teman-temanya. Anak saya terkejut, dalam waktu beberapa bulan temannya berubah, istilahnya sudah Glow up. Mungkin selama karantina mereka merawat diri," dari sini Mama Eghy menyadari anaknya agak menutup diri.

"Mungkin akhirnya dia lebih nyaman bermain dengan kenalannnya di roleplay. Mereka sama-sama tidak mengenal kehidupan nyata (real life) antara satu dengan yang lainnya," ungkap Mama Eghy, "begitu yang saya ketahui," tambahnya.

"Lalu saya perlihatkan ke anak perempuan saya, bagaimana caranya kita merawat diri. Saya dan dia sama-sama perempuan. Saya contohkan bagaimana cara menggunakan skincare, bagaimana memilih makanan yang sehat, dan kita melakukannya sama-sama," cerita Mama Eghy.

5. Tidak dihakimi oleh orang terdekatnya

5. Tidak dihakimi oleh orang terdekatnya
Pexels/Monstera

Nggak hanya ketika anak berhasil melakukan sesuatu kebaikan, saat anak gagal pun orangtua sebaiknya hadir memberikan kata-kata hangat yang memotivasi alih-alih memarahi atau menghakiminya.

Ketika anak merasa usahanya tidak dihargai hanya karena gagal dalam mencapai keinginan yang orangtuanya harapkan, hal ini yang bisa menimbulkan anak untuk mencari kenyamanan baru yang tidak menghakiminya.

Dalam bermain roleplay, anak bisa bebas mengekspresikan dirinya dan merasa aman meskipun roleplayer lainnya mungkin tidak mengenal mereka dikehidupan nyata. Hal ini jelas terjadi karena para roleplayer ini tidak benar-benar bertemu dalam dunia nyata, hanya berkomunikasi di dunia maya.

Dalam berkomunikasi pun, anak merasa tidak ada tudingan atau tidak dihakimi oleh roleplayer lain sebagai orang-orang terdekatnya di permainan tersebut.

Jadi, jika di dunia nyata Mama dan Papa tidak memberikan kenyamanan yang lebih baik daripada teman dunia mayanya yang berinteraksi lewat permainan roleplay, maka otomatis anak akan semakin nyaman dan kecanduan dengan permainan yang dimainkannya tersebut.

Dari beberapa alasan mengapa anak bermain roleplay di atas, semoga cerita yang dibagikan oleh anak dari Mama Eghy saat bermain roleplay bisa jadi pengingat bagi kita semua para orangtua, ya.

Cobalah untuk lebih peka atas situasi yang anak alami agar anak tidak merasa terabaikan dan sampai mencari cara lain yang justru bisa berdampak buruk pada perkembangannya. 

Ketahui apa yang anak cari dari bermain roleplay sedini mungkin. 

Selain itu, di era teknologi sekarang ini, orangtua juga diminta lebih memerhatikan segala aktivitas bermedia sosial anak. Hal ini dilakukan agar anak tidak terjerumus dengan tren-tren di sosial media yang mungkin tidak sesuai dengan usia mereka.

Semoga informasi di atas bermanfaat ya, Ma, Pa.

Baca juga:

The Latest