Wah, Ternyata Jadi Anak Tunggal Tidak Baik untuk Perkembangan Otak

Ternyata susunan syaraf otak anak tunggal dan tidak berbeda lho, Ma!

25 Desember 2018

Wah, Ternyata Jadi Anak Tunggal Tidak Baik Perkembangan Otak
pixabay/harsvardhanart

Mama zaman now banyak yang memilih hanya punya 1 anak saja karena berbagai alasan. Salah satu alasan yang paling sering didengar adalah, seorang anak membutuhkan biaya besar sehingga banyak orangtua hanya merasa sanggup membiayai hidup 1 anak saja.

Sebenarnya, pilihan itu sah saja. Tetapi, mungkin, sebelum mengambil keputusan untuk tidak menambah anak, Mama harus membaca fakta tentang anak tunggal berdasarkan riset berikut ini.

Sindrom Anak Tunggal

Sindrom Anak Tunggal
pixabay/satyatripodi

Selama kurang lebih 30 tahun, peneliti melakukan riset mengenai kehidupan anak tunggal. Riset ini dipicu oleh keadaan keluarga-keluarga di China yang tidak boleh memiliki anak lebih dari satu.

Generasi anak tunggal di China diberi label sebagai generasi yang egois, manja, dan tidak bisa beradaptasi. Peneliti menyebutkan bahwa hal tersebut bukanlah mitos. “Anak tunggal sangat mementingkan dirinya sendiri, sulit bekerja sama dan bergaul dengan anak-anak lain,”tulis Business Insider mengenai riset tersebut.

Masalah ini, disebut para peneliti sebagai sindrom anak tunggal. Hal tersebut terjadi karena anak tunggal tidak memiliki saudara kandung sebagai teman berbagi, rival, dan saingan untuk merebut perhatian dari orangtua.

“Saudara kandung membantu perkembangan sosial seorang anak. Sejak kecil, anak yang memiliki saudara kandung sudah terlatih untuk berbagi, bergiliran, dan kesabaran. Dalam hal mendapat perhatian dari orangtua, anak yang memiliki saudara menjadi lebih gigih dan memiliki jiwa kompetitif,” kata Avidan Milevsky, salah seorang peneliti tentang sindrom anak tunggal dari Ariel University di Israel.

Hasil penelitian menemukan bahwa anak tunggal kesulitan menjalin hubungan sosial karena tidak dilatih berinteraksi dan membaca tanda-tanda hubungan sosial sejak kecil.

Namun, Avidan menemukan bahwa anak-anak tunggal yang orangtuanya mengisi kekosongan pelajaran sosial tersebut dengan baik, bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang paham bersosialisasi.

“Orangtua yang membawa anak tunggalnya bergaul dengan anak-anak lain atau saudara seumuran, tidak mengalami sindrom anak tunggal,” kata Avidan.

Struktur Otak Anak Tunggal

Struktur Otak Anak Tunggal
pixabay/marcism

Peneliti di Southwest University, Chongqing, China melakukan penelitian struktur otak anak tunggal dan anak yang memiliki saudara kandung. Sebanyak 250 responden melakukan skrining otak dan  tes kepribadian, kreativitas, dan kecerdasan.

Peneliti menemukan bahwa anak tunggal memiliki kreativitas yang lebih tinggi tetapi nilai kepribadiannya rendah.

“Bagian otak pre frontal, yang menggambarkan empati, pada anak tunggal terlihat lebih kecil volumenya. Tetapi, bagian otak anak tunggal yang menyimpan kreativitas, yaitu bagian parietal, jauh lebih besar daripada anak yang memiliki saudara," kata peneliti.

Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa menjadi anak tunggal dapat mengubah struktur otak.

Dukungan Moral

Dukungan Moral
pxhere

Kerugian menjadi anak tunggal adalah, mereka tidak punya pendukung moral untuk kejadian-kejadian besar misalnya kelahiran atau kematian. Ketika memikirkan kejadian besar yang mungkin dihadapinya, anak tunggal cenderung kebingungan dan merasa gamang.

“Anak tunggal mungkin tidak akan punya teman berbagi ketika menghadapi kegembiraan atau duka cita. Salah satu keuntungan memiliki saudara kandung adalah memiliki teman untuk menghadapi situasi emosional itu,” jelas Avidan.

Hmm, mungkin Mama mau memikirkan memberi “teman” untuk anak Mama?

The Latest