Taktik Jitu agar Anak Mau Cerita Tentang Kesehariannya

Paling baper ya kalau ditanya ”Bagaimana sekolahmu?” dan anak menjawab, “Biasa aja!”

9 Mei 2019

Taktik Jitu agar Anak Mau Cerita Tentang Kesehariannya
Pexels/Rene Asmussen

Masuk Sekolah Dasar, anak mama tidak seperti dulu ketika masih balita. Mereka tidak antusias lagi menceritakan hari-harinya atau curhat tentang teman-temannya.

Padahal, Popmama.com tahu banget Mama ingin mendengar cerita dari si Anak. Tapi, mereka paling hanya menjawab, “Baik”, “Nggak ada apa-apa tuh”, “Nggak tahu, sudah lupa!”. 

Duh, Mama jangan buru-buru baper ya. Ada alasan lho kenapa si Anak pelit informasi. Tapi tenang, Popmama.com bakal kasih tahu juga taktik jitu agar anak mau bercerita banyak. 

Yuk, simak!

1. Terlalu banyak kejadian yang dialami anak

1. Terlalu banyak kejadian dialami anak
Commons Wikimedia/Basile Morin

Begitu anak mama keluar rumah untuk sekolah, ia akan mendapat banyak sekali pengalaman. Hal-hal yang ia lihat di perjalanan, kejadian di sekolah, pelajaran yang ia ikuti, dan banyak hal lainnya.

Anak, kadang bingung untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana sekolahmu hari ini?”. Bukan apa-apa Ma. Di kepalanya akan berkelebat semua pengalaman hari ini sehingga ia bingung harus memulai cerita dari mana dan kadang, ia tidak bisa memilah mana yang penting dan tidak untuk diceritakan.

Akhirnya, ia memilih menjawab, “Biasa aja Ma! Daripada anak bingung dan Mama semakin tidak puas karena ia tidak menjawab,“ kata Adam Cox, PhD, pengarang buku Boys of Few Words: Raising Our Sons to Communicate and Connect.

Taktik jitu mengatasi masalah ini: 

Dawn Huebner, PhD, psikolog dan pengarang buku What-to-Do Guides for Kids memberi saran agar Mama: 

  • Pancing dengan pertanyaan kecil yang spesifik, misalnya, “Main apa tadi pas jam istirahat?” atau “Makan bekal sama siapa tadi?”. Memberi pertanyaan spesifik membuat anak paham bagaimana menjawab pertanyaan Mama.
  • Membuat pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggugah anak cerita. Misalnya, bertanya, “Apa yang paling keren tadi dilakukan di kelas?” atau “Hari ini lagi sebal sama siapa?” Tentunya Mama harus melihat mood anak sepulang sekolah. Jika mukanya ceria, ia mungkin sedang bahagia begitupun sebaliknya.

Editors' Pick

2. Sampai rumah si Anak ingin jadi bayi lagi

2. Sampai rumah si Anak ingin jadi bayi lagi
Pxhere/CC0 Public Domain

Situs Parents.com menjelaskan bahwa hal paling sulit dalam keseharian hidup anak mama adalah transisi dari anak yang mandiri di sekolah ke anak kecil yang butuh diasuh mamanya di rumah. 

Transisi ini tidak mudah untuk si Anak sehingga ia akan merasa tidak ingin cerita macam-macam, sebab mamaku tahu aku hanya ingin dipeluk dan dimanja. 

Taktik untuk mengatasi masalah ini:

  • Beri si Anak waktu luang sepulang sekolah. Huebner mengingatkan Mama agar tidak memberondong pertanyaan begitu berjumpa dengan si Anak. Biarkan ia tenang, istirahat sebentar, dan mengembalikan perannya dari murid yang mandiri ke anak kecil yang boleh minta dimanja. Beri anak camilan, beri waktu berganti pakaian, dan duduk santai sejenak. 
  • Jangan memaksa anak jika ia sedang tidak ingin bercerita. Jika ia menjawab pertanyaan Mama dengan baik dan terpancing bercerita, dengarkan dengan penuh perhatian. Tatap matanya dan beri sentuhan di tangan, bahu, atau kepalanya. Namun, jika ia enggan bercerita ya sudah. Biarkan ia beristirahat sedikit lebih lama.

3. Si Anak mengalami kecemasan di sekolah

3. Si Anak mengalami kecemasan sekolah
Flickr/ Lucélia Ribeiro

Menjadi anak SD tidak semudah saat anak mama masih TK. Banyak tuntutan-tuntutan di sekolah yang membuatnya cemas. “Anak yang baru masuk SD biasanya merasa dirinya selalu diawasi dan dituntut untuk melakukan banyak hal: bikin PR, belajar untuk ulangan, dan lainnya yang tidak pernah ia alami sebelumnya,” kata Gene Beresin, MD, profesor bagian psikiatri Fakultas Kedokteran Harvard.

Cara menangani hal ini:

Cobalah mencairkan ketegangan dan kecemasan anak dengan bermain bersama. Sambil bermain, pancing anak bercerita. Selain bermain, bisa juga Mama mengajak anak menonton atau baca buku. Jika anak bersedia menjawab, mungkin sekali ceritanya akan menjadi panjang jika Mama tidak terlalu mendesaknya atau bahkan menghakiminya.

4. Ingatan anak mama memang masih pendek

4. Ingatan anak mama memang masih pendek
Pxhere/CC0 Public Domain

Di usia awal masuk SD, otak anak mama sedang berkembang pesat. Ia memakai otaknya untuk membangun memori namun akibatnya, ia sering lupa karena informasi-informasi kurang penting masuk ke bagian ingatan sementaranya. 

Cara jitu menangani masalah ini: 

Kondisi ini memang sudah akan harus terjadi. Jadi, Mama mungkin tidak bisa memaksa anak mama untuk mengingat-ingat apa pun yang memang ia sudah lupa. Jadi, ada baiknya Mama membantu anak mama dengan bergabung di grup pesan mama-mama teman si Anak dan berhubungan baik dengan guru sekolah. Jadi, Mama tidak akan ketinggalan berita sekolah dan bisa membantu anak mama jika lupa sesuatu.
Tapi, kata Huebner, jangan membantu anak mama dalam segala hal. Bagaimana pun, ia perlu berlatih untuk jadi mandiri. 

Semoga lancar mengobrolnya, Ma!

Baca juga: 

The Latest