Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
pexels-yankrukov-8617517.jpg
Pexels/yankrukov

Intinya sih...

  • Teman yang suka berbohong membuat kepercayaan sulit dibangun dan bisa memengaruhi perilaku anak.

  • Teman yang suka pamer dan membandingkan diri dapat membuat anak merasa kurang, cemas, atau selalu harus membuktikan diri.

  • Anak perlu diajarkan bahwa persahabatan bukan transaksi, sehingga teman yang manipulatif sebaiknya dijauhi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebagai orangtua, penting untuk membekali anak dengan kemampuan mengenali tipe teman yang tidak sehat di lingkungan sekolah. Teman yang salah bisa memengaruhi perilaku, kebiasaan, bahkan rasa percaya diri anak.

Berikut Popmama.com berikan contoh 5 tipe teman yang harus dihindari di sekolah, ajarkan pada anak!

1. Teman yang suka berbohong

Freepik

Teman yang suka berbohong membuat kepercayaan menjadi sulit dibangun. Mereka bisa membuat anak terjebak dalam kebohongan tanpa disadari.

Contoh:
Tira sering mengatakan pada teman-temannya bahwa dia sudah menyelesaikan PR, padahal belum. Suatu hari, Tira meminjam PR milik anak lain dan bilang itu “trik cepat” untuk tidak ketahuan. Anak yang mengikuti bisa jadi terbiasa menipu juga.

Tips:
Ajarkan anak untuk berkata jujur dan berhati-hati jika ada teman yang selalu berbohong atau memaksa mereka ikut berbohong. Namun, semua dimulai dari rumah, berikan anak konektivitas yang baik agar anak mau terbuka.

2. Teman yang suka pamer dan membandingkan diri

Canva/Ivan S

Teman jenis ini membuat anak merasa kurang, cemas, atau selalu harus membuktikan diri. Persahabatan yang sehat tidak didasari oleh superioritas atau pamer.

Contoh:
Sofi selalu menunjukan gadget terbaru atau nilai tertingginya di kelas sambil mengejek teman lain yang nilainya lebih rendah. Anak yang sering berada di dekat Sofi bisa merasa tidak percaya diri dan selalu membandingkan diri dengan orang lain.

Tips:
Ajarkan anak untuk bangga dengan pencapaian diri sendiri dan tidak terpengaruh oleh teman yang suka pamer. Hal ini bisa dimulai dengan tidak membanding-bandingkan anak dengan individu yang lain dan ajarkan anak untuk merasa cukup.

3. Teman yang manipulatif

Pexels/yankrukov

Ini adalah teman yang hanya mendekati anak saat mereka butuh sesuatu, misalnya bantuan PR atau izin meminjam barang. Namun, di waktu lain, mereka mengabaikan anak.

Contoh:
Nita hanya ngobrol dengan teman sekelasnya saat ingin menyalin jawaban ulangan. Setelah itu, ia menghilang dan tidak mengajak anak bermain atau bicara sama sekali.

Tips:
Anak perlu diajarkan bahwa persahabatan bukan transaksi. Jika teman hanya muncul saat butuh, lebih baik menjaga jarak.

4. Teman yang suka fitnah dan adu domba

Pexels/yankrukov

Teman seperti ini sering menyebarkan gosip atau membuat anak lain bertengkar. Mereka bisa merusak hubungan anak dengan teman lain tanpa alasan yang jelas.

Contoh:
Caca mendengar rahasia kecil dari teman, lalu menceritakan dengan sedikit tambahan cerita supaya teman lain marah atau berselisih. Anak yang terlalu dekat dengan Caca bisa ikut terjebak dalam drama yang tidak perlu.

Tips:
Ajarkan anak untuk menjaga rahasia dan berpikir dua kali sebelum percaya gosip dari teman.

5. Teman yang menusuk dari belakang

Pexels/yankrukov

Teman yang terlihat baik, ramah, dan bisa dipercaya, tapi diam-diam mencari kelemahan anak untuk dijadikan bahan ejekan di depan orang lain, termasuk teman sekelas.

Contoh:
Faza selalu terlihat membantu saat anak kesulitan, membuat anak percaya. Tapi suatu saat, Faza membocorkan rahasia kecil anak kepada teman lain supaya dijadikan bahan tertawaan.

Tips:
Ajarkan anak untuk mengenal batas kepercayaan, hati-hati membagikan hal pribadi, dan mengenali tanda-tanda teman yang bisa menyakiti dari belakang.

Editorial Team