Awas! Orangtua Protektif Bisa Timbulkan Sindrom Anak Rentan

Melindungi buah hati merupakan tugas orangtua, tetapi jangan berlebihan ya, Ma. Efeknya tidak baik!

10 Maret 2020

Awas Orangtua Protektif Bisa Timbulkan Sindrom Anak Rentan
understood.org

Setiap orangtua pasti mendambakan putra-putrinya lahir dan bertumbuh dengan sehat dan kuat, baik itu fisik maupun psikisnya. Untuk itulah, segala cara dilakukan orangtua untuk memberikan yang terbaik bagi sang Buah Hati.

Sebagian anak mungkin memang harus dijaga dan dilindungi lebih ekstra. Biasanya terkait dengan kondisi kesehatannya, misalnya lahir prematur atau penyakit yang dideritanya. Namun, sebagian orangtua dibayang-bayangi ketakutan jika anak mengalami hal buruk sehingga mereka merespons berlebihan terhadap apapun yang terjadi. Hal ini dapat mengakibatkan anak mengalami vulnerable child syndrome atau sindrom anak rentan.

Apa itu Sindrom Anak Rentan?

Apa itu Sindrom Anak Rentan
Freepik/user850788

Dilansir dari verywellfamily.com, sindrom anak rentan disebabkan kondisi medis yang berdampak pada anak dan orangtuanya. Biasanya, sindrom ini bermula dari anak yang memiliki masalah yang berpotensi mengancam jiwanya selama masa bayi. Misalnya, mengidap suatu penyakit. Hal ini menyebabkan orangtua memiliki perasaan cemas dan ketakutan yang berlebihan terhadap kesehatan sang Anak, bahkan ketika sang Anak sudah berkembang dengan baik dan tumbuh normal serta sehat.

Sindrom anak rentan sebetulnya merupakan respons ekstrem di mana orangtua merasa harus mengawasi dan melindungi anak lebih hati-hati, ketimbang anak yang sehat lainnya. Reaksi orangtua terhadap suatu kejadian dapat mengembangkan efek emosional dan psikologis jangka panjang yang serius pada keluarga.

Editors' Pick

Sikap Orangtua yang Dapat Menyebabkan Sindrom Anak Rentan

Sikap Orangtua Dapat Menyebabkan Sindrom Anak Rentan
Freepik/Sewcream

Sikap orangtua dapat menumbuhkan sifat anak rentan dan lemah. Berikut Popmama.com merangkum beberapa pemicunya:

  • Orangtua yang selalu mengkhawatirkan kesehatan anak sehingga mempercayai sesuatu yang buruk akan terjadi padanya,
  • memeriksakan bayi ke dokter berulang kali karena khawatir ada yang salah dengan kesehatan mereka,
  • melarang anak bermain di luar rumah atau berinteraksi dengan orang lain karena takut anak kotor dan terjangkit penyakit,
  • melarang anak berpartisipasi di aktivitas-aktivitas luar rumah karena takut anak mengalami cedera,
  • tidak bersikap tegas dalam mendisiplinkan anak karena mereka tidak mau sang Anak sedih dan sakit karenanya.

Anak Lahir Prematur dan Kaitannya dengan Sindrom Anak Rentan

Anak Lahir Prematur Kaitan Sindrom Anak Rentan
Pixabay/SeppH

Ketika bayi lahir prematur, biasanya mereka membutuhkan perawatan khusus di neonatal intensive care unit (NICU) agar kondisinya terpantau dengan baik. Hal ini menjadi momok bagi orangtua. Bayi prematur lahir dengan bobot dan ukuran yang lebih kecil, serta lebih lemah ketimbang bayi yang lahir cukup bulan. Jadi, bukanlah hal yang mengejutkan bila orangtua bayi prematur dipenuhi kekhawatiran.

Khawatir adalah hal yang normal kok, Ma, terutama setelah bayi pulang ke rumah. Bayi prematur tetap perlu mendapatkan perhatian lebih selama beberapa bulan awal kelahirannya. Tetapi, bayi prematur yang dinyatakan sehat, dapat bertumbuh-kembang dan diperlakukan sama seperti bayi yang lahir sehat dan normal pada umumnya. 

Jika bayi prematur menunjukkan perkembangan yang baik setelah beberapa bulan berada di rumah, secara bertahap orangtua harus mulai mengurangi rasa khawatirnya. Bila seiring berjalannya waktu orangtua makin khawatir dan terlalu protektif, hal ini dapat berefek negatif pada cara anak bertumbuh-kembang di kemudian hari. 

Dampak Anak Jika Orangtua Terlalu Protektif dan Khawatir

Dampak Anak Jika Orangtua Terlalu Protektif Khawatir
njfamily.com

Anak yang bertumbuh dalam lingkungan yang terlalu protektif nantinya akan takut menghadapi dunia. Mereka mungkin merasa tidak percaya diri dan punya self-esteem rendah karena tidak pernah mencapai apapun dengan usahanya sendiri. Selain itu, anak yang rentan akan bertumbuh menjadi anak yang sangat bergantung, entah itu pada orangtuanya atau pada orang lain.

Ketika anak berkembang, pertumbuhan fisiknya mungkin memuaskan, tetapi mereka tidak mendapatkan kesempatan berkembang secara psikologis dan emosional dengan baik. Karena itulah, anak yang mengalami sindrom kerentanan ini mungkin mengalami banyak kesulitan dalam situasi sosial. Mereka akan bermasalah di sekolah dan tidak menutup kemungkinan mengalami ketidakmampuan belajar. 

Sindrom Ini Bisa Dicegah, Begini Caranya

Sindrom Ini Bisa Dicegah, Begini Caranya
Freepik

Sebagai orangtua, mencegah agar keluarga tidak membentuk anak menjadi rentan dimulai dengan memahaminya. Semakin banyak Mama tahu, semakin mampu Mama menilai kondisi yang terjadi pada anak Mama. Bukan berarti mengkhawatirkan anak itu salah, Ma. Tetapi setidaknya Mama dapat berhenti sejenak dan berpikir, apakah perlu menahan anak karena memang berpotensi bahaya, atau hanya karena ketakutan Mama sendiri.

Berikut beberapa cara mencegah ketakutan orangtua menjadi bumerang yang membentuk anak jadi rentan dan lemah:

  • Diskusikan dengan dokter anak tentang kekhawtiran Mama akan kondisi kesehatan anak. Dokter dapat memberi informasi kesehatan yang komprehensif, sekaligus memberi tahu tentang apa saja yang harus dihindari anak agar tidak menimbulkan masalah kesehatan.
  • Bicarakan dengan konselor tentang kekhawatiran Mama serta riwayat kesehatan anak. Lewat sesi konsultasi, konselor akan mencari tahu alasan di balik kecemasan Mama dan mencari cara untuk mengatasinya agar Mama dan sang Buah Hati dapat bersama-sama menghadapinya.
  • Usahakan agar ketakutan Mama tidak menghalangi anak menghabiskan waktu dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
  • Perlakuan anak seperti layaknya anak-anak yang lain. Meski ia lahir prematur, seiring berjalannya waktu, ia dapat menyusul pertumbuhan anak yang lahir normal. 

Orangtua memiliki rasa khawatir, dan hal ini wajar dalam pengasuhan. Ini merupakan bukti cinta mama yang besar terhadap sang Buah Hati sehingga tidak ingin terjadi hal buruk padanya. Tetapi, ketika anak bertumbuh, penting memperkenalkannya pada dunia agar ia mengalami banyak pelajaran hidup sendiri. Orangtua akan tetap berada di belakang anak jika ia membutuhkan. Biarkan ia belajar terus dan mengeksplorasi dunia di sekitarnya agar di masa depan ia mampu melompat lebih jauh. 

Baca juga:

The Latest