Wajarkah Anak Takut pada Rumput dan Bagaimana Cara Mengatasinya?
Takut pada rumput bisa jadi tanda anak mengalami hipersensitivitas, lho
11 Juni 2022

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah Mama mengajak anak pergi ke taman dan ia tidak mau menginjak rumput ketika bertelanjang kaki sama sekali? Bahkan ketika Mama yang menginjak rumput, ia juga menunjukkan ekspresi ketakutan.
Tenang saja Ma, anak mama bukan satu-satunya yang takut pada rumput. Pada tahun 2017, sudah beredar video seorang anak perempuan berusia 11 bulan bernama Kai yang mengangkat kakinya tinggi-tinggi sampai berbentuk huruf V ketika ia akan diturunkan papanya ke atas rumput.
Sebuah kompilasi video serupa pun beredar di Youtube pada tahun 2020. Dalam video tersebut, terlihat beberapa anak menunjukkan penolakan menyentuh rumput.
Beberapa waktu lalu, dr. Andreas, Sp.A. juga mengunggah video kompilasi anak-anak takut pada rumput di Instagram pribadinya @dr.andreas.spa. Dalam video tersebut, ada pula yang sampai merinding ketika duduk di atas rumput lho, padahal kulitnya sama sekali tidak menyentuh rumput.
Ternyata, banyak ya anak yang mengalami hal serupa, Ma? Namun, apakah ketakutan anak pada rumput adalah hal yang wajar?
Kenapa ya anak bisa takut pada rumput? Bagaimana jika kondisi ini dibiarkan? Bagaimana cara mengatasi ketakutan anak pada rumput?
Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak informasi mengenai “Wajarkah Anak Takut pada Rumput dan Bagaimana Cara Mengatasinya?” yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini, Ma.
Editors' Pick
1. Kenapa anak takut pada rumput?
Menurut dr. Andreas dalam unggahannya, kondisi anak takut pada rumput merupakan reaksi hipersensitivitas atau berlebihan. Hipersensitivitas sendiri adalah gangguan stimulasi sensori berupa rangsangan taktil.
Anak memproses rumput sebagai rangsangan atau stimulasi yang berlebihan. Akibatnya, anak menolak untuk menyentuh rumput.
Dilansir dari laman fatherly.com, selama beberapa bulan kehidupannya, sistem saraf anak mulai berkembang pesat. Suara, sensasi, dan pemandangan menjadi intens dan menggelegar baginya.
Dengan keadaan seperti ini, bayangkan saja Ma, tekstur rumput sangat berbeda dari karpet, ubin, dan permukaan kayu yang selama ini diinjak anak mama di rumah. Rumput memiliki tekstur berduri, tidak seperti karpet yang teksturnya lembut serta kayu dan ubin yang permukaannya datar.
Jadi, wajar jika anak-anak merasa kewalahan dengan rumput yang bertekstur “aneh”, Ma. Mungkin baginya, rumput terasa sangat tajam seperti pisau, menggelitik, kasar, dan basah. Terlalu banyak sensasi baru yang ia rasakan.
Namun, yang mengalami ketakutan pada rumput memang tidak semua anak, Ma. Ada anak-anak yang nyaman bermain di atas rumput. Alasannya, karena setiap anak memproses pengalaman sensori dengan cara yang berbeda.
Selain itu, menurut penelitian, anak bayi umumnya skeptis dengan tanaman. Ia memiliki kewaspadaan yang alami terhadap tanaman untuk mencegah dirinya keracunan. Bagaimanapun, banyak tanaman yang menghasilkan racun sebagai perlindungan diri, bukan?
“Hasil ini memperluas perkembangan literatur yang menunjukkan bahwa bayi sensitif terhadap bahaya tertentu yang berulang dari nenek moyang,” simpul para penulis penelitian.
2. Apa yang bisa terjadi pada anak jika ketakutannya pada rumput dibiarkan?
Melihat alasan-alasan ketakutan anak pada rumput yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi tersebut wajar terjadi. Namun, wajar bukan berarti kondisi tersebut akan hilang dengan sendirinya ya, Ma.
Jangan biarkan kondisi tersebut berlarut-larut. Menurut dr. Andreas, masalah sensori ini bisa mengganggu banyak aktivitas anak. Salah satunya adalah aktivitas makan.
Aktivitas makan paling banyak menggunakan sistem panca indera dan membutuhkan koordinasi yang baik. Banyak makanan sehat juga lebih bertekstur.
Jika masalah sensori anak terus dibiarkan dan memengaruhi aktivitas makannya, bisa gawat, bukan? Padahal, setiap hari tubuhnya memerlukan nutrisi yang cukup.