Generasi Beta juga akan mewarisi dunia yang bergulat dengan tantangan sosial yang besar. Dengan perubahan iklim, pergeseran populasi global, dan urbanisasi yang pesat di garis depan, keberlanjutan tidak hanya akan menjadi preferensi, tetapi juga harapan. Generasi ini akan dibesarkan oleh orangtua Milenial dan Gen Z yang lebih tua, yang banyak di antaranya memprioritaskan adaptasi, kesetaraan, dan kesadaran ekologi dalam pengasuhan mereka.
Hal ini akan menghasilkan Generasi Beta yang lebih berpikiran global, berfokus pada komunitas, dan kolaboratif daripada sebelumnya. Pola asuh mereka akan menekankan pentingnya inovasi, bukan hanya untuk kenyamanan, tetapi juga untuk memecahkan tantangan mendesak di zaman mereka.
Koneksi sosial akan terlihat berbeda bagi Generasi Beta. Terlahir di dunia teknologi yang selalu aktif, mereka akan menjalani pertemanan, pendidikan, dan karier di era di mana interaksi digital menjadi hal yang utama. Namun, membangun identitas digital mereka sendiri dengan rasa aman dan bijaksana (didorong oleh orangtua mereka) akan menjadi prioritas, begitu pula membantu mereka menumbuhkan rasa individualitas yang kuat – baik di lingkungan daring maupun luring.
Generasi Beta diprediksi akan mewujudkan keseimbangan antara hiperkonektivitas dan ekspresi diri. Mereka akan mendefinisikan ulang arti kebersamaan, memadukan hubungan tatap muka dengan komunitas digital global.
Generasi Beta merepresentasikan fajar era baru. Mereka akan tumbuh di dunia yang dibentuk oleh terobosan teknologi, norma sosial yang terus berkembang, dan meningkatnya fokus pada keberlanjutan dan kewarganegaraan global. Memahami kebutuhan, nilai, dan preferensi mereka akan menjadi krusial seiring kita mengantisipasi bagaimana mereka akan membentuk masa depan masyarakat.
Itu penjelasan soal fakta menarik tentang pola pikir Gen Alpha dan Beta