Sebuah tinjauan terbaru menemukan bahwa ayah memainkan peran penting dalam perkembangan kemampuan regulasi emosi anak melalui contoh regulasi emosi yang baik, pola asuh yang mendukung secara emosional, serta iklim emosional yang positif antara ayah dan anak.
Peran ini paling menonjol pada masa bayi dan toddler. Tinjauan tersebut juga menunjukkan bahwa kegiatan bermain fisik antara ayah dan anak memberikan kontribusi unik terhadap regulasi emosi anak, dengan korelasi terhadap berkurangnya perilaku eksternal seperti agresivitas pada anak usia toddler, terutama anak laki-laki.
Yang sering luput disadari, kesehatan mental ayah juga berdampak langsung pada anak. Ketika ayah mengalami stres atau gangguan psikologis, anak cenderung kesulitan mengelola emosinya.
Meski peran ayah belum sepenuhnya dipahami secara terpisah dari peran Mama, banyak peneliti percaya bahwa ayah punya cara khas dalam mendampingi anak: mereka cenderung mendorong eksplorasi, keberanian mengambil risiko, dan penyelesaian masalah, berbeda dengan Mama yang biasanya menjadi sumber rasa aman saat anak merasa cemas
Ayah tetap dapat menjalankan peran-peran ini meskipun tidak tinggal serumah dengan anak. Sebagai contoh, terlepas dari apakah mereka tinggal bersama atau tidak, anak-anak yang memiliki kontak positif dan rutin dengan ayah mereka cenderung lebih baik dalam mengatur emosi dibandingkan anak-anak yang sama sekali tidak memiliki kontak dengan ayah mereka.
Meskipun demikian, jika tidak ada keterlibatan ayah, pengasuh lain tetap bisa menjalankan fungsi-fungsi tersebut. Struktur keluarga bukanlah faktor terpenting; yang paling penting adalah adanya pengasuh yang penuh kasih yang mampu memenuhi kebutuhan perkembangan anak.
Sementara itu, perkembangan sosial-emosional sangat dipengaruhi oleh hubungan yang aman dan positif dengan figur ayah. Kehadiran ayah yang stabil dan responsif membantu anak belajar mengenali dan mengelola emosinya.
Misalnya, ketika anak mengalami ledakan emosi, ayah yang sabar dan suportif dapat membantu anak menenangkan diri, memberi nama pada emosinya, serta menunjukkan cara mengatasinya dengan tenang.
Dari sini anak belajar empati, pengendalian diri, dan keterampilan sosial yang penting untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Tanpa keterlibatan ayah, apalagi pada anak yang secara emosional sudah lebih sulit diatur, risiko munculnya masalah perilaku seperti agresivitas, kecemasan, atau ketidakmampuan bersosialisasi akan meningkat.