Awas, Serial Animasi Cocomelon Lane Mengandung Unsur LGBTQ!

Sempat ramai di media sosial hingga memunculkan seruan boikot

9 Januari 2024

Awas, Serial Animasi Cocomelon Lane Mengandung Unsur LGBTQ
people.com

Serial animasi Cocomelon menjadi salah satu tayangan yang banyak ditunggu oleh para penggemarnya. Selain karena karakter yang menggemaskan, Cocomelon menghadirkan visual yang menarik dan juga musik bernada gembira yang mampu menaikkan mood anak.

Sayangnya, serial terbaru mereka berjudul Cocomelon Lane mendapat respon negatif dan seruan boikot karena dianggap menanamkan ideologi LGBTQ. Berita ini pun viral di media sosial dan mendapat banyak kritik dari orangtua yang khawatir akan tayangan tersebut.

Cocomelon Lane memang bukan tayangan anak-anak pertama yang memuat unsur LGBTQ di dalamnya. Hal ini pun menimbulkan keprihatinan untuk beberapa pihak, mengingat LGBTQ juga menjadi isu yang sensitif untuk anak-anak di bawah usia, terutama di Indonesia.

Popmama.comtelah merangkum beberapa informasi seputar film animasi Cocomelon Lane yang mengandung unsur LGBTQ, semoga menjadi bacaan bermanfaat untuk orangtua.

Serial Kartun Cocomelon Lane Masuk Rating 18+

Serial Kartun Cocomelon Lane Masuk Rating 18+
Instagram.com/missimaduma

Akun Instagram.com/missimaduma menjadi salah satu akun yang cukup aware dengan rating film 18+ yang ada di serial animasi Cocomelon Lane. Tak pikir panjang, ia pun mengedukasi para orangtua untuk berhati-hati dengan serial satu ini.

Berdasarkan rating film yang diberikan, diketahui bahwa Cocomelon Lane adalah film yang ditujukan untuk penonton berusia 18+.

Sedikit mencurigakan memang, mengingat Cocomelon adalah serial animasi yang lebih cocok ditujukan untuk toddler dan anak pre-school.

Editors' Pick

Unsur LGBTQ yang Muncul Sejak Episode 1

Unsur LGBTQ Muncul Sejak Episode 1
Netflix.com/Cocomelon Lane

Isu LGBTQ dalam serial animasi ini telah terdeteksi sejak opening Episode 1 berjudul ‘Nina’s Three-Legged Race/Say Cheese Nico/Nina Shares a Treat’.

Terlihat dalam openingnya, ada dua orang laki-laki yang hadir di sekolah, berkumpul bersama orangtua dan anak-anak lain. Kehadiran keduanya memang menarik perhatian, mengingat gesture yang ditunjukkan pun tidak biasa.

Lalu, dalam episode lain seorang tokoh anak laki-laki bernama Nico dikisahkan sedang bingung menggunakan baju apa untuk foto keluarga. Lalu, saran pun datang dari orangtua yang keduanya merupakan sosok Papa.

Saran yang diberikan pun cukup ambigu, yaitu untuk menjadi diri sendiri tanpa memperdulikan apa kata orang lain.

Terkesan tidak ada yang salah, namun hal ini menjadi salah ketika setelah mendengar saran tersebut, Nico justru menggunakan mahkota dan rok tutu.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan apa yang selama ini kita pahami, bahwa rok adalah busana yang digunakan oleh perempuan, dan bukan untuk laki-laki.

Kehadiran Dua Papa yang Merepresentasikan LGBTQ

Kehadiran Dua Papa Merepresentasikan LGBTQ
Twitter.com/AnalyzingAmerica

Tokoh utama dalam serial Cocomelon Lane memiliki dua orang pria dewasa sebagai orangtua, yang dipanggil dengan sebutan Ayah dan Papa. Mereka pun hidup bersama dan menjalankan kehidupan seperti keluarga pada umumnya.

Apa yang dihadirkan oleh serial animasi ini tentu sangat disayangkan, mengingat unsur LGBTQ sudah sangat jelas. Terlebih, Cocomelon merupakan tayangan yang cukup terkenal untuk bayi dan toddler berusia lebih dari 2 tahun.

Tentu tidak heran jika banyak orangtua yang menyayangkan kejadian ini, mengingat pamor Cocomelon yang begitu terkenal dan diperuntukkan kepada anak-anak.

Muncul #BoycottCocomelon di Media Sosial

Muncul BoycottCocomelon Media Sosial
twitter.com

Keresahan yang dirasakan orangtua dan banyak pihak terkait unsur LGBTQ yang dimunculkan Cocomelon Lane pun menyebar hingga ke media sosial.

Di X, #BoycottCocomelon sempat menjadi perbincangan dan menjadi trending topic. Seruan boycott ini juga diperkuat karena adanya anggapan grooming yang dilakukan kepada anak di bawah usia.

Tuduhan grooming ini muncul karena anggapan tokoh utama anak laki-laki yang berpikir ia bisa menjadi perempuan setelah mendapat saran “just be you” dari kedua orangtuanya. Saran ini dianggap salah, karena menuntun anak ke jalan yang kurang tepat.

Tips Memilih Tontonan yang Tepat untuk Anak

Tips Memilih Tontonan Tepat Anak
Freepik/stockking

Apa yang terjadi pada Cocomelon Lane bukanlah kali pertama sebuah tontonan untuk anak-anak hadir dengan membawa unsur LGBTQ. Kasus serupa pun pernah terjadi beberapa kali, dan semakin kesini, tentu semakin menimbulkan keresahan untuk orangtua.

Popmama.com berikan beberapa tips dan trik untuk memilih tontonan yang tepat untuk anak-anak di rumah.

  1. Perhatikan rating usia
    Belajar dari kasus Cocomelon Lane, orangtua wajib lebih jeli memperhatikan rating usia yang ada dalam sebuah tontonan. Cocomelon memang identik dengan anak-anak, tapi jika serial tersebut memiliki rating 18+ segera pilih tontonan lain untuk anak, ya Ma!
  2. Pilih yang menghibur atau mengedukasi?
    Seringkali hal ini menjadi sebuah pertimbangan. Namun, pilihan ini juga bisa disesuaikan dengan usia anak. Bagi toddler, pilihan tontonan bisa difokuskan kepada yang mengedepankan visual dan penuh hiburan. Bagi preschool, orangtua bisa mulai memilih tontonan yang mengandung edukasi bagi anak untuk membantunya belajar lebih. Sesuaikan semua tontonan dengan kebutuhan si Kecil!
  3. Temani anak menonton
    Kehadiran orangtua tetap yang nomor satu. Selain untuk mengawasi setiap adegan yang ada, saat orangtua ikut menyaksikan tontonan untuk anak, akan ada topik yang bisa digunakan untuk diskusi setelahnya. Perhatikan emosinya, reaksinya, wajahnya, akan ada semakin banyak hal yang bisa dipelajari dari diskusi sederhana ini.
  4. Perhatikan bahasa yang digunakan
    Anak sering diibaratkan seperti spons karena mampu menyerap segala informasi dari lingkungannya. Maka, penggunaan bahasa dalam sebuah tayangan juga penting untuk diperhatikan. Jika tayangan kesukaannya mengandung bahasa yang kurang pantas, maka segera carikan tayangan lain untuk si Kecil ya, Ma.
  5. Orangtua wajib melakukan riset
    Memilih tayangan untuk anak bukan hanya sekadar didasarkan dari viral atau tidaknya tontonan tersebut. Sebagai orangtua, ada baiknya melakukan riset terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada hidden meanings di dalamnya. Selain itu, dengan riset orangtua juga bisa mengetahui rating serta review yang diberikan. Sedikit banyak, ini tentu akan membantu.

Munculnya unsur LGBTQ dalam tontonan anak-anak semoga menjadi sebuah pengingat bagi orangtua agar lebih awas dan teliti dalam memilihkan tontonan untuk anak.

Jangan lupa, sempatkan waktu untuk melakukan riset terlebih dahulu sebelum menyajikan tontonan bagi anak ya, Ma. Semoga bermanfaat!

The Latest