Kenali Tahap 3 Perkembangan Psikososial Anak, Inisiatif vs Bersalah

Perkembangan ini dimulai pada tahap tiga, saat usia anak 3-5 tahun

31 Agustus 2021

Kenali Tahap 3 Perkembangan Psikososial Anak, Inisiatif vs Bersalah
Pexels/Bruna Saito

Inisiatif vs. rasa bersalah merupakan tahap ketiga dalam perkembangan psikososial anak menurut Erik Erikson. Erik Erikson sendiri adalah seorang tokoh psikolog yang mengembangkan salah satu teori perkembangan psikososial yang paling populer dan berpengaruh.

Menurut teorinya, dua tahap perkembangan sebelumnya, berfokus pada anak yang membentuk rasa percaya pada dunia serta perasaan mandiri dan otonomi. Dan dalam tahap ini, anak akan membangun kendali atas dunia sekitarnya melalui permainan dan interaksi sosial.

Seperti apa tahap tiga inisiatif vs. rasa bersalah pada anak? dan bagaimana cara Mama dapat mendukung keberhasilan si Kecil di tahap ini?

Mari simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!

1. Tahap inisiatif vs. rasa bersalah ini terjadi selama usia prasekolah, yaitu 3 sampai 5 tahun

1. Tahap inisiatif vs. rasa bersalah ini terjadi selama usia prasekolah, yaitu 3 sampai 5 tahun
Freepik/bearfotos

Inisiatif vs. rasa bersalah adalah tahap ketiga dari teori perkembangan psikososial Erik Erikson. Tahap ini terjadi selama tahun-tahun prasekolah, yaitu di antara usia 3 hingga 5 tahun.

Selama tahap inisiatif versus rasa bersalah, balita mulai menegaskan kekuatan dan kendalinya atas dunia di sekitarnya melalui permainan dan interaksi sosial lainnya.

Mari kita lihat lebih dekat beberapa peristiwa besar yang terjadi pada tahap perkembangan psikososial ini:

  • Konflik psikososial: Inisiatif vs. rasa bersalah
  • Pertanyaan utama: “Apakah saya baik atau buruk?”
  • Kebajikan dasar: Tujuan
  • Cara penting untuk mendukungnya: Eksplorasi dan bermain

2. Pada tahap ini, anak perlu belajar mencoba berbagai hal sendiri dan mengeksplorasi kemampuannya

2. tahap ini, anak perlu belajar mencoba berbagai hal sendiri mengeksplorasi kemampuannya
Pexels/Polesie Toys

Seperti yang disebutkan di atas, dua tahap pertama perkembangan anak berfokus pada membentuk rasa percaya pada dunia, serta perasaan mandiri dan otonomi. Masing-masing tahap dasar ini berperan dalam tahap selanjutnya.

Jika anak berhasil menyelesaikan dua tahap sebelumnya, ia sekarang memiliki perasaan bahwa dunia dapat dipercaya dan ia mampu bertindak secara mandiri.

Dari dua keberhasilan di atas, penting bagi anak untuk belajar bahwa ia dapat mengerahkan kekuatan atas diri sendiri dan dunia, dengan mencoba berbagai hal sendiri dan mengeksplorasi kemampuannya. Dengan melakukan ini, Mama mungkin akan melihat anak mengembangkan ambisi dan arahnya.

Editors' Pick

3. Penting bagi orangtua untuk mendorong eksplorasi dan membantu anak membuat pilihan tepat

3. Penting bagi orangtua mendorong eksplorasi membantu anak membuat pilihan tepat
Freepik

Untuk membangun rasa inisiatif, anak perlu mulai menegaskan kontrol dan kekuasaan atas lingkungan, dengan mengambil langkah dan merencanakan kegiatan, menyelesaikan tugas, dan menghadapi tantangan.

Selama tahap ini, penting bagi Mama untuk mendorong eksplorasi dan membantu anak membuat pilihan yang tepat. Si Kecil dapat memiliki rasa inisiatif dan diperkuat dengan diberi kebebasan dan dorongan untuk bermain.

Bermain dan imajinasi mengambil peran penting pada tahap ini. Ketika upaya untuk terlibat dalam permainan fisik dan imajinatif terhambat oleh orangtua atau pengasuh lain, anak mulai merasa bahwa upaya yang ia lakukan sendiri adalah sumber rasa malu.

Perlu diingat juga bahwa anak yang terlalu diarahkan oleh orang dewasa mungkin berjuang untuk mengembangkan rasa inisiatif dan kepercayaan pada kemampuannya sendiri.

4. Tantangan dalam membangun inisiatif pada tahap psikososial anak

4. Tantangan dalam membangun inisiatif tahap psikososial anak
Freepik/Gpointstudio

Dilansir dari Very Well Mind, tahap ini terkadang membuat Mama mungkin menjadi kewalahan dan frustasi karena si Kecil yang mulai lebih mengontrol hal-hal yang memengaruhi kehidupannya.

Keputusan ini dapat berkisar dari teman yang ia ajak bermain, aktivitas yang dilakukan, dan cara anak melakukan tugas yang berbeda.

Pada tahap ini, Mama tentu ingin membimbing anak menuju teman, kegiatan, atau pilihan tertentu, tetapi ia mungkin menolak dan bersikeras membuat pilihannya sendiri.

Meskipun hal ini terkadang dapat menyebabkan konflik Mama dan anak, penting untuk memberikannya kesempatan untuk membuat pilihan sendiri.

Namun, tetap penting untuk terus menegakkan batasan yang aman dan mendorong anak agar membuat pilihan yang baik melalui memberikan contoh dan dukungan.

Orangtua yang yang mengecilkan hati atau meremehkan, dapat menyebabkan anak merasa malu pada diri sendiri dan menjadi terlalu bergantung pada bantuan orang lain.

5. Keberhasilan di tahap ini mengarahkan anak pada keinginan untuk memiliki tujuan

5. Keberhasilan tahap ini mengarahkan anak keinginan memiliki tujuan
Pexels/Tatiana Syrikova

Keberhasilan dalam tahap ketiga ini mengarahkan anak pada rasa tujuan, sedangkan kegagalan menghasilkan rasa bersalah. Namun, Mama mungkin bertanya-tanya, "Apa yang dimaksud Erikson dengan rasa bersalah?"

Pada dasarnya, anak yang gagal mengembangkan rasa inisiatif pada tahap ini mungkin muncul dengan rasa takut mencoba hal-hal baru. Ketika anak mencoba melakukan upaya terhadap sesuatu, ia mungkin merasa melakukan sesuatu yang salah.

Jika anak justru mengembangkan rasa bersalah di tahap ini, ada beberapa cara yang dapat Mama lakukan untuk meningkatkan inisiatif anak, berikut adalah beberapa tipsnya!

Tips untuk Menumbuhkan Sikap Inisiatif pada Anak

Tips Menumbuhkan Sikap Inisiatif Anak
Freepik

Anak diharapkan belajar bagaimana mengambil inisiatif, untuk tak hanya mengikuti aturan, menunggu seseorang untuk menawarkan pilihan, dan menetapkan langkah sendiri. Anak yang inisiatif akan menjadi lebih proaktif, untuk mencari cara yang berbeda untuk tumbuh, belajar, unggul dan memimpin.

Berikut adalah beberapa tips untuk menumbuhkan sikap inisiatif pada anak:

  • Jadilah panutan: ingatlah bahwa orangtua adalah panutan anak, dan ia belajar banyak dari orangtua. Mama dan Papa perlu menjadi contoh yang baik untuk selalu mengambil inisiatif dalam kehidupan sehari-hari.
  • Biarkan anak mencoba melakukan sesuatu sendiri: Mama dapat mendorong anak untuk mengambil tindakan secara proaktif. Misalnya, jika anak menyampaikan masalah, tanyakan bagaimana ia melihatnya, apa pendapatnya tentang solusi yang mungkin. Kemudian dukung anak untuk menemukan ide pemecahkan masalah, dan kemudian biarkan ia mempraktikkannya.
  • Berikan pujian saat anak mengambil langkah inisiatif: Ketika anak mencoba menyelesaikan tugasnya sendiri, berikan pujian baik seperti “Wah, kamu bisa merapikan tempat tidurmu sendiri, kerja bagus!". Penting untuk mengagumi upaya yang dilakukan oleh anak, jika itu mungkin tidak dilakukan dengan sempurna.

Nah itulah beberapa informasi seputar tahap tiga perkembangan psikososial anak, inisiatif dan rasa bersalah. Ketika anak sedang berada di tahap ini, penting bagi Mama untuk tidak berfokus pada kesalahan yang ia buat.

Kesalahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam hidup, dan anak dengan inisiatif akan memahami bahwa kesalahan terjadi dan ia hanya perlu mencoba lagi.

Sedangkan, anak yang mengalami rasa bersalah justru akan menganggap kesalahan sebagai tanda kegagalan pribadi, dan mungkin dibiarkan dengan perasaan bahwa ia adalah seseorang yang "buruk".

Baca juga:

The Latest