Kenali Penyebab Balita Suka Memukul dan Cara Mengatasinya

Hindari langsung memarahi anak, sebaliknya cari tahu apa penyebabnya terlebih dahulu

2 April 2022

Kenali Penyebab Balita Suka Memukul Cara Mengatasinya
Freepik/Racool-studio

Ketika Mama dipukul oleh balita ketika sedang bermain, ini mungkin jadi kejutan bagi Mama hingga bisa menyebabkan Mama berpikir tentang keterampilan mengasuh anak. 

Saat si Kecil memukul, ia tidak ingin menyakiti, namun ini menjadi tanda emosionalnya.

Balita mungkin tertawa atau memasang wajah datar ketika dia memukul. Namun, emosi mendorong agresinya. Biasanya, ketakutan adalah emosi itu.

Lantas, bagaimana Mama menyikapi perilaku tersebut? Perlukah Mama menghukum anak?

Nah untuk mengetahuinya, kali ini Popmama.com telah merangkum beberapa penyebab balita suka memukul dan cara mengatasinya. Baca terus ya, Ma!

Apa Penyebab Balita Memukul?

Sebagai permulaan, yang terbaik adalah memahami mengapa balita tiba-tiba memukul. Dengan memahami penyebabnya, ini akan membantu Mama mendisiplinkan anak dari sisi yang lebih welas asih.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa anak mungkin mengekspresikan emosinya melalui agresi fisik:

1. Sedang menguji batas

1. Sedang menguji batas
Pixabay/Jennifer_Menendez_522

Memukul terkadang memiliki konsep yang sama dengan banyak perilaku sebelumnya pada bayi, seperti menumpahkan saus tomat ke pakaian Mama atau berteriak sekuat tenaga saat mobil. Balita melakukan hal tersebut untuk memeriksa batasan apa yang dapat diterima.

Meski tak disebutkan, balita pun juga berpikir 'Apa yang akan terjadi ya jika aku memukul Mama?'. Sehingga saat si Kecil memukul Mama atau memukul saudaranya dengan mainan, ini adalah bagian dari pencarian perilaku yang bisa diterima atau tidak.

Ini juga membuat anak memahami bahwa memukul drum mainan, tidak sama dengan memukul orang lain.

2. Tidak tahu bahwa memukul adalah hal yang buruk

2. Tidak tahu bahwa memukul adalah hal buruk
Freepik/ksenia_she

Sehubungan dengan poin sebelumnya, anak sedang menguji batas dengan memukul karena ia tidak tahu itu adalah perilaku buruk.

Menariknya, fenomena ini juga diteliti oleh para ilmuwan di tahun 2015 dalam jurnal Development Science, yang meneliti balita berusia antara 11-24 bulan.

Dari penelitiannya, mereka menyimpulkan bahwa anak-anak yang suka memukul dalam banyak kasus, tidak dalam kesulitan sama sekali ketika memukul orang lain.

Seorang balita terkadang akan menggunakan kekerasan tanpa provokasi apapun atau meniru anak lain yang memukul, karena si Kecil belum memiliki pemahaman atau kompas moral untuk tidak boleh menyakiti yang lain.

3. Belum mengembangkan kontrol diri yang baik

3. Belum mengembangkan kontrol diri baik
Freepik/Artfolio

Sebagian besar, kontrol impuls balita belum optimal di usia ini. Jika anak merasa bosan, senang, atau frustrasi, ia bisa tanpa ragu akan mengungkapkannya melalui pukulan.

Dilansir dari Healthline, kabar baiknya adalah si Kecil akan mulai menunjukkan pertumbuhan positif di area kontrol impuls ini diantara usia tiga hingga sembilan tahun.

Yup, kabar buruknya, ini adalah kisaran yang cukup luas. Sehingga orangtua tak boleh menyerah dan harus terus bersabar untuk memberikan bimbingan seputar self regulation atau mengelola diri dengan tepat pada balitanya.

Editors' Pick

4. Anak belum belajar bagaimana memproses perasaannya dengan sehat

4. Anak belum belajar bagaimana memproses perasaan sehat
Freepik/Creativebird

Balita terkadang terpaksa memukul dirinya sendiri dan orang lain, karena itulah cara ia dalam menangani emosi "besar"nya.

Tak seperti orang dewasa yang dapat dengan tenang berbicara tentang perasaan frustasi kepada teman atau pasangannya, balita tidak memiliki kontrol diri atau bahasa untuk menyampaikannya.

Sehingga anak kesulitan memikirkan bagaimana perasaan, dan berperilaku dengan cara yang membantu, pantas, atau dapat diterima secara sosial. Inilah yang membuat balita menanganinya dengan cara memukul.

Untuk itu penting bagi orangtua untuk mengamati apa yang menyebabkan anak memukul, dan menghindari langsung memarahai atau memberikan hukuman pada anak.

Bagaimana Cara Mengatasi Anak yang Suka Memukul?

Untungnya, ada beberapa cara yang membuat fase ini menjadi lebih cepat berlalu. Dilansir dari Very Well Family, bagaimana orangtua menanggapi perilaku ini akan memengaruhi seberapa besar kemungkinan anak akan atau tidak akan memukul lagi.

Tentu saja, Mama dapat menjelajahi semua cara yang tersedia untuk, memilih cara apa yang paling cocok untuk Mama dan yang paling bermanfaat bagi balita.

Berikut beberapa cara mengatasi anak yang suka memukul:

1. Kendalikan balita secara fisik

1. Kendalikan balita secara fisik
Freepik

Naluri pertama Mama secara fisik mungkin adalah menahan tangan balita ketika ia mencoba untuk memukul. Jika Mama merasa bahwa anak telah di luar kendali dan menahan secara fisik bisa membantu menenangkannya, maka lakukanlah.

Namun ingatlah bahwa menahan tangan balita seharusnya tidak menyakitkan. Setelah Mama mencoba menahan balita, berikan pelukan yang kuat dan tenang. Ini akan mencegahnya untuk memukul Mama.

2. Beri tahu anak 'tidak' dengan tenang dan tegas

2. Beri tahu anak 'tidak' tenang tegas
Freepik/user3222645

Dilansir dari Parents, setelah anak tenang Mama kemudian dapat menurunkan tubuh (atau menggendong anak) agar mata Mama menjadi setara dengan mata si Kecil.

Lalu tatap matanya, dan beri tahu anak, “Jangan memukul. Itu menyakitkan" dengan nada tenang dan tegas.

Hindari banyak menjelaskan, karena balita mungkin justru akan tersesat dan tidak memahami ucapan Mama.

Semakin Mama melibatkan anak dalam percakapan, semakin banyak perhatian yang ia terima, dan mengurangi tindakan agresifnya.

9. Memberikan konsekuensi untuk menegakkan aturan

9. Memberikan konsekuensi menegakkan aturan
Freepik/Pvproduction

Namun jika si Kecil sudah memahami aturannya dan tetap memukul, coba berikan konsekuensi untuk mencegahnya melakukannya lagi. Ada beberapa konsekuensi yang bisa Mama berikan untuk balita. Misalnya:

Coba time-out: Konsekuensi ini bertujuan untuk menjauhkan anak dari situasi, dan memintanya untuk berdiam di kamar atau ruang mainan dalam beberapa waktu.

Ini akan mengajarinya untuk menenangkan diri, dan menjauhkannya dari lingkungan yang mungkin memicu agresinya. Setelah memberikan konsekuensi ini, ajari balita bagaimana mengatur dirinya sendiri.

Menghapus hak istimewa: Konsekuensi tambahan seperti mengambil hak istimewa bisa menjadi strategi disiplin praktis.

Batasi akses anak ke elektronik atau mainan favoritnya selama sehari, atau kurang, tergantung pada usianya. Semakin muda usia anak, maka semakin mudah untuk menjauhkannya dari mainan atau elektronik.

Pemberian tugas tambahan:

Beri anak tugas rumah tambahan yang sesuai dengan usianya sebagai cara untuk menebus kesalahan.

4. Hindari memukul anak

4. Hindari memukul anak
Freepik/Pixabay

Dilansir dari Parents, seringkali orangtua berpikir bahwa mendisiplinkan dengan memukul, mungkin mengajarkan anak bahwa memukul itu menyakitkan. Namun ini bukanlah menjadi alasan untuk melakukan kekerasan.

Sehingga penting bagi orangtua untuk menghindari hukuman fisik apa pun. Memukul hanya membuat balita menjadi lebih agresif dan beranggapan bahwa memukul adalah hal yang tepat saat marah.

Akan lebih baik untuk mengajari anak cara menghadapi kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan dengan cara yang dapat diterima secara sosial sejak usia dini.

Nah itulah beberapa penyebab balita suka memukul dan cara mengatasinya. Di usia balita, anak masih kekurangan keterampilan bahasa dan sosial, sehingga ketika Mama bermain bersamanya, ia dapat dengan mudah menjadi frustrasi.

Secara perkembangan normal bagi balita untuk memukul, namun pastikan Mama dapat mengatasinya dengan cara yang tepat agar perilaku agresif ini tidak berkembang dan membuat anak jadi terbiasa untuk memukul orang lain.

Baca juga:

The Latest