Ketiga penelitian yang dipaparkan menunjukkan pola temuan yang serupa terkait konsumsi kental manis pada balita. Miskonsepsi bahwa kental manis merupakan susu masih ditemukan di berbagai daerah, terutama pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih rendah. Keterbatasan akses informasi gizi, kuatnya pengaruh iklan, serta dominasi informasi dari media massa turut memperkuat persepsi tersebut.
Para peneliti juga menyoroti bahwa konsumsi kental manis kerap dipengaruhi faktor ekonomi, budaya, dan kebiasaan keluarga. Di wilayah pedesaan, kental manis lebih mudah diperoleh dibandingkan produk susu lainnya, serta dianggap praktis dan terjangkau. Hal ini menyebabkan produk tersebut tetap diberikan meskipun kandungan gulanya tinggi dan nilai gizinya rendah.
Secara keseluruhan, ketiga penelitian menegaskan adanya hubungan antara konsumsi kental manis yang tinggi dan kondisi kesehatan balita, termasuk stunting, masalah gizi, serta gangguan kesehatan seperti karies dan diare. Temuan ini menunjukkan perlunya edukasi gizi yang lebih kuat serta intervensi berbasis komunitas agar persepsi dan pola konsumsi dapat berubah secara berkelanjutan.
Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi penguatan edukasi gizi dan perbaikan pola konsumsi masyarakat, terutama terkait konsumsi kental manis pada balita sebagaimana disampaikan dalam penelitian ungkap konsumsi kental manis pada balita masih tinggi.