Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
boy lying on bed
Pexels/MART PRODUCTION

Intinya sih...

  • Prevalensi anemia pada anak di Indonesia masih tinggi, terutama akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan.

  • Kolaborasi berbagai pihak, termasuk bidan, dalam gerakan pencegahan anemia pada ibu dan anak telah dilakukan dengan skrining dan edukasi.

  • Anemia pada anak memiliki dampak serius seperti stunting dan menghambat perkembangan otak, sehingga skrining rutin dan pemberian suplemen penting untuk mencegahnya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Anemia, terutama defisiensi zat besi, merupakan permasalahan kesehatan serius yang membutuhkan perhatian mendalam dari berbagai pihak. Di Indonesia, prevalensi anemia masih tergolong tinggi, menempatkan negara kita pada posisi ke-4 di Asia Tenggara.

Angka yang mengkhawatirkan menunjukkan bahwa setidaknya 1 dari 4 anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun berisiko mengalami anemia. Kondisi ini bukan sekadar masalah kesehatan biasa karena memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada masa depan anak dan bangsa.

Bagaimana faktanya? Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai mencegah anemia pada anak, fondasi generasi emas Indonesia lho.

1. Penyebab anemia pada anak, apa karena gaya hidup? 

Dok. IBI

Bertepatan dengan peringatan ulang tahun Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ke-74 dan Hari Bidan Nasional 2025 pada Selasa (24/6/2025). Di kesempatan tersebut dijelaskan mengenai anemia pada anak.

Ternyata tingginya prevalensi anemia seringkali berkaitan dengan pola makan yang kurang asupan zat besi harian. Data menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak tidak mengonsumsi makanan kaya zat besi. Kekurangan asupan zat besi ini sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak sejak dini. 

Anemia pada anak berisiko menyebabkan stunting yang dapat menghambat perkembangan otak dan tumbuh kembang optimal anak. 

2. Kolaborasi banyak pihak di bidang kesehatan untuk mencegah anemia pada anak

Dok. IBI

Melihat urgensi permasalahan ini, berbagai pihak, termasuk organisasi profesi kesehatan, telah meningkatkan upaya pencegahan anemia. Para tenaga kesehatan, khususnya bidan, memegang peran strategis dalam gerakan pencegahan anemia pada ibu dan anak di seluruh Indonesia. 

Sebuah gerakan aksi nyata telah dimulai sejak Februari 2025, melibatkan puluhan ribu bidan yang berhasil menjangkau ratusan ribu ibu hamil, menyusui, dan anak-anak. Mereka melakukan skrining dan edukasi pencegahan anemia menggunakan alat bantu skrining faktor risiko non-invasif yang terintegrasi dalam aplikasi mobile pendukung bidan. Pendekatan terpadu ini menjadi kunci penting untuk intervensi dini sebelum gejala signifikan muncul dan menyebabkan masalah yang lebih serius.

Acara tersebut yakni IBI bersama eNutri juga meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori pemecahan rekor “Skrining dan Edukasi Pencegahan Anemia kepada Ibu dan Anak oleh Bidan Terbanyak menggunakan Kalkulator Zat Besi pada Aplikasi eNutri”. 

Penghargaan ini merupakan wujud komitmen dan bukti nyata peran strategis Bidan dalam mendukung pencegahan anemia pada Ibu dan anak di Indonesia demi mewujudkan generasi Indonesia bebas anemia defisiensi besi.

3. Dampak serius anemia pada anak, jangan dianggap remeh

ilustrasi anak anemia (unsplash.com/unsplash+)

Ada beberapa dampak serius anemia pada anak, selain menghambat perkembangan otak dan tumbuh kembang optimal sehingga menyebabkan stunting. Ini akan berpengaruh pada kepintaran dan kualitas hidup anak di kemudian hari.

Dalam upaya pencegahan tersebut, kolaborasi dan komitmen yang kuat sangat diperlukan. Sebagaimana disampaikan oleh seorang ahli dari organisasi profesi bidan.

"Kondisi anemia defisiensi besi akan menghambat tumbuh kembang optimal anak, terutama kepintaran anak bahkan dapat menjadi penyebab risiko stunting. Oleh karena itu, skrining anemia yang terintegrasi dalam setiap pelayanan sehari-hari adalah kunci penting untuk mencapai target pencegahan anemia pada anak. Gerakan skrining dan edukasi pencegahan anemia defisiensi besi bagi ibu dan anak ini menjadi sangat penting dalam intervensi dini pencegahan kasus anemia, terutama sebelum gejala yang signifikan muncul," ujar Dr. Ade Jubaedah, S.Keb, Bdn, MM, MKM, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PP IBI) dalam keterangan rilisnya.

4. Skrining rutin dan pemberian suplemen membantu mencegah anemia pada anak

Dok. IBI

Dengan adanya skrining rutin defisiensi zat besi bagi anak serta ibu hamil dan menyusui di layanan kesehatan primer. Menggunakan alat bantu deteksi dini non-invasif untuk mengidentifikasi risiko defisiensi zat besi.

Secara aktif merekomendasikan dan mengedukasi orangtua terkait makanan yang diperkaya zat besi. Turut serta mendampingi program suplementasi zat besi pada ibu dan anak. Memberikan edukasi berkelanjutan tentang pentingnya kecukupan zat besi harian.

“Fitur Kalkulator Zat Besi di aplikasi eNutri memudahkan bidan memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak kapan pun, di mana pun,” ujar Gladys Samosir, Digital Engagement Lead eNutri.

Sebagai informasi, aplikasi ini dirancang sesuai rekomendasi WHO (World Health Organization) dan AKG (Angka Kebutuhan Gizi) Indonesia, sehingga efektif mendukung skrining dan pemenuhan kebutuhan zat besi. 

“Kami berharap kolaborasi dengan IBI terus berlanjut agar makin banyak bidan di pelosok bisa terjangkau teknologi ini,” tambahnya.

Itulah tadi mengenai mencegah anemia pada anak, fondasi generasi emas Indonesia. Semoga informasi ini membantu!

Editorial Team