Banyak hal yang bisa menimbulkan masalah dalam keluarga, yakni berupa faktor yang datang dari sifat alamiah pernikahan itu sendiri dan faktor pandemi Covid-19.
1. Faktor Alamiah Sebuah Pernikahan
Menurut Indra, pernikahan itu sebenarnya fase "perkenalan" yang sebenarnya. Di saat sudah mulai membangun rumah tanggalah setiap pasangan baru mulai mengenal karakter asli satu sama lain. Tidak jarang mereka terkejut dengan perbedaan ini, namun enggan untuk mengungkapkan masalah tersebut karena takut membuat pasangan tersinggung.
Dikarenakan belum satu frekuensi atau mengenal seutuhnya dengan pasangan, Mama mungkin bisa saja membahas suatu hal yang ternyata sensitif bagi si Papa. Alhasil, ia memberikan reaksi yang terlalu berlebihan sehingga timbullah sebuah argumen.
Bukan hanya itu, sikap ego juga bisa memperkeruh hubungan berkeluarga. Terutama dalam pasangan muda, mereka umumnya masih dalam tahap aktualisasi diri. Dalam tahap tersebut, seseorang masih ingin memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya. Kalau tidak sepaham dengan pasangan, turbulensi dalam rumah tangga sangat mungkin untuk terjadi.
2. Faktor Pandemi Corona
Di sisi lain, wabah virus Corona yang tengah melanda Indonesia juga ikut andil dalam memicu konflik dalam keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut, Sherlly Yusuf, selaku co-founder Babyologist, menambahkan bahwa pandemi seperti sekarang merupakan masa yang sangat sulit bagi setiap pasangan.
Bukan hanya menjaga tubuh dari infeksi virus, tapi kesehatan mental juga harus diperhatikan. Karena selalu di rumah, pekerjaan rumah Mama pastinya semakin bertambah, nih. Harus selalu mengurus anak sekaligus si Papa. Padahal, Mama juga butuh waktu me-time (waktu sendiri) untuk bersantai dan menjadi 'waras'.
"Gak mudah lho tetap waras di masa pandemi ini," kata Sherlly.
Belum lagi dampak finansial yang begitu kentara di masa pandemi ini. Pengeluaran semakin besar, tapi pemasukan semakin kecil.
Kombinasi faktor keuangan dan emosional tersebut, apabila tidak ditangani dengan baik, bisa menuntun menuju pertikaian. Mama merasa penat dan stres, emosi tidak stabil, dan Mama bisa menjadi sangat sensitif. Akhirnya, malah berantem sama pasangan bahkan tentang masalah yang kecil.