Autisme Bukan Penyakit, Simak Penjelasan dari Pandangan Psikolog!

Masih banyak sekali orang yang menganggap autis sebagai penyakit

8 Februari 2024

Autisme Bukan Penyakit, Simak Penjelasan dari Pandangan Psikolog
Freepik

Hingga saat ini, persepsi dan pandangan masyarakat terkait autisme di ruang publik masih sering kali dianggap sebagai penyakit. 

Menurut Psikolog Vitriani Sumarlis, M.Psi, Wakil Kepala Kurikulum Pendidikan Inklusi Cikal, autisme bukanlah penyakit melainkan sebuah gangguan neurologis yang memengaruhi tiga area perkembangan manusia, yaitu komunikasi, interaksi sosial, perilaku. 

Pada dasarnya, setiap anak dengan autisme memiliki tingkat keparahan yang berbeda, sehingga istilah ‘spektrum’ bisa digunakan untuk mencakup berbagai tingkat gejala.

Berikut Popmama.comsiap membahas ulasan lebih lanjut mengenai autisme bukan penyakit

Editors' Pick

Autisme Bukan Penyakit Melainkan Sebuah Gangguan yang Dialami Anak

Autisme Bukan Penyakit Melainkan Sebuah Gangguan Dialami Anak
Freepik

Sebagai Psikolog anak yang aktif bergerak di Pendidikan Inklusif, Vitri menegaskan bahwa autisme atau autistik bukanlah penyakit, melainkan sebuah kondisi yang memang telah terbawa dalam seorang anak

“Autis bukan penyakit, tapi itu adalah satu kondisi yang memang sudah terbawa di dalam diri seorang individu dan itu menempel, jadi masuknya seumur hidup. Autisme bukan penyakit yang bisa disembuhkan, tetapi sebuah kondisi yang dapat dibuat menjadi  adaptif,” kata Vitri mengutip dari Siaran Pers Cikal. 

Berdasarkan penjelasan psikologis, autisme merupakan gangguan neurologis yang memengaruhi tiga aspek atau area perkembangan diri.

“Autisme atau Autism Spectrum Disorder itu artinya gangguan yang dasarnya itu dari saraf otak atau neurologis. Dari adanya gangguan neurologis itu terdapat area perkembangan yang terganggu, secara umum ada tiga area besarnya. Pertama itu di area komunikasi, kedua di area interaksi sosial, dan ketiga di perilaku.” tambahnya. 

Gejala Autisme yang Patut Diwaspadai

Gejala Autisme Patut Diwaspadai
Freepik/freepik

Gejala autisme biasanya muncul sebelum usia tiga tahun dan dapat bertahan sepanjang hidup seseorang. Berikut adalah beberapa gejala umum autisme pada anak:

Gangguan dalam Interaksi Sosial: 

  • Kesulitan dalam berkomunikasi non-verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pandangan mata.
  • Kesulitan membentuk dan mempertahankan hubungan sosial.
  • Kurangnya minat atau keterampilan untuk bermain bersama teman sebaya.

Gangguan dalam Komunikasi:

  • Keterlambatan dalam perkembangan bicara atau ketidakmampuan untuk berbicara.
  • Penggunaan bahasa yang tidak konvensional, seperti pengulangan kata atau frasa (echolalia).
  • Kesulitan memahami humor, ungkapan idiomatik, atau makna berganda dalam bahasa.

Perilaku yang Terbatas dan Berulang: 

  • Ketertarikan yang kuat pada pola tertentu atau objek, seperti mengumpulkan mainan atau fokus pada rutinitas yang tetap.
  • Perilaku yang bersifat repetitif, seperti berputar-putar, mengayun-ayun, atau memukul diri sendiri.
  • Sensitivitas terhadap perubahan rutin dan lingkungan.

Keterlambatan dalam Perkembangan:

  • Keterlambatan dalam keterampilan motorik kasar atau halus.
  • Ketidakmampuan atau keterlambatan dalam keterampilan kehidupan sehari-hari, seperti berpakaian sendiri atau menggunakan toilet.

Respons Terhadap Sensori:

  • Sensitivitas yang berlebihan atau kurang responsif terhadap rangsangan sensorik, seperti suara, cahaya, atau tekstur.
  • Fokus yang mendalam pada indra tertentu, seperti mencium atau menyentuh objek secara berlebihan.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan autisme adalah unik dan gejalanya  dapat bervariasi. Beberapa anak mungkin menunjukkan gejala yang lebih ringan, sementara yang lain mengalami tantangan yang lebih berat. 

Diagnosa autisme sebaiknya dilakukan oleh profesional kesehatan yang berpengalaman dalam penilaian dan pemahaman gangguan ini.

Cara Mendukung Anak dengan Autisme Tumbuh Secara Adaptif

Cara Mendukung Anak Autisme Tumbuh Secara Adaptif
Freepik/freepik

Dalam upaya membuat kondisi anak dengan autisme menjadi lebih adaptif, Vitriani menyebutkan terdapat tiga cara yang bisa dilakukan di antara lain:

  • Pertama, lakukan screening terhadap anak dengan autisme sejak dini 

Vitri menjelaskan bahwa pendampingan anak dengan autisme dapat dimulai dari screening sedini mungkin agar mendapatkan diagnosis tepat sejak awal, bahkan bisa dimulai sejak bayi. 

“Pendampingan anak dengan autisme itu memang harus konsisten, Kuncinya itu mendapatkan diagnosis tepat, dan penanganannya atau pendampingan yang akurat. Untuk screening itu sebaiknya sejak dini, jadi as soon as, dini bahkan dari bayi, karena sebenarnya sudah bisa kelihatan, misalnya dari sisi sensorik anak itu hipersensitif (terlalu sensitif) atau hiposensitif (tidak sensitif),” jawabnya. 

  • Kedua, proses pendampingan orangtua yang kolaboratif 

Selain screening, orangtua juga dianjurkan untuk senantiasa kolaboratif dan kooperatif dalam mendampingi anak. 

“Sebaiknya orang tua sudah kolaboratif dari awal sehingga proses pendampingan anak akan makin baik. Kolaboratif itu artinya anak ada terapi, lalu, ketika melihat anak butuh, sekolah, orang tua, guru di sekolah dan tempat terapi bisa bekerjasama, gitu.” tambahnya.

  • Ketiga, mengikutsertakan anak dalam kegiatan terapi 

Vitri menjelaskan bahwa dalam beberapa kondisi, gangguan perkembangan autisme itu tergantung dengan area spektrumnya. Beberapa kondisi yang Vitri sebutkan dan eratkan dengan terapi antara lain sebagai berikut:

  • Terapi Wicara

Terapi bahasa dapat diterapkan ketika anak mampu mengucapkan suara dan kata, tetapi belum memahami makna dari apa yang diucapkannya.

  • Terapi Sensorik

Terapi sensorik bisa diterapkan jika anak masih memerlukan pendampingan, terutama saat merasa tidak nyaman di lingkungan yang ramai. Terapi ini berkaitan dengan aspek sensorik manusia, melibatkan pendengaran, penglihatan, perasaan, dan peraba.

  • Terapi Perilaku (Behaviour Therapy)

Terapi perilaku dapat dilakukan untuk membiasakan anak yang mengalami autisme dengan aturan atau kegiatan yang terstruktur.

Demikian penjelasan lebih lanjut mengenai autisme bukan penyakit berdasarkan penjelasan psikolog. Semoga bisa menjadi ilmu baru bagi para orangtua, ya!

Baca juga:

The Latest