"Gangguan ini ditandai dengan perilaku sosial yang pasif, unik dan stereotip. Seringkali dianggap nakal karena terlihat acuh, tidak peduli dengan sekitar, suka berteriak-teriak atau berbicara suatu kata yang tidak bermakna secara berulang-ulang. Tak jarang, dirinya memperlihatkan perilaku seperti sedang marah-marah," ucap Alexandra Gabriella.
Sebelum melabeli si Kecil sebagai sosok yang nakal, Mama perlu mengetahui beberapa ciri dari gejala ASD seperti:
- Memiliki kemampuan komunikasi yang terhambat, namun ada beberapa anak dengan gejala ASD memiliki bahasa yang baik. Anak dengan perilaku ASD seringkali ditandai dengan adanya pengucapan kata-kata yang mengulang atau terkesan tidak bermakna. Bahkan beberapa anak terkesan pendiam atau saat cara berbicaranya terkesan terlalu baku.
- Memiliki kemampuan sosial yang berbeda-beda seperti terkesan sangat pasif atau bahkan sangat aktif, sehingga seringkali dianggap menganggu orang lain.
- Adanya perilaku repetitif dan obsesif, seperti memiliki kebiasaan yang sudah terjadwal. Si Kecil pun menyukai sesuatu berulang atau terkesan berputar-putar dalam waktu yang sangat lama serta memiliki kegelisahan bahkan marah saat jadwal atau perilaku repetitif mereka terganggu.
- Memperlihatkan gerakan-gerakan stereotip yang berbeda, tidak bermakna dan berulang-ulang. Contohnya seperti tepuk tangan, mengangkat-angkat tangan atau bahkan gerakan-gerakan aneh yang tidak terlihat pada anak-anak lain.
- Hiposensitif dan/atau hiposensitif sensorik. Perlu diketahui bahwa mereka bisa menjadi sangat tidak peka terhadap rasa sakit atau justru sangat peka pada suara dan sebuah sentuhan. Hal ini seringkali memicu tantrum karena mereka seolah tidak bisa menjelaskan apa yang dirasakannya.
Selain itu, Mama pun perlu mengetahui bahwa tipe-tipe ASD dibagi mulai dari level 1 sampai 3. Perlu Mama ketahui bahwa pembagian level ini difokuskan pada kemandirian anak dan seberapa besar dirinya intensif membutuhkan pengawasan.
Anak-anak dengan perilaku ASD juga memiliki ciri body rocking seperti seringkali menggoyang-goyangkan tubuh untuk menyenangkan diri sendiri.
Bahkan perilaku ini juga dapat menyakitnya seperti tindakan membentur-benturkan kepala atau bagian tubuh, hanya dengan tujuan untuk menyenangkan hati.