Bahaya Mengintai di Balik Teknologi AI dan Oversharing Anak di Socmed

Dari satu foto atau video saja, pelaku kejahatan bisa mendapatkan banyak data pribadi anak

14 Juli 2023

Bahaya Mengintai Balik Teknologi AI Oversharing Anak Socmed
Freepik/rawpixel.com

Apakah mama termasuk pengguna media sosial yang sering membagikan tentang aktivitas anak sehari-hari? Perilaku anak-anak memang menggemaskan. Sebagai orangtua, mengabadikan foto dan video anak kemudian mengunggahnya ke media sosial adalah cara untuk mengenang momen yang indah. 

Namun, bagaikan pedang bermata dua, kehadiran teknologi membantu kita menyimpan kenangan anak-anak kita. Tetapi di sisi lain, kehadiran teknologi yang terus berkembang seperti saat ini, dapat menjadi bumerang yang dapat membahayakan anak-anak kita. 

Kekhawatiran ini tertuang dalam video berjudul "Nachricht von Ella | Without Consent" yang diunggah di akun YouTube Deutsche Telekom.

Apa saja yang bisa kita pelajari dari video tersebut mengenai bahaya teknologi dan kebiasaan oversharing anak di media sosial?

Berikut ini Popmama.com merangkum apa saja bahaya yang mengintai anak-anak kita dari kebiasaan orangtua yang sering membagikan foto, video, atau identitas pribadi anak di media sosial:

1. Data-data pribadi anak yang tersebar tanpa disadari

Tak jarang, orangtua tanpa sadar mengunggah foto atau video yang berisi informasi mengenai data-data pribadi anak, seperti seragam sekolah anak, lingkungan sekitar rumah dan sekolah anak, atau pun kendaraan yang sering digunakan anak untuk bepergian. 

Dari sebuah foto atau video, pelaku kejahatan anak dapat menghimpun informasi dengan mengkaitkan potongan-potongan informasi yang relevan. Hal ini memudahkan pelaku kejahatan untuk berbuat kejahatan terhadap anak, misalnya penculikan.

Editors' Pick

2. Penyalahgunaan data anak di masa depan

2. Penyalahgunaan data anak masa depan
Freepik/Escapejaja

Selain risiko kejahatan terhadap anak, seperti penculikan anak, data-data anak juga sangat krusial untuk dicuri dan disalahgunakan. 

Mungkin saat ini anak-anak kita masihlah sangat muda. Tetapi ketika identitas pribadi mereka yang memuat data-data penting tentangnya dapat ditemukan dengan mudah di media sosial, bukan tidak mungkin di kemudian hari data-data mereka disalahgunakan oleh pelaku kejahatan. 

Bisa saja di masa depan anak-anak kita dituduh melakukan kejahatan atas apa yang tidak pernah mereka lakukan, karena penyalahgunaan data-data yang didapatkan dari internet.

3. Teknologi AI bisa menjadi bumerang

3. Teknologi AI bisa menjadi bumerang
Pexels/thisisengineering

Artificial intellegence (AI) atau kecerdasan buatan adalah sebuah penemuan hebat yang awalnya ditujukan untuk mempermudah hidup manusia dan memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi manusia.

Saat ini teknologi AI sudah berkembang sangat pesat. Kita bisa mengubah teks menjadi gambar, mengedit gambar menjadi berbagai aset visual dalam bentuk digital dengan mudah, bahkan bisa mengubah suara menjadi mirip suara orang lain.

Alih-alih membantu manusia menjadi lebih produktif, teknologi AI dapat menjadi bumerang tatkala dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk berbuat kejahatan. Misalnya mengubah suaranya menjadi mirip seperti suara anak kita, kemudian menggunakannya untuk memeras kita (atau pun orang lain) dengan berpura-pura anak kita berada dalam masalah.

4. Pentingnya orangtua menghargai batasan anak

4. Penting orangtua menghargai batasan anak
Freepik

Tak jarang orangtua membagikan foto atau video anak saat mereka mandi, berperilaku lucu, dan sebagainya. Bagi orangtua, hal ini adalah hal yang menyenangkan. Tetapi, ternyata bagi anak-anak adalah sebaliknya. 

Banyak anak-anak yang kini tumbuh menginjak usia remaja yang mengaku risih terhadap foto atau video masa kecilnya yang dibagikan orangtuanya di media sosial. Terutama, karena foto atau video tersebut diambil dan diunggah tanpa persetujuan mereka. Saat mereka sudah makin dewasa, foto atau video tersebut menjadi bahan olok-olokan yang membuat mereka malu. Bahkan, tak jarang remaja yang menjadi korban bullying karena foto atau video masa kecilnya.

5. Kontrol diri dari "sharenting"

5. Kontrol diri dari "sharenting"
Pexels/August de Richelieu

"Sharenting" adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada aktivitas orangtua yang sering membagikan foto atau video anak-anaknya di media sosial. 

Alih-alih menjadi tipikal orangtua "sharenting", sebaiknya orangtua memikirkan berulangkali tentang apa yang mereka posting tentang anak-anaknya. Gunakan nama panggilan untuk anak jika orangtua memang ingin mengunggah konten tentang sang Anak. 

Orangtua juga bisa mengatur dengan siapa saja ia bisa membagikan konten yang menunjukkan wajah dan kegiatan anak mereka. "Tidak semua hal perlu diketahui seluruh dunia dan tidak semua hal harus viral," ujar Professor Steve Weisman, pengacara dari Bentley University, seperti yang kami lansir dari lama Western Mass News.

Perlu diketahui oleh orangtua, membagikan foto dan video anak secara berlebihan di media sosial bukanlah satu-satunya bahaya yang mengintai di media sosial. Eksploitasi anak adalah masalah yang saat ini sedang banyak dibicarakan. Anak-anak di bawah umur dipekerjakan secara berlebihan untuk kepentingan profit orang dewasa. Hal ini tentu saja melanggar hukum.

Media sosial memang tak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat saat ini. Meskipun demikian, media sosial adalah platform yang dapat diakses oleh siapapun, dengan berbagai kepentingan. Sudah selayaknya kita sebagai orangtua bijak dalam menggunakannya agar tidak membahayakan keluarga kita. 

Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga:

The Latest