Pengobatan Baru Kanker Hodgkin, Tingkatkan Kesembuhan Pasien Relaps

Pengobatan Antibody Drug Conjugate (ADC) diklaim dengan keberhasilan 34% pada pasien kanker kambuhan

18 Januari 2018

Pengobatan Baru Kanker Hodgkin, Tingkatkan Kesembuhan Pasien Relaps
Dok. Indonesia Communication

Kanker kelenjar getah bening sempat ramai dibicarakan. Itu karena sejumlah selebriti menderita penyakit mematikan ini. Sebut saja almarhum Olga Syahputra, Aldi Taher, Ria Irawan dan Fitri Tropica. Bagai wabah yang menular, seketika salah satu jenis kanker ini ditakuti banyak orang. Padahal kanker kelenjar getah bening muncul akibat menjalani pola hidup nggak sehat.

Kanker kelenjar getah bening atau sistem limfe terdiri dari dua jenis, yaitu limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin. Data tahun 2015 yang dilansir pada laman patient.co.uk persentase kanker non-hodgkin lebih banyak terjadi pada kasus limfoma yaitu sebanyak 80%. Sedangkan kanker hodgkin menyumbang 20%. Keduanya punya sifat sel kanker yang agresif dan mematikan.

Meski persentase kanker hodgkin lebih kecil, angka kasus kanker ini secara global cukup memprihatinkan. Menurut data tahun 2015 yang dilaporkan situs lyphomacoalition.com, kanker hodgkin mencapai 62.000 kasus setiap tahunnya dengan 25.000 pasien meninggal.

Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Globocan.iarc.fr yang merupakan lama resmi penelitian kanker internasional mencatat angka kasus limfoma hodgkin tahun 2012 sebanyak 1.168 dengan 687 pasien meninggal dan angka tersebut dipresdiksi meningkat pada tahun 2020. Penyakit ini rentan terjadi saat usia 30-70 tahun. Rata-rata pasien penderita kanker hodgin di Indonesia adalah yang berusia 35 tahun dan banyak terjadi pada pria (60%), perempuan (40%).

Salah satu penyebab tingginya angka ini, dikatakan Ketua Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik (PERHOMPEDIN) Prof. Dr. dr. Arry H. Reksodiputro, SpPD-KHOM bahwa banyak orang yang terlambat mendeteksi gejala kanker hodgkin. Mereka baru datang ke dokter pada stadium lanjut. Padahal deteksi dini bisa dilakukan sejak stadium awal dengan beberapa cara.

”Sayangnya, karena tidak umum, banyak masyarakat, tidak mengenali faktor risiko dan gejalanya. Padahal 80% dari kasus limfoma hodgkin dapat disembuhkan melalui kemoterapi jika terdeteksi dini, Penting untuk tidak meremehkan benjolan pada tubuh meski ukurannya kecil,” Terang Prof Arry dalam diskusi bersama media dengan tema “Inovasi Terapi Baru Kini Tersedia Untuk Pasien Kanker Limfoma Hodgkin di Indonesia” di Jakarta.

Penting untuk diketahui gejala umum kanker kelenjar getah bening ini ditemui benjolan pada leher, ketiak dan pangkal paha. Jika gejala baru ditemukan di leher, pasien termasuk stadium 1. Sedangkan gejala kanker ditemukan diatas diafragma pasien dikategorikan stadium 2, dan pada stadium lanjutan atau 3 dan 4 jika sel kanker sudah menyebar ke organ lainnya yang berada dibawah diafragma.

Gejala lainnya ditandai dengan demam, berkeringat meski di malam hari, terjadi pembesaran limpa/hati, berat badan menurun signifikan hingga 10 persen dalam waktu singkat, kelelahan berlebihan, kekurangan energi, dan batuk yang berkepanjangan. "Yang paling penting beratnya turun tiba-tiba, hanya ada tiga penyakit yang membuat berat badan turun drastis yakni diabetes, gondok atau kanker," kata Arry.

Pengobatan kanker hodgkin

Pengobatan kanker hodgkin
newscientist.com

Kanker hodgkin stadium awal bisa diobati dengan radioterapi dan kemoterapi. Berbeda dengan pasien stadium lanjut bisa dengan kemoterapi, transplantasi stem cell dan terapi bertarget atau targeted cell. Kombinasi kemoterapi awal memang memberikan respon yang bertahan lama pada pasien, tapi petugas kesehatan di Indonesia menyatakan 20 persen diantaranya akan mengalami relaps atau kambuh.

“Prognosis pasien dengan kondisi relaps atau refrakter biasanya kebih buruk dan akan lebih sulit disembuhkan,” Jelas anggota Komite Penanggulangan Kanker Indonesia yang juga Sekjen PERHOMPEDIN, Dr. dr. Dody Ranuhardy, SpPD-KHOM, MPH.

Dody menambahkan keterangannya bahwa relaps pada pasien yang melakukan kemoterapi salah satunya disebabkan efek samping obat. Pada kemoterapi, obat menghancurkan sel-sel kanker tapi juga bisa merusak sel-sel sehat yang diperlukan tubuh.

“Lebih dari 15 persen pada grade 3 dan 4 menyebabkan sel darah putih menurun bisa sampai 1000-500. Inilah yang mengakibatkan infeksi, panas dan syok yang berujung pasien meninggal,” kata Dody.

Relaps juga disebabkan beberapa faktor dari individu pasien seperti faktor usia yang sudah tua, daya tahan tubuh individu sangat rendah, tingkat sel kanker yang agresif, penyebaran sel kanker stadium lanjut.

Namun, kini paramedis menemukan inovasi baru dalam mengobati pasien relaps kanker hodgkin yaitu dengan pengobatan Antibody Drug Conjugate (ADC) yang merupakan terapi bertarget (targeted therapy). Cara kerja obatnya yaitu akan membunuh langsung zat CD30 (kanker hodgkin) tanpa merusak sel sehat lain dan terapi ini menjanjikan keberhasilan 34%.

"Ini sperti 'Pilkada', pilihan obat kanker di masa mendatang. Sebagai klinisi saya merasa tertolong bisa menggunakan ADC untuk pasien," ungkap Dody yang berencana obat baru ini kepada dua pasiennya di RS Kanker Dharmais Jakarta.

Pasien kanker hodgkin akan menjalani terapi selama 6-8 bulan dengan jeda waktu tiga minggu dan dievaluasi setelah 3 bulan pasca dimulai pengobatan. Dody juga mengingatkan bahwa setiap obat punya efek samping tergantung dari tubuh si pasien sendiri.

“Ini tergantung individu masing-masing, ada yang respons ada yang tidak respon, lambat respon,” kata Dody. Obat ini sudah lebih dulu digunakan di Eropa dan Amerika, pada warganya efek obat diketahui bisa memengaruhi gangguan saraf tepi atau neouropati yang ringan seperti kesemutan.

Apapun obat dan cara terapi yang dilakukan, Prof Arry menekankan bahwa lebih baik lagi untuk menjaga kesehatan serta pola hidup sehat, perbanyak istirahat, dan jauhi stres. Sel kanker hodgkin umumnya disebabkan terlalu sering terpapar zat karsogenik pada makanan seperti makanan yang dibakar, berpengawet, dan tinggi lemak. Sel kanker juga berkembang akibat radiasi dan zat kimia.

The Latest