Intensitas suara dari sound horeg melewati batas maksimal suara yang aman untuk telinga. Menurut World Health Organization (WHO, intensitas yang aman untuk pendengaran manusia adalah di bawah 85 dB untuk durasi maksimal 8 jam.
Dokter Ashadi menghimbau masyarakat agar lebih bijak dalam mengontrol paparan suara yang sehari-hari biasanya didapat dari perangkat earphone, speaker, atau perangkat audio lainnya.
Untuk menjaga telinga agar tidak berisiko kehilangan pendengaran, ada aturan yang dapat dibiasakan saat ingin mendengarkan audio atau musik lewat perangkat. Aturan 60/60 dapat menjadi cara untuk menjaga pendengaran tetap normal dan terhindar dari risiko kerusakan.
“Ada rule-nya, 60 minutes 60 persen. Ini kita ngomongin perangkat yang normal. Tapi kalo yang sudah dimodifikasi, mungkin lain lagi. Nah artinya gini, kalo misalnya suka banget dengerin musik, ya kecilin volumenya, mungkin 50 persen kalo mau lebih dari 1 jam. Mau lebih lama lagi turunin lagi volumenya,” jelas Dokter Ashadi.
Panduan mendengarkan musik dari perangkat audio yang paling aman adalah satu jam dengan intensitas 60 persen. Jika ingin lebih lama, intensitas atau volumenya bisa lebih dikurangi.
Jika terdapat kerusakan pada telinga, hanya alat bantu dengar atau operasi yang dapat menjadi harapan untuk mengembalikan sistem pendengaran. Meskipun saat ini teknologi semakin canggih dengan adanya Timpanoplasti (operasi perbaikan gendang telinga) yang juga tersedia di RS Pondok Indah Bintaro, tindakan pencegahan tetap harus diupayakan terlebih dahulu.
sound horeg memang menjadi hiburan yang dapat menghadirkan euforia dan kebahagiaan bagi sebagian orang. Namun berbagai risiko yang ada membuat paparan audio yang terlalu kencang ini tidak disarankan dalam kacamata medis.
Itu dia penjelasan mengenai kata dokter bahaya sound horeg untuk pendengaran. Semoga bermanfaat, Ma!