Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Cerita Seru dan Tantangan Pemain Film Abadi Nan Jaya, Bikin Greget!
Instagram.com/@kimostamboel

Intinya sih...

  • Film Abadi Nan Jaya menghadirkan nuansa lokal Indonesia yang kuat, dengan latar belakang jamu, sawah, dangdut, dan desa Jawa.

  • Ide film ini terinspirasi dari zombie luar negeri namun dihadirkan dalam konteks Indonesia, dengan jamu sebagai kunci utama cerita.

  • Pemeran film ini meliputi Mikha Tambayong, Eva Celia, Dimas Anggara, Donny Damara, dan Marthino Lio yang menampilkan ketegangan dan drama keluarga yang kompleks.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dunia perfilm-an Indonesia kembali menjadi sorotan melalui tayangan baru di Netflix yang berjudul Abadi Nan Jaya. Film Abadi Nan Jaya karya Kimo Stamboel menghadirkan sesuatu yang belum pernah ada di perfilman Indonesia.

Bukan sekadar horor berdarah dan menegangkan, film ini justru membawa nuansa lokal yang kuat seperti jamu, sawah, dangdut, dan desa Jawa menjadi latar kisah zombie yang lahir dari akar budaya Indonesia sendiri.

Saya pengen film ini benar-benar terasa Indonesia. Bukan di kota besar, bukan gedung tinggi, tapi di tengah rakyat kecil yang hidupnya sederhana,” ujar Kimo membuka konferensi pers dengan penuh semangat di Epicentrum XXI pada 22 Oktober 2025.

Film ini merupakan produksi Netflix Original Indonesia dan akan tayang global pada 23 Oktober 2025. Di balik kisah menegangkan tentang wabah zombie, Abadi Nan Jaya juga menuturkan kisah keluarga yang retak dan perjuangan mereka untuk bersatu di tengah bencana.

Untuk mengetahui lebih lanjut, Popmama.com akan membahas tentang cerita seru dan tantangan pemain film Abadi Nan Jaya, yang bikin kamu greget. Yuk simak!

Cerita Unik di Balik Pembuatannya

dok. Film Abadi Nan Jaya

Ide film ini sebenarnya sudah ada sejak 2014, ketika Kimo ingin membuat film zombie dengan pendekatan lokal. Ia mengaku terinspirasi oleh film zombie luar negeri yang kuat dari sisi karakter, dan ingin menghadirkannya dalam konteks Indonesia.

Saya ingin masyarakat kita juga bisa merasa dekat dengan genre ini. Kalau zombie muncul di Indonesia, seperti apa bentuknya? Nah, saya mulai berpikir: mungkin berawal dari jamu,” jelas Kimo.

Jamu menjadi kunci utama cerita dan secara simbolik, juga cermin kehidupan masyarakat yang percaya pada kekuatan alam. Tapi di film ini, justru jamu itu yang membawa malapetaka.

Biasanya jamu menyembuhkan. Di sini malah jadi sumber penyakit,” tambahnya.

Produser Edwin Nazir mengatakan dukungan Netflix membuat prosesnya bisa dilakukan dengan skala besar.

Kita punya ruang eksplorasi, dari riset budaya sampai latihan fisik untuk aktor dan zombie. Semua dipersiapkan sangat matang,” jelasnya.

Bahkan lebih dari 200 pemeran zombie dilatih oleh koreografer Bobby Ari Setiawan dan pelatih fisik Astrid Sambudiono agar setiap gerakan punya kepribadian tersendiri. Bobby menjelaskan bahwa gerakan zombie di film ini terinspirasi dari efek infeksi otak.

Kalau gigitannya di leher, tremornya mulai dari kepala. Kalau di tangan, berarti getarannya dari lengan. Jadi tiap zombie beda, dan itu yang bikin realistis,” kata Bobby.

Astrid menambahkan bahwa tampilan zombie pun punya ciri khas Indonesia,  bukan hanya karena lokasi desa, tapi juga karena desain prostetik yang terinspirasi dari tanaman kantong semar.

“Kantong semar itu tanaman karnivora khas tropis. Kami terjemahkan jadi tekstur urat dan lubang-lubang di tubuh zombie,” ujarnya.

Para Pemain dan Dinamika Karakter

instagram.com/@evacelia

Deretan pemeran Abadi Nan Jaya tak main-main, meliputi Mikha Tambayong, Eva Celia, Dimas Anggara, Donny Damara, dan Marthino Lio. Mereka tak hanya menampilkan ketegangan, tapi juga drama keluarga yang kompleks.

Mikha berperan sebagai Kenes, anak perempuan Sadimin yang masih menyimpan luka karena sang ayah menikahi sahabatnya sendiri.

Kenes ini keras, tapi di dalamnya penuh amarah dan cinta. Ini bukan cuma film zombie, tapi tentang keluarga dan pengampunan,” jelas Mikha.

Ia mengaku proses reading dan latihan koreografi sangat intens.

“Latihannya gila-gilaan. Dari koreografi kejar-kejaran sampai adegan menembak pakai senjata asli l, bahkan dengan peluru hampa. Aku sampai kaget karena detailnya segitu seriusnya,” katanya.

Sementara Eva Celia berperan sebagai Karina, sahabat lama Kenes yang kini menjadi istri ayahnya.

Karina itu perempuan anggun tapi rapuh. Dia mencintai Sadimin dengan tulus, tapi di sisi lain harus berhadapan dengan sahabatnya sendiri. Kompleks banget,” ungkap Eva.

Ia menyebut tantangan terbesar bukan adegan kejar-kejaran, melainkan lapisan emosional di balik karakternya.

Drama keluarga di 20 menit pertama itu penting banget. Dari situ kita paham kenapa semua karakter bertindak seperti itu,” tambahnya.

Sementara Dimas Anggara sebagai Rudi, suami Kenes, mengaku film ini membuatnya benar-benar keluar dari zona nyaman.

Gerakan zombie tuh bikin badan remuk. Semua otot harus tegang terus, suara harus keluar dalam satu nafas, dan kita tetap harus ekspresif. Capek banget tapi puas banget,” katanya sambil tertawa.

Tantangan Produksi dan Efek Visual

instagram.com/@evacelia

Di balik layar, tim artistik dan efek visual bekerja siang malam. Mbak Sum dari tim artistik menjelaskan bahwa seluruh set dibangun berdasarkan referensi nyata desa di Yogyakarta.

Kami ingin suasana desanya bukan tempelan, tapi benar-benar hidup. Ada aroma tanah, ada getarannya. Setiap detail kami buat autentik,” ujarnya.

Proses makeup yang dipimpin Astrid Sambudiono dilakukan dengan sistem berlapis: zombie utama memakai silikon prostetik, zombie pendukung dengan prosthetic transfer, dan zombie tambahan memakai tattoo transfer.

Bayangin aja, 200 zombie yang harus selesai dirias dalam waktu terbatas. Itu maraton setiap hari,” kata Astrid.

Adegan aksi pun dilakukan dengan keamanan ketat. Salah satunya adalah adegan tabrakan mobil berdurasi 10 detik yang hanya bisa diambil dua kali, dengan lima kamera yang disebar dari udara hingga bawah gerobak.

Ada juga adegan pembakaran tiga stuntman sekaligus yang memerlukan koordinasi ekstrem. Semua dipersiapkan dengan detail tanpa ada yang terlewat.

Deg-degan banget, tapi timnya keren. Safetynya ketat, semua terukur,” ungkap salah satu pemain di lokasi.

Harapan dari Sutradara dan Produser

Instagram.com/@miktambayong

Kimo berharap Abadi Nan Jaya bisa menjadi tonggak baru bagi film horor Indonesia.

Saya ingin film ini bisa bikin kita bangga. Bukan cuma karena menegangkan, tapi karena memperlihatkan wajah Indonesia yang unik. Dunia perlu tahu: zombie kita bisa pakai sarung, bisa dengar azan, dan bisa minum jamu,” ujarnya sambil tersenyum.

Produser Edwin Nazir pun optimis dengan potensi global film ini.

Kalau penontonnya antusias dan kasih thumbs up di Netflix, bukan nggak mungkin akan ada sekuel. Dunia butuh tahu bahwa kita bisa bikin film sebesar ini dengan rasa lokal yang kuat,” katanya.

Para cast sepakat bahwa film ini bukan sekadar tentang zombie, tapi tentang keluarga, cinta, dan keberanian menghadapi ketakutan.

Dengan latar pedesaan, jamu, dan karakter yang membumi, Abadi Nan Jaya berhasil menciptakan dunia yang aneh tapi akrab, menggabungkan mitos tropis dan realitas sosial dalam satu ledakan sinema yang segar.

Zombie boleh abadi,” kata Kimo menutup konferensi, “tapi semangat orang Indonesia akan selalu jaya.”

Itulah pembahasan tentang cerita seru dan tantangan pemain film Abadi Nan Jaya, yang bikin kamu greget. Jangan lupa nonton, ya!

Editorial Team