7 Cerita Pilu Korban Tragedi Kanjuruhan, Ada Suami Istri Meninggal

Orang-orang terdekat dari korban alami kisah yang sangat pilu atas tragedi Kanjuruhan

3 Oktober 2022

7 Cerita Pilu Korban Tragedi Kanjuruhan, Ada Suami Istri Meninggal
Twitter.com/433

Dunia sepakbola Indonesia saat ini sedang merasakan duka cita yang sangat mendalam. Pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) kemarin, berujung pada kericuhan yang memakan banyaknya korban meninggal dunia.

Hingga berita ini ditulis, jumlah korban meninggal dunia dari tragedi Kanjuruhan per tanggal 2 Oktober 2022 sudah mencapai 180 orang, sementara korban luka berjumlah 323 orang. Seluruh korban meninggal kabarnya telah terindentifikasi.

Rasa duka mendalam yang juga memilukan dirasakan oleh orang-orang terdekat dari korban, seperti pihak keluarga hingga teman dan sahabat dekat.

Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa cerita pilu korban tragedi Kanjuruhan secara lebih detail.

1. Dua sahabat asal Malang meninggal dunia

1. Dua sahabat asal Malang meninggal dunia
Instagram.com/pssi

Cerita pilu pertama datang dari kisah dua sahabat bernama Filla Aziz Firmansyah (19) dan Jefri Iklastul Amal (20). Dua karib yang juga merupakan warga Dusun Sumbergesing, Malang, Jawa Timur, turut menjadi korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan.

Dua orang yang juga berstatus santri pondok pesantren ini memiliki hobi melihat pertandingan Arema FC di Stadion Kanjuruhan.

Hal ini sudah mereka lakukan sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sayangnya, Sabtu (1/10/2022) kemarin menjadi malam terakhir bagi mereka untuk menyaksikan tim kesayangan.

Menurut kabar yang beredar, teman dekat Filla, Ari mengatakan bahwa satu hari sebelum insiden terjadi, ia dihubungi Filla. Dia mengajaknya untuk melihat Arema FC bertanding melawan Persebaya di Kanjuruhan.

Kepada wartawan, Ari mengatakan saat itu uangnya kurang dari Rp100.000. Menurutnya, jika uang yang dimiliki saat itu jumlahnya lebih, ia mungkin akan ikut menonton pertandingan.

Ari menceritakan, di mata teman-teman sebayanya, Filla adalah seorang pemuda baik yang ringan tangan. Almarhum semasa hidupnya dikenal ringan tangan dalam membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan.

2. Suami istri Aremania meninggal dunia tinggalkan anaknya yang berhasil selamat

2. Suami istri Aremania meninggal dunia tinggalkan anak berhasil selamat
Twitter.com/bentargantinama

Kisah pilu berikutnya datang dari cerita pasangan suami istri asal Malang yang juga merupakan penggemar dari klub bola Arema FC. Mereka meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan pasca pertandingan Arema FC vs. Persebaya, Sabtu (1/10/2022).

Pasangan tersebut diketahui bernama M Yulianton (40) dan Devi Ratna S (30). Saat menyaksikan pertandingan, mereka rupanya juga ikut mengajak anak semata wayang. Beruntung, anak mereka, M Alfiansyah (11) selamat dari tragedi tersebut.

Saudara korban, Doni (43), menceritakan bahwa saat itu ia juga ikut menyaksikan laga sengit tersebut. Sayangnya, ia menemukan keberadaan kedua korban setelah ditolong oleh orang lain. Sementara anak korban selamat setelah meminta pertolongan ke polisi.

Doni sendiri memperkirakan bahwa kedua korban tewas karena terdesak oleh suporter lainnya yang akan keluar dari stadion dan menghirup gas air mata.

Kepada awak media, Doni menceritakan bahwa mendiang Devi baru pertama kali menyaksikan pertandingan Arema di Stadion Kanjuruhan. Sementara itu, almarhum Yulianton sudah sering menonton pertandingan sebelumnya.

Doni mengungkapkan, keputusan mereka membawa Alfiansyah menonton langsung ke stadion bukan tanpa alasan. Hal ini dilakukan lantaran sang anak akan merayakan ulang tahun pada bulan November nanti.

Menurut Doni, kedua korban sangat ingin sekali merayakan ulang tahun anaknya.

Editors' Pick

3. Sempat tolong suporter yang pingsan, Parniati dan Ruslan tak menyangka anaknya jadi korban tragedi Kanjuruhan

3. Sempat tolong suporter pingsan, Parniati Ruslan tak menyangka anak jadi korban tragedi Kanjuruhan
IDN Times/Alfi Ramadana

Rasa duka mendalam juga ikut dirasakan oleh keluarga korban meninggal dunia tragedi Stadion Kanjuruhan asal Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Orangtua korban kini harus menelan kenyataan yang teramat pahit. Mereka tak menyangka anaknya ikut menjadi korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan.

Mama korban, Parniati terkejut saat melihat jenazah anak kesayangannya, Hendrik Gunawan, diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir. Parniati menangis histeris di bawah keranda jenazah anaknya.

Papa dari Hendrik, Ruslan mengaku bahwa sudah sempat melarangnya pergi karena waktu itu uang saku untuk ke stadion sangat pas-pasan. Walau begitu, Hendrik tetap berangkat untuk menyaksikan pertandingan.

Korban sendiri berangkat berboncengan motor bersama temannya, Andri. Namun, pada saat berada di sana dan terjadi insiden, mereka sempat berpisah lantaran korban memilih menolong salah satu suporter yang pingsan usai terkena gas air mata.

Tiada diduga, sekitar pukul 4 dini hari, ia mendengar kabar bahwa Hendrik meninggal dunia dalam insiden. Keluarga dan teman korban mengaku sangat terpukul dengan peristiwa yang telah terjadi.

4. Seorang suporter Arema balik masuk stadion demi tolong temannya yang pingsan

4. Seorang suporter Arema balik masuk stadion demi tolong teman pingsan
IDN Times/Alfi Ramadana

Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan sepertinya tak akan mudah dilupakan oleh seorang suporter Arema FC asal Ponorogo bernama Joko.

Saat kericuhan yang terjadi pecah, Joko sebenarnya sudah keluar dari area stadion. Namun, saat sudah di luar, ia mendapati kabar bahwa temannya tertinggal di dalam dan sudah tak sadarkan diri. Joko segera bergegas kembali masuk untuk menolong temannya.

Setibanya di dalam, Joko mengatakan bahwa ia melihat kondisi stadion sudah amat kacau. Pandangannya pun ikut terbatas akibat kepulan gas air mata. Joko saat itu masuk kembali menuju tribun 12-13. Ia melihat banyak mayat yang bergelimpangan.

Dia mengaku bahwa gas air mata yang menyebar di stadion begitu pedih. Saking banyaknya asap yang dihirup, Joko sempat merasakan sesak napas.

Beruntung, ia berhasil menemukan temannya yang pingsan. Bersama dengan yang lainnya, ia kemudian mengevakuasi temannya keluar dari stadion.

5. Anak umur 10 tahun histeris melihat teman-temannya meninggal dunia

5. Anak umur 10 tahun histeris melihat teman-teman meninggal dunia
Pixabay/Myriams-Fotos

Suasana duka juga ikut dirasakan oleh salah satu suporter bernama Irfan Arifuddin (10). Menurut kabar yang beredar, ia menceritakan bahwa pada saat kejadian tragedi Kanjuruhan, dirinya hanya bisa berlari ke arah pintu keluar stadion.

Namun, langkah Irfan menuju pintu keluar menjadi berhenti kala dirinya melihat tumpukan orang terhenti di gate 2.

Kepada media, ia mengatakan, dirinya saat itu menutupi bagian kepala dengan jaket dan bersembunyi di bawah kursi penonton.

Ia sendiri baru menyadari kalau dirinya sudah sendirian dan 5 teman yang bersamanya tak ada di belakangnya. Ia kemudian mencoba berdiri dan menoleh ke belakang serta mengenali beberapa orang yang terhimpit pada dinding.

Sayangnya, upaya tersebut tak kunjung membuahkan hasil. Ia terus merasa panik saat tak berhasil menemukan temannya. Ia kemudian mencoba untuk keluar dari pintu dan kembali mengarah ke sisi tribun.

Belum sampai langkahnya berhenti, ia langsung merasakan lemas. Dari kejauhan, ia melihat teman-temannya tergeletak. Ia mendekat dan mencoba menyelamatkan.

Namun sayangnya, ia langsung menangis dan berteriak saat mengetahui teman-temannya sudah tak bernapas.

6. Mukid kehilangan sahabatnya dalam tragedi Kanjuruhan

6. Mukid kehilangan sahabat dalam tragedi Kanjuruhan
Pexels/Daniel Reche

Abdul Mukid (22) merasakan kesedihan yang amat dalam setelah sahabatnya, Faiqotul Hikmah (22) menjadi korban meninggal dunia tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam.

Mukid dan Faiq sendiri merupakan suporter Arema FC. Keduanya diketahui kerap datang ke Kanjurhan untuk melihat tim Singo Edan bertanding. Laga sengit yang digelar pada Sabtu (1/10/2022) kemarin merupakan pertandingan yang mereka tunggu.

Niat mereka untuk menonton laga tersebut sempat surut akibat harga tiket yang terlalu mahal. Tiket yang sudah dipesan sempat dibatalkan. Tiket akhirnya dipesan kembali, namun hanya Faiq yang mendapatkan.

Walau belum mengantongi tiket masuk, Mukid dan Faiq tetap berangkat ke stadion. Setiba di tempat, ia menceritakan bahwa hanya empat orang yang bisa masuk dari rombongannya. Ia sendiri tak bisa masuk lantaran tidak memiliki tiket.

Mengetahui adanya kerusuhan di dalam area stadion, Mukid berusaha masuk. Ia akhirnya membeli tiket di calo seharga Rp75.000. Sebelum membeli tiket, ia sudah berusaha menghubungi Faiq namun tak bisa.

Mukid masuk ke stadion beberapa menit sebelum pertandingan usai. Setelah pertandingan selesai, situasi pun memanas dan akhirnya terjadi kericuhan. Saat itu, Mukid hanya memikirkan keselamatan Faiq. Ia pun menerobos kerumunan suporter.

Sekitar pukul 23.30 WIB, Mukid berhasil menemukan Faiq usai dihubungi oleh rekan sesama suporter dari Jember. Ia mengatakan saat itu Faiq ada di sebuah gedung yang masih di kawasan stadion. Sayangnya, Faiq sudah meninggal dunia.

Menurut berita yang beredar, pihak keluarga dari Faiq menceritakan perilakunya sepekan terakhir sebelum meninggal dunia. Nurlaila, kakak pertama Faiq bercerita bahwa seminggu terakhir Faiq selalu tidur bersama mamanya.

Tak hanya itu, Laila bercerita bahwa Faiq juga lebih banyak bergurau dengan orangtua dan saudaranya dalam beberapa hari terakhir.

7. Seorang warganet ungkap rasa kehilangan 3 keponakan dalam tragedi Kanjuruhan

7. Seorang warganet ungkap rasa kehilangan 3 keponakan dalam tragedi Kanjuruhan
Pexels/Min An

Duka mendalam saat ini sedang dialami oleh keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Salah satu pihak keluarga korban belum lama ini angkat bicara melalui media sosial.

Dikutip dari akun Twitter @bbbbaall, dirinya menceritakan bahwa tiga orang keponakannya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) tewas dalam insiden tersebut.

Tak hanya menceritakan peristiwa menyedihkan tersebut, ia juga turut mengutuk aksi penembakan gas air mata dalam cuitan yang diunggah.

"3 keponakan saya seusia SMP dan SMA meninggal akibat insiden di Kanjuruhan semalam. Siapa pun kalian yang menembakkan gas air mata semalam, kalian adalah pembunuh!" tulisnya.

Jadi, itulah beberapa cerita pilu korban tragedi Kanjuruhan yang telah dihimpun dari berbagai sumber. Menyimak rangkuman cerita tersebut kita pun jadi memahami bahwa apa yang dihadapi oleh mereka saat ini bukanlah yang mudah.

Mari kita doakan, semoga mereka yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi situasi ini.

Baca juga:

The Latest