Social distancing atau jarak sosial menjadi salah satu cara untuk menjaga diri sendiri dengan menghindari kerumuman orang banyak. Tujuan social distancing tentu membantu dalam mengurangi kontak langsung dengan orang lain, sehingga wabah penyebaran virus corona atau Covid-19 tidak melonjak tinggi.
Walau kontak sosial secara langsung semakin terbatas, namun bisa saja ini akan memengaruhi kesehatan mental bahkan dapat memicu kecemasan seseorang meningkat.
Berhubungan dengan kecemasan yang meningkat terkait Covid-19, Alexandra mengatakan bahwa bisa saja kecemasan pada seseorang akan mengarah lebih jauh menjadi hipokondriasis.
Hipokondriasis adalah kondisi ketika seseorang merasa terpaku pada ketakutan jika dirinya memiliki penyakit serius. Ada keyakinan bahwa ada sebuah gejala yang dirasakan olehnya mengenai tanda-tanda penyakit medis yang sangat serius. Padahal ketakutan tersebut tidak ada dasar medis, sehingga selalu ada kecemasan dan berusaha untuk reassurance ke dokter secara terus-menerus.
"Meskipun begitu, terkait hipokondriasis itu balik lagi karena bisa didiagnosa kalau intensitasnya sudah tinggi (menganggu produktivitas dan sosialisasi). Selain itu, gejalanya pun sudah muncul dalam jangka waktu tertentu secara berturut-turut," ucap Alexandra.
Alexandra sebagai psikolog pun mengingatkan bahwa saat pandemik terkait Covid-19 ini selesai, lalu gejala hipokondriasis ikut hilang. Orang tersebut pun tidak bisa dikatakan mengalami hipokondriasis.
Terkait situasi yang sedang terjadi di Indonesia saat menghadapi penyebaran Covid-19 dengan social distancing, kali ini Popmama.com telah mewawancarai Psikolog Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht secara eksklusif mengenai beberapa langkah agar tidak cemas selama memantau perkembangan berita.
Disimak solusi Popmama yuk, Ma!